Gunakan Server 1-4, untuk subtitle yang sudah nempel di movie. Untuk Server Multi Sub, anda bisa memilih subtitle yang diinginkan. Selamat Nonton
Untuk Server Multi Sub, gunakan tombol CC, untuk mencari Subtitle
Nonton film Godzilla Minus One (2023) terbaru sub indo

Godzilla Minus One (2023) FILM SUBTITLE INDONESIA STREAMING / DOWNLOAD

2121 votes, average 7.6 out of 10

Godzilla Minus One (2023) – Di Jepang pascaperang , Godzilla membawa kehancuran baru ke lanskap yang sudah hangus . Tanpa adanya intervensi militer atau bantuan pemerintah , para penyintas harus bersatu dalam menghadapi keputusasaan dan melawan kengerian yang tak henti-hentinya . Godzilla Minus One (2023)

Posted on:
Views:29
Tagline:Postwar Japan. From zero to minus.
Rate:PG-13
Quality:
Year:
Duration: 124 Min
Country:
Release:
Language:English, 日本語
Budget:$ 15.000.000,00
Revenue:$ 115.857.413,00

Streaming Godzilla Minus One 2023 2

Nonton Godzilla Minus One 2023 2 Subtitle Indonesia | Halo guys , balik lagi nih sama mimin 21 gudangmovies yang Guanteng pouuull, Nah pada kesempatan kali ini mimin GudangMovies21 akan memberikan sebuah film terbaru di tahun 2024 Nonton Film Godzilla Minus One 2023 2 Subtitle Indonesia untuk itu silahkan kamu download dengan baik yaa guys , movie ini berada pada kategori Film Action,Bioskop Online,bioskop21,BioskopKeren,Cinemaindo,Dewanonton,Drakor ID,DrakorIndo,Ganool,gudangmovie,gudangmovie21,Horror,IndoXX1,Indoxxi,KorDramas,LayarKaca21,Layarkaca21 INDOXXI,LK21,LK21 XXI,Pahe.in,PusatFilm21,Science Fiction,

Disini kamu bisa mendapatkan update film Godzilla Minus One 2023 2 Subtitle Indonesia quality resolusi terbaik. Ada 1080p, 720p, 480p, 360p, BLURAY , WEBDL, HDRip, HDCAM dll serta video MKV dan MP4 yang sudah hardsub (subtitle indonesia sudah nempel).

Incoming Search Terms:

Artikel: Godzilla Minus One

Baca di Wikipedia

Godzilla Minus One (Jepang: ゴジラ-1.0(マイナスワン)code: ja is deprecated , Hepburn: Gojira Mainasu Wan) adalah sebuah film epik kaiju Jepang 2023 kaiju film directed, written, and with visual effects by Takashi Yamazaki. Diproduksi oleh Toho Studios dan Robot Communications serta didistribusikan oleh Toho, merupakan film ke-37 dalam waralaba Godzilla, film Godzilla Toho ke-33, dan film kelima dalam waralaba era Reiwa. Film ini dibintangi Ryunosuke Kamiki, Minami Hamabe, Yuki Yamada, Munetaka Aoki, Hidetaka Yoshioka, Sakura Ando dan Kuranosuke Sasaki. Pada film ini, Jepang pasca-perang harus berhadapan dengan kebangkitan Godzilla. Setelah menyelesaikan film The Great War of Archimedes (2019), Yamazaki ditunjuk untuk membuat film Godzilla. Dia menghabiskan waktu tiga tahun menulis naskah cerita, mengambil pengaruh dari Godzilla (1954), Godzilla, Mothra and King Ghidorah: Giant Monsters All-Out Attack (2001), Shin Godzilla (2016), dan film dari Steven Spielberg serta Hayao Miyazaki. Yamazaki sebelumnya menggambarkan Godzilla pada Always: Sunset on Third Street 2 (2007) dan wahana taman tema di Seibu-en di 2021. Pada Februari 2022, Robot mempublikasikan bahwa Yamazaki akan segera menyutradrai film kaiju. Syuting digelar di Kantō dan Chūbu dari Maret hingga Juni 2022. Efek visual dibuat oleh Shirogumi Chōfu studio selama delapan bulan. Godzilla Minus One tayang perdana di Shinjuku Toho Building pada 18 Oktober 2023, dan dirilis di Jepang pada 3 November, untuk merayakan ulang tahun ke-70 waralaba ini. Toho International kemudian merilis film ini di Amerika Utara pada 1 Desember. Film ini telah mendapatkan penghasilan kotor lebih dari US$107 juta secara global dengan bujet US$10–12 juta, menjadi film Jepang dengan pendapatan terbesar kelima tahun 2023 dan melewati Shin Godzilla sebagai film Godzilla Jepang paling sukses. Film ini menerima ulasan bagus untuk efek visual, penyutradaraan, jalan cerita, karakter, skor musik dan komentar sosial, dan dielukan sebagai salah satu film terbaik tahun 2023 dan film terbaik pada waralaba Godzilla. Film juga mendapatkan banyak penghargaan, termasuk 12 nominasi pada 47th Japan Academy Film Prize (memenangkan delapan), tiga nominasi pada 17th Asian Film Awards (memenangkan dua), dan memenangkan Efek visual terbaik pada Academy Awards ke-96.

Plot

Pada tahun 1945, di penghujung Perang Dunia 2, pilot kamikaze Kōichi Shikishima mendaratkan pesawat Mitsubishi A6M Zero-nya di sebuah pangkalan udara Jepang di Pulau Odo. Kepala mekanik Sōsaku Tachibana menyimpulkan bahwa Shikishima telah kabur dari tugasnya dengan berpura-pura mengalami kerusakan teknis. Pada malam itu, Godzilla, seekor mahkhluk besar seperti dinosaurus, menyerang garnisun. Shikishima terperangah dan tidak bisa membawa dirinya untuk menembak monster itu dari pesawatnya dan kemudian pingsan. Tachibana, satu-satunya penyintas lainnya dari serangan itu, menyalahkan Shikishima karena gagal untuk bertindak. Shikishima pulang ke rumah dan menemukan bahwa orangtuanya telah terbunuh dalam Pemboman Tokyo. Dihantui rasa bersalah karena selamat, dia mulai membantu seorang wanita, Noriko Ōishi, yang orangtuanya juga tewas dalam pemboman, dan seorang anak bayi yatim piatu, Akiko, yang diselamatkan oleh Noriko, dan mendapat pekerjaan diatas sebuah kapal penyapu ranjau dengan tugas membersihkan ranjau laut bekas Perang Dunia kedua. Sementara itu, Godzilla bermutasi dan diberi kekuatan oleh tes nuklir di Bikini Atoll; dia menenggelamkan USS Redfish dan menghancurkan beberapa kapal lainnya dalam perjalanan ke arah Jepang. Karena ketegangan dengan Uni Soviet, pihak Amerika tidak memberikan pertolongan untuk beberapa kapal Imperial Japanese Navy yang dilucuti yang disetujui Jenderal Douglas MacArthur. Pemerintah Jepang, khawatir akan menimbulkan kepanikan, tidak memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai bahaya ini. Pada Mei 1947, Shikishima dan kru kapal penyapu ranjaunya berlayar menuju ke Kepulauan Ogasawara dan ditugaskan untuk mencegah Godzilla mendekat ke Jepang. Mereka melepaskan sebuah ranjau ke arah mulut Godzilla dan meledakannya, mengakibatkan kerusakan yang cukup besar, namun dengan cepat menyembuhkan diri. Kapal heavy cruiser Takao kemudian menyerang Godzilla, tapi kemudian dihancurkan oleh sinar panas Godzilla. Setelah kembali ke Tokyo, Shikishima memberitau Noriko mengenai pertemuannya dengan Godzilla. Beberapa hari kemudian, Godzilla menyebabkan longsor di Jepang dan menyerang Ginza, tempat dimana Noriko bekerja. Noriko selamat dari serangan awal dan bertemu dengan Shikishima. Marah karena serangan tank, Godzilla menghancurkan sebagian besar distrik dengan sinar panasnya, membunuh belasan ribu orang. Noriko terperangkap dalam ledakan dan dikira tewas. Hancur akibat kehilangan, Shikishima ingin membalas dendam. Frustasi karena pemerintah tidak bertindak, salah satu kru kapal penyapu ranjau, mantan teknisi angkatan laut Kenji Noda, membuat rencana untuk menghancurkan Godzilla dengan mengumpannya ke Teluk Sagami sebelum mengepungnya dengan tangki Freon dan memecahnya, menurunkan level air dan menenggelamkannya, dan membiarkan tekanan air menghancurkannya. Jika rencananya gagal, balon akan dikembangkan dibawah Godzilla untuk memaksanya mundur, dan membunuhnya melalui ledakan dekompresi. Untuk menjalankan rencananya, Noda merekrut veteran angkatan laut untuk melucuti kapal perusak IJN. Shikishima juga merekrut Tachibana untuk memperbaiki pesawat tempur Kyushu J7W Shinden yang rusak. Dia berencana membunuh Godzilla dengan serangan bunuh diri dengan cara terbang ke arah mulutnya dan meledakkan bom. Dia meninggalkan Akiko dalam perawatan tetangganya Sumiko sebelum Godzilla kembali. Saat Shikishima mengumpan Godzilla ke arah jebakan yang diatur oleh dua kapal perusak, Sumiko menerima telegram untuk Shikishima. Godzilla selamat dari penerjunan awal dan melepaskan diri sebelum dipaksa untuk mundur, mengalami cedera serius hasil dari induksi dekompresi, barotrauma. Dengan bantuan armada tugboat, kapal menarik Godzilla ke permukaan. Godzilla yang marah bersiap untuk menghancurkan semua kapal dengan sinar panasnya, namun Shikishima menabrakan pesawatnya ke mulutnya dan menghancurkan bagian kepalanya, membuat energi dari sinar panas menghancurkan badannya. Kru merayakan saat Shikishima melontarkan diri sebelum ledakan dan terjun dengan parasut, setelah mengingat bahwa Tachibana menunjukkannya kursi pelantor yang dipasangnya pada Shinden, dan memohonnya untuk melepaskan rasa bersalah dan hidup kembali. Saat kembali ke rumah, Sumiko memberi Shikishima telegramnya, yang membawanya ke rumah sakit dan bertemu kembali dengan Noriko, yang selamat dari kerusakan namun memiliki bekas tanda luka di lehernya. Sementara itu, potongan daging Godzilla mulai tumbuh kembali saat mulai tenggelam ke lautan.

Pemeran

Produksi

= Kru

=

= Pengembangan

= Pada Juli 2016, Toho Co., Ltd. merilis sebuah reboot dari waralaba Godzilla, berjudul Shin Godzilla. Menjadi film yang sukses secara kritik dan komersial, membawa sutradara Hideaki Anno untuk membuat dua film tokusatsu reboot lainnya: Shin Ultraman (2022) dan Shin Kamen Rider (2023). Menurut produser Godzilla Minus One Kenji Yamada, Toho telah merencanakan beberapa film aksi-langsung dari film Godzilla sejak perilisan dan kesuksesan Shin Godzilla, namun semuanya dibatalkan karena tidak ada yang layak untuk dilanjutkan. Pada 2017, direktur bersama Shin Godzilla Shinji Higuchi menyatakan pada konvensi penggemar Amerika, G-Fest bahwa Toho tidak akan mampu memproduksi film Godzilla lainnya hingga 2020; ini karena kontrak mereka dengan Legendary Pictures, yang memproduksi film Godzilla mereka sendiri, yang melarang Toho untuk merilis film Godzilla pada tahun yang sama dengan film Legendary. Pada 2018, eksekutif Toho Keiji Ota menyatakan bahwa Shin Godzilla tidak akan mendapatkan sekuel dan menyatakan ketertarikannya untuk membuat jagat bersama serial Godzilla seperti Marvel Cinematic Universe. Pada 2019, Toho memulis sebuah divisi "Godzilla Room", yang ditujukan untuk merencanakan proyek Godzilla baru. Setelah menyelesaikan filmnya The Great War of Archimedes pada tahun yang sama, produser Minami Ichikawa menunjuk pembuat film terkenal Takashi Yamazaki untuk membuat sebuah film Godzilla. Dia mulai menyiapkan proyek dan awalnya menghabiskan waktu satu tahun mengembangkan naskah. Namun, pandemi COVID-19 memaksa kru untuk menunda syuting untuk beberapa tahun, yang membuat naskahnya ditulis ulang beberapa kali dalam rentang waktu tiga tahun. Godzilla Minus One adalah kali ketiga Yamazaki membuat produksi karya dengan menggunakan Godzilla. Yang pertama adalah Always: Sunset on Third Street 2 (2007), yang menampilkan monster pada pembukaan yang seperti mimpi. Selama pra-produksi dari Godzilla Minus One, dia juga menyutradarai dan membuat efek untuk Seibu-en Amusement Park, atraksi simulator gerak Godzilla the Ride: Giant Monsters Ultimate Battle (2021). Pada 18 Februari 2022, Robot Communications mengumumkan film, dengan judul kerja Blockbuster Monster Movie (超大作怪獣映画code: ja is deprecated , Chōtaisaku Kaijū Eiga), melalui sebuah panggilan pemilihan pemeran pada laman resmi mereka. Robot menyatakan bahwa Yamazaki akan menyutradarai dan film akan ditampilkan oleh Toho. Sehari kemudian, penulis HuffPost Kenji Ando menyebut bahwa dugaan penggemar pada media sosial mengenai film tersebut merupakan pembuatan ulang dari film 1954. Ando menyatakan bahwa latar waktunya berada pada Jepang pasca perang antara 1945 dan 1947, dan mengutip komentar dari Yamazaki di sebuah wawancara mengenai penggambaran Godzilla di Always: Sunset on Third Street 2: "Kamu tidak dapat memiliki Godzilla kecuali pada era Shōwa." Toho menyatakan bahwa proyek kaiju tanpa nama Yamazaki adalah sebuah film Godzilla pada 3 November 2022, pada sebuah acara yang merayakan ulang tahun waralaba ke-68 yang dikenal sebagai "Hari Godzilla". Perusahaan juga menyatakan bahwa filmnya telah menyelesaikan pengambilan gambar dan memasuki pasca-produksi dengan target perilisan pada 3 November 2023. Yamazaki juga bertindak sebagai penulis naskah film dan supervisor efek visual. Selama konferensi pers pada 13 Desember 2022, Kepala perencanaan Tohom Hisashi Usui menyiratkan bahwa film baru ini akan terhubung dengan film tahun 1954. Pada Juli 2023 siaran pers menyatakan judul film, cuplikan, dan poster, Yamazaki memuji nada dan visinya untuk film tersebut: Jepang pasca perang kehilangan segalanya. Film ini menampilan eksistensi yang memberikan The film depicts an existence that gives keputusasaan yang belum pernah ada sebelumnya. Judul Godzilla Minus One dibuat dengan pemikiran ini. Untuk mendapatkan penggambaran ini, staff dan saya telah bekerja bersama untuk membuat sebuah latar dimana Godzilla terlihat sebagai 'takut' sendiri sedang berjalan ke arah kita, dan dimana keputusasaan bertumpuk di puncak dari keputusasaan itu sendiri. Aku merasa ini adalah hasil dari semua film yang telah aku buat sampai saat ini, dan layak untuk mendapatkan 'pengalaman' daripada hanya 'dilihat' di bioskop. Saya berharap anda akan mendapatkan pengalaman yang paling mengerikan dari Godzilla dalam lingkungan terbaik. Toho mendaftarkan hak dagang untuk judul dalam bahasa Jepang pada hari yang sama dengan rilis pers, juga mendaftarkan berbagai macam pembacaan alternatif seperti Gojira Minus Itten Zero (ゴジラマイナスイッテンゼロcode: ja is deprecated ). Judul Bahasa Inggirs-Jepang untuk Godzilla Minus One dibayangkan oleh produser Shūji Abe, dan Yamazaki percaya bahwa Abe mengambil pengaruh dari novel fiksi ilmiah Tadashi Hirose, Minus Zero. Judulnya, menurut sang sutradara, memiliki beberapa arti, secara eksplisit merujuk kepada bagaimana kehancuran oleh Godzilla merubah posisi Jepang dari "situasi nol pasca-perang" ke "Minus"; ketika mengutip alasan lainnya untuk judul ini, Yamazaki menyebut bahwa film ini mengambil tempat sebelum film Godzilla original tahun 1954 dan itu menekankan tema kehilangan secara keseluruhan.

= Penulisan

= Yamazaki mengatakan bahwa kecemasan global dan ketidakmampuan pemerintah selama pandemi COVID-19 merupakan salah satu inspirasi utamanya untuk jalan cerita dan dia berharap bahwa peristiwa ini dan direfleksikan dengan jelas saat film selesai. Dia mengarahkan dengan jelas bahwa jika latar film di Jepang modern dan mengambil pengaruh dari bencana nuklir Fukushima 2011, menurut dia akan menjadi terlalu mirip dengan Shin Godzilla (2016). Daripada itu, Yamazaki memutuskan untuk mengambil latar film pada Jepang pasca perang, yang membuat Godzilla Minus One untuk menjelajahi tema gerakan anti nuklir dan anti perang, seperti tema trauma, harapan, rasa bersalah, dan penebusan. Dia juga menyatakan bahwa Godzilla merupakan simbol pandangan Jepang akan nuclear holocaust, sama seperti film original 1954 Godzilla. Yamazaki memutuskan untuk menampilkan kapal penjelajah kelas berat Takao, pesawat tempur Shinden, kapal perusak Yukikaze dan Hibiki karena dia menyukai sejarah militer dan tidak pernah menampilkannya sebelumnya. Yamazaki dipengaruhi oleh film Shusuke Kaneko, Godzilla, Mothra and King Ghidorah: Giant Monsters All-Out Attack (2001)—yang dia kutip merupakan salah satu film Godzilla favorit—saat menulis naskah cerita untuk Godzilla Minus One. Pada saat penampilan pertama, dia merefleksikan diskusi dengan Kaneko: "Aku lupa isi dari GMK untuk beberapa saat, tapi sepertinya aku secara sadar memikirkannya saat menulis skenario untuk -1.0. Tanpa menyadarinya, aku dalam pengaruh besar". Dia juga menyatakan bahwa Godzilla Minus One juga dipengaruhi besar oleh film 1954, Shin Godzilla (2016), Steven Spielberg Jaws (1975) dan War of the Worlds (2005), dan film-film Hayao Miyazaki. Godzilla (2014) sutradara Gareth Edwards mengidentifikasi film Spielberg Close Encounters of the Third Kind (1977) dan Jurassic Park (1993), dan film Christopher Nolan Dunkirk (2017) sebagai bukti pengaruh lainnya atas filmnya. Mengenai penulisan akhir film, Yamazaki merasa bahwa "Akan menjadi lebih sinematik jika tidak berakhir dengan rapi dan cermat" dan mengatakan, "Ini tidak hanya agar sekuel bisa dibuat, ini juga agar karakter tetap hidup dalam hati penonton." Sebuah novelisasi dari film, ditulis oleh Yamazaki, diterbitkan di Jepang oleh Shueisha pada 8 November 2023. Menurut Yamazaki, novel menampilkan sebuah latar di Pulau Odo yang dia coba tampilkan pada film namun dia tinggalkan karena Toho tidak mengijinkannya.

= Pemilihan pemeran

= Selama pra-produksi, produser Minami Ichikawa menawarkan Ryunosuke Kamiki dan Minami Hamabe untuk bermain sebagai aktor pemeran utama, Kōichi Shikishima dan Noriko Ōishi, sebelum memerankan peran yang mirip di serial drama NHK, Ranman (2023). Menurut Yamazaki, media mengkritisi pemilihan peran ini, dan percaya bahwa akan menjadi terlalu mirip dengan peran mereka di Ranman, ketika diumumkan bahwa keduanya akan membintangi film pada konferensi pers di 4 September 2023. Yamazaki juga mengumumkan bahwa dia memilih Kuranosuke Sasaki sebagai Kapten Yōji Akitsu karena penampilannya di Asadora seperti Hiyokko (2017), yang memiliki pengaruh besar baginya. Yamazaki bertekad untuk memilih individual berbakat yang dapat memberikan penampilan yang meyakinkan mengenai orang-orang yang hidup pada periode Shōwa dan dapat membuat keberadaan Godzilla di film jadi lebih realistis. Keputusan pemilihan pemerannya dipengaruhi sedikit oleh film Godzilla sebelumnya, karena film ini mengenai kehidupan orang Jepang biasa di tahun 1940-an daripada menggambarkan politisi, birokrat, ilmuwan dan tentara. Alasan untuk ini adalah bahwa Yamazaki menginginkan penonton untuk berempati dan terhubung dengan karakter meskipun berlatar pasca perang. Anak adopsi Ōishi dan Shikishima's Akiko, awalnya direnacakan adalah seorang anak laki-laki. Setelah bertemu dengan artis anak-anak berumur dua tahun, Sae Nagatani, Yamazaki memutuskan untuk mengubah ini agar dia bisa memerankannya. Ketika dipertanyakan bagaimana dia mengatur Nagatani untuk menangis pada beberapa adegan, sang sutradara menjawab "Aku menemukan seorang jenius".

= Desain

= Desain Godzilla di Minus One merupakan variasi dari wahana Godzilla the Ride. Diinspirasi oleh desain Godzilla, Mothra and King Ghidorah: Giant Monsters All-Out Attack, Yamazaki awalnya membayangkan desainnya memiliki "mata berbentuk setengah bulan", namun kepala modeling Kosuke Taguchi membuatnya "berbentuk almond", dengan desain akhir memiliki "mata berbentuk-almond, keemasan". Yamazaki juga menambahkan bahwa karena kru membuat Godzilla dalam bentuk digital: "memudahkan untuk membuat lebih banyak detail yang memungkinkan dibandingkan dengan versi pembuatan tangan. Sehingga kami dapat meningkatkan resolusi dari skala model contohnya, dan membuatnya sangat, sangat tajam dan memberinya tesktur agresif. Dan dalam hal bagian bawah dari Godzilla, kami membuatnya sangat berat dan padat agar penonton merasa seperti gunung dan bayangan segitiganya berjalan dan bergerak melalui sebuah ruang, jadi bayangkan [Imperial] Star Destroyer dari Star Wars." Yamazaki mencoba membuat Godzilla ini menjadi versi paling mengerikan. Kru mendesain Godzilla menjadi ganas, sadis, dinamis, dengan sebuah statis, aspek seperti dewa. Sirip punggungnya dibuat lebih "tajam dan ganas" dibanding yang ada di wahana Godzilla the Ride, seperti jika energi regenratifnya menjadi tidak beraturan. Yamazaki menyatakan bahwa tim juga mencoba membuat Godzilla "paling mematikan dalam sejarah" menambahkan bahwa "hari ini cerdas, berpengalaman dalam rasa yang baru dirasakan penonton pada saat itu".

= Pengambilan gambar

= Pengambilan gambar utama mengambil lokasi di Kantō dan Chūbu (di prefektur Aichi dan Nagano) wilayah Honshu, dimulai sejak 17 Maret 2022, dan diselesaikan sekitar 11 Juni. Menurut laman Robot, latar film akan berada diantara tahun 1945 dan 1947, sehingga akan ada pembatasan pada ukuran kostum pemain ekstra, tata rambut (menyatakan bahwa pria berambut penjang perlu melakukan perms), dan warna rambut (menyatakan bahwa pewarnaan rambut tidak diperbolehkan). Pengambilan adegan lautan film diambil di Danau Hamana dan di Laut Enshū. Antara April dan June 2022, beberapa komunitas bisnis dekat dengan Sungai Tenryū membantu kru memodifikasi dan mengatur perahu untuk mengambil adegan lautan di Enshū. Tempat pengambilan gambar lainnya termasuk Balaikota di Okaya, Nagano, Tsukuba Naval Air Group Memorial Museum di Kasama, bekas Pangkalan terbang Angkatan Laut Kashima di Miho, dan Taman olahraga umum Shimodate di Chikusei. Selama produksi, adegan menampilkan pesawat Kyushu J7W Shinden sebagian direalisasikan menggunakan konstruksi replika dengan skala 1:1, yang mana hanya ada satu contoh tersedia dan berada di luar Jepang yang dikoleksi oleh Steven F. Udvar-Hazy Center di Chantilly, Virginia. Yamazaki menyatakan bahwa "Awalnya, anggaran tidak memungkinkan beberapa bagian dari pesawat untuk dibangun" namun "kami berpikir diluar biasanya, memiliki rencana B, kami dapat menemukan sebuah museum yang bersedia untuk membeli propertinya setelah film selesai, yang menambah anggaran produksi yang diperlukan untuk membuat pesawat dari awal". Kemudian, setelah pengambilan gambar selesai, replika dikirimkan untuk dipajang di Tachiarai Peace Memorial Museum di Chikuzen, Fukuoka pada 22 Juli. Toho mendonasikan replika tanpa nama, hanya menyebutkan keterlibatan mereka dalam konstruksi setelah Godzilla Minus One dirilis.

= Efek visual

= All 610 of the film's visual effect shots were handled by a crew of 35 artists at Shirogumi's Chōfu studio, under the supervision of Yamazaki and direction of Kiyoko Shibuya. According to the Los Angeles Times, between a quarter and a third of the film's budget was spent on visual effects. Eight months were spent on creating the visual effects. A TV Shinshu special about Yamazaki released in 2023 indicated that the team began creating the effects for the film in July 2022. Shirogumi revealed by opening a recruitment call for visual effects designers and compositors in August 2022, that post-production had begun and visual effects were taking place from that same month until January 2023; they later changed the dates to between November 2022 and February 2023. Their website named the 3D animation software Houdini and Maya for design and Nuke for compositing. Yamazaki had made a 3D maquette design on ZBrush, with Taguchi augmenting the design by adding his own elements, including the insertion of polygons and rendering displacement maps using Redshift. Then, the team retopologized the maquette design and finalized the displacement maps with Mudbox. After the visual effects were finished, post-production concluded in late May 2023. The ocean sequences were originally not intended to be as sizeable in the film until compositor Tatsuji Nojima, who composes computer-generated water at home as a hobby, presented Yamazaki with some of his own water simulations, inspiring the director to rewrite its climax and include more scenes set at sea. The team strived creating these sequences, especially Godzilla's destruction scene. Yamazaki reflected that "It put a huge strain on all of our rendering engines, so we created so much data in the process that when we added it all up it was easily over a petabyte. In the end, we erased the data from the scene where it was done, and made it while opening the hard disk." Yamazaki admitted to Shinji Higuchi, co-director and effects director of Shin Godzilla, that the film's destruction sequences and on-screen deaths were inspired by the Shibuya sequence in Gamera 3: Revenge of Iris; Higuchi had also directed that film's effects. Some of the characters present on-screen during Godzilla's rampage were created using Houdini; around 60 extras were 3D scanned to be replaced by a digital duplicate. He also paid homage to previous Godzilla films by not using any "muscle simulation" for the monster, which he said is "very common in animating creatures".

= Musik dan efek suara

= Yamazaki's frequent collaborator Naoki Satō scored the film. Rambling Records released Godzilla Minus One Original Soundtrack, on CD in Japan on October 28, 2023, with a limited edition vinyl following on November 24. On January 19, 2024, Toho announced that Waxwork Records is set to release the score on vinyl, with pre-ordering starting that same day. When composing the score, Satō took inspiration from Studio Ghibli's anime movies for the poignant scenes and the music of Akira Ifukube to accentuate the kaiju sequences. He also remade some of Ifukube's tracks from Godzilla (1954), King Kong vs. Godzilla (1962) and Mothra vs. Godzilla (1964) for some scenes. Natsuko Inoue handled the sound effects. She felt it was her mission to recreate the original Godzilla's roar using a modern sound system. Having tried many methods to keep the sound intact, Inoue decided that it wasn't strong enough, so she opted to record outdoors and use the echoes to enhance it. She decided to play the roar at the ZOZO Marine Stadium to create the fresh sound effect she desired, believing it was the only stadium that could meet the requirements they needed as it had huge speakers, no ceiling, was spacious, and was slightly sloped. Reminiscing on enhancing the roar at the stadium, Inoue said "I'll never forget the emotion I felt when I played it from the biggest speaker behind the electronic bulletin board"; Yamazaki recalled, "I felt a shiver in the pit of my stomach when I thought that people who actually saw Godzilla would hear this sound." After the crew played the sound at the stadium, they received several complaints from nearby residents. Producer Gō Abe stated that sound effects from the Ichibata Dehani 50 series were utilized for the scene where Godzilla attacks a 63 series train, as the crew sought to enhance the postwar setting through practical sounds.

Pemasaran

On June 12, 2023, the film's Twitter account began a daily countdown for all of Toho's live-action Godzilla films, starting with its previous live-action film Shin Godzilla. On July 11, Toho lifted the embargo on its secret kaiju film project, which was revealed as Godzilla Minus One. The film was announced with a teaser trailer, poster (which was primarily designed by Yamazaki), and the release date for the United States. Merchandise for the film was unveiled the next day with a full-body shot of Godzilla. On July 13, Tamashii unveiled its Godzilla toy for its S.H. MonsterArts line; the toy was sculpted by Yuki Sakai under Yamazaki's supervision and based on 3D data from the film. A series of pre-release products and an exhibit promoting the film was at the exhibition "The Visual World-crafting of YAMAZAKI Takashi [sic], Film Director" in Yamazaki's hometown of Matsumoto in Nagano Prefecture, from July 15 to October 29. A 2-meter tall Godzilla statue was exhibited at the 2023 Summer Wonder Festival on July 30. At the request of Toho, Hiroaki Fukushi spent roughly One month creating a statue of Godzilla, dubbed "Godzilla Neputa", to promote the film at the Aomori Nebuta Matsuri from August 4 to 8. Toho released its official trailer alongside the theatrical release poster, and details on the central cast and staff members on September 4. On September 14, 15 shots and a visual of Godzilla from the film were released; ticket sales (via Mubichike Online) and flyers for its November 3 release were released the following day. On September 14, SciFi Japan reported that the film had remained the top trending film on social media sites in Japan and the U.S., with the trailer accumulating over 9 million views on YouTube. During a press conference on September 25, Hamamatsu, the city bordering Lake Hamana (where some scenes in the film were shot), announced that it would promote the film to make the location a tourist attraction by preparing for "location cruising" at the lake in late October. On October 7, behind-the-scenes footage of the making of Godzilla Minus One was broadcast on Channel 4 of TV Shinshu, as part of a television special on Yamazaki, which was narrated by Hidetaka Yoshioka. Toho declared on October 16 that Godzilla Minus One would be the first Japanese movie screened in the 270-degree panoramic film format ScreenX. On October 18, Yamazaki and the film's stars attended its red carpet premiere along Godzilla Street in Kabukichō, Shinjuku; the red carpet was 50.1 meters in length, which is the fictitious height of Godzilla in Godzilla Minus One. In addition, the "giant Godzilla truck" was revealed for the first time on the red carpet; it would later travel around Tokyo promoting the movie. Television stations across Japan began airing a television special on Godzilla Minus One in late October. It features interviews with Yamazaki, Kamiki, and Hamabe, and behind-the-scenes footage. On October 23, Yamazaki, Kamiki, and Hamabe attended the red carpet at the opening of the 36th Tokyo International Film Festival. To promote the film in Japan, soft drink manufacture Cheerio released a new Chūhai drink called the "Godzilla Energy Chu-hi [sic]" on November 6.

= Pilihan penayangan

= On August 24, it was announced that, as a prelude to the release of Godzilla Minus One, Yamazaki had selected "4 Godzilla Works" for screenings in September and October. An accompanying "talk show" took place before each screening, with Shin Godzilla and Shin Ultraman (2022) director Shinji Higuchi serving as the guest for the screening of the original 1954 Godzilla film, and suitmaker Keizō Murase serving as the guest for the screening of Ghidorah, the Three-Headed Monster (1964). The third and fourth Godzilla films selected by Yamazaki for screenings are Shusuke Kaneko's Godzilla, Mothra and King Ghidorah: Giant Monsters All-Out Attack (2001), and a new black-and-white version of Shin Godzilla created by Hideaki Anno, Higuchi and Katsuro Onoue, respectively. Kaneko and Anno were also the guests at the talk shows for their respective films.

= Proyek kolaborasi

= Film ini dipromosikan di Tokyo Dome bekerja sama dengan Yomiuri Giants pada pertandingan mereka melawan Tokyo Yakult Swallows, mengambil tempat pada 1 Oktober. Sebuah video "kerjasama spesial" dan sebuah patung setinggi 3.6 meter Godzilla ditampilkan di tempat itu. Pada 27 September, Fujita Kanko menyatakan pada sebuah rilis pers bahwa Hakone Kowakien Yunessun hot spring theme park di Hakone, Kanagawa Prefecture akan mengadakan sebuah acara bekerjasama dengan film dari 20 Oktober 2023 hingga 8 Januari 2024.

Rilis

= Teatrikal

= Godzilla Minus One menggelar karpet merah dan tayang global di Toho Cinemas' bioskop didalam Shinjuku Toho Building pada 18 Oktober 2023. Ulasan pertama memuji film sebagai sebuah "masterpiece". Film ini menjadi film penutup pada Tokyo International Film Festival ke-36 pada 1 November, dimana ditayangkan dengan subtitel Bahasa Inggris. Untuk merayakan ulang tahun ke-70 waralaba, film dirilis secara nasional di Jepang pada 3 November, tanggal yang sama saat perilisan film Godzilla pertama di 1954. Film ini ditampilkan di 500 bioskop secara nasional-termasuk di format IMAX, Dolby Cinema, 4DX, MX4D, dan ScreenX—membuatnya menjadi salah satu distribusi domestik Toho terbesar hingga saat itu. Beberapa bioskop Jepang menayangkan film dengan subtitel Bahasa Inggris pada 23 November. Gelaran karpet merah di Amerika dirilis dan tayang di komplek bioskop Directors Guild of America di Los Angeles pada 10 November, dengan Yamazaki dan Kamiki turut hadir. Film ini juga ditayangkan oleh Polygon di Bioskop Frida di Santa Ana, California pada 27 November, Japan Society di Manhattan pada 28 November, dan di beberapa bioskop layar lebar pilihan di seluruh Amerika Serikat pada hari berikutnya. Anak perusahaan Toho di Amerika, Toho International merilisnya di Amerika Serikat dengan subtitel Bahasa Inggris pada 1 Desember, membuatnya menjadi film pertama yang didistribusi sendiri di seluruh wilayah Amerika Serikat. Meskipun awalnya dibuka di 2,308 bioskop Amerika dengan maksud untuk ditayangkan hanya selama satu minggu, penayangan film diperluas hingga lebih dari 2,600 bioskop pada 15 Desember dan tetap ada di bioskop Amerika berbulan-bulan karena popularitasnya dan ulasan yang bagus. Film ini mengkahiri penayangannya di Amerika Serikat pada 1 Februari 2024, kemungkinan dikarenakan kontrak antara Toho dan Legendary Entertainment untuk karakter Godzilla character dan karena film Legendary Godzilla x Kong: The New Empire akan dirilis delapan pekan kemudian. Namun, sebagai bagian dari seri FYC Collider dan Landmark Theatres', filmnya ditampilkan di Landmark Theatres Sunset di Los Angeles pada 19 Februari, dan menampilkan tanya jawab dengan Yamazaki afterwards. Film dirilis di negara barat lainnya pada 1 Desember. Negara ini termasuk Australia dan Selandia Baru (melalui Sugoi Co); Austria, Jerman, Liechtenstein, Luxembourg, dan Swiss (melalui Peppermint Anime); dan Benelux, Perancis, Italia, negara-negara Nordik, Polandia, dan Spanyol. Premier di Selandia Baru diadakan pada 22 November, di Queen Street, Auckland. Sato Company merilisnya di Brazil pada 14 Desember 2023 sementara Anime Limited merilisnya di Inggris dan Irlandia pada 15 Desember. Film ini tidak dirilis di Asia Tenggara, dengan Toho dilaporkan "tidak berencana" merilis film ini di wilayah tersebut.

Edisi hitam dan putih

Toho merilis versi hitam-putih dari film, berjudul Godzilla Minus One/Minus Warna (ゴジラ-1.0(マイナスワン)/C(マイナスカラー)code: ja is deprecated , Gojira Mainasu Wan/Mainasu Karā), di bioskop Jepang pada 12 Januari 2024; Toho International merilis versi ini di Amerika Serikat pada 26 Januari 2024, dimana versi ini diputar hingga 1 Februari. Juru warna Godzilla Minus One Masahiro Ishiyama ditugaskan untuk membuat Minus Warna. Yamazaki mengajukan agar napas api Godzilla tetap berwarna pada edisi hitam-putih, mirip seperti bagaimana film kriminal hitam-putih Akira Kurosawa High and Low (1963) yang menampilkan asap merah pada satu adegan. Namun, konsep ini ditolak oleh kru lainnya. Terkait versi Minus Warna, sang sutradara berkata dalam sebuah pernyataan: "Daripada hanya membuatnya menjadi monokrom, ini dibuat potongan dengan potongan. Aku membuat beberapa penyesuaian sambil menggunakan sepenuhnya berbagai mate seperti halnya jika membuat film baru." Minus Color adalah sebuah usaha untuk membuatnya seperti gaya dokumenter film horor, dan sebagai penghormatan bagi film 1954. Versi ini merupakan kredit terakhir bagi produser Shūji Abe, yang meninggal dunia pada 11 Desember 2023. Pada gelaran Academy Awards ke-96, Yamazaki dan tim efek visual memberikan penghormatan kepada Abe, dengan mengatakan bahwa dia "tersesat terlalu cepat".

= Media

= Pada 4 Maret 2024, diumumkan bahwa Godzilla Minus One direncanakan dirilis pada Ultra HD Blu-ray, Blu-ray dan format DVD di Jepang pada 1 Mei. Ultra HD Blu-ray yang diluncurkan merupakan "edisi deluks" dengan baik versi berwarna dan hitam-putih dan beberapa bonus fitur; Yamazaki sebelumnya menyebutkan kemungkinan sebuah "versi yang memiliki segalanya, seperti versi super duper deluks" ketika ditanyakan jika rilis video akan termasuk kedua edisi teatrikal film. Forbes melaporkan pada 8 Maret bahwa set boks UHD dari film juga akan dirilis di Amerika Serikat.

Penerimaan

= Box office

= Godzilla Minus One debut nomor satu pada box-office Jepang, dengan pendapatan kotor ¥1,04 miliar (US$7,8 juta) dari 648,577 lembar tiket selama tiga hari pertama penayangan. Selama akhir pekan penayangan perdana, menghasilkan US$1,2 juta dari 49 bioskop IMAX, membuatnya menjadi pembukaan terbesar untuk film aksi-langsung Jepang pada format ini. Bertahan pada nomor satu untuk tiga minggu berturut-turut, namun kemudian diambil alih oleh Tonde Saitama ~Biwako Yori Ai o Komete~ pada minggu keempat. Pada Januari 2024, Motion Picture Producers Association of Japan melaporkan bahwa Godzilla Minus One merupakan film Jepang dengan pendapatan kotor terbesar kelima 2023. Sampai dengan 3 Maret 2024, film telah mendapatkan penghasilan kotor ¥6,01 miliar (US$39,9 juta) dari 3.92 juta lembar tiket di Jepang, membuatnya menjadi film aksi-langsung berpenghasilan kotor terbesar yang dirilis di Jepang pada 2023. Deadline Hollywood menyatakan bahwa Godzilla Minus One merupakan sebuah kuda hitam perilisan globalnya menjadi "salah satu yang paling sukses dari Jepang". Di Amerika Serikat dan Kanada, film dirilis bersama dengan Animal, Renaissance: A Film by Beyoncé, Silent Night, dan The Shift, dan diproyeksikan mendapatkan penghasilan kotor lebih dari US$10 juta dari 2,308 bioskop pada akhir pekan pembukanya. Filmnya kemudian menghasilkan US$4,7 juta pada hari pertama, termasuk $2.1 juta dari pratinjau rabu dan kamis. Film ini akhirnya debut hingga US$11 juta, dan selesai pada urutan ketiga dan memecahkan rekor pembukaan film di Amerika Serikat untuk sebuah film aksi-langsung Jepang. Di Amerika Utara, film ini dengan cepat mengambil debut terbesar untuk sebuah film asing di 2023, melewati pembukaan Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba – To the Swordsmith Village'. dan menjadi film aksi-langsung Jepang paling sukses dalam sejarah. Pada 17 Desember, Godzilla Minus One menjadi film Jepang dengan pendapatan kotor terbesar keenam sepanjang masa di Amerika Serikat. Tidak lama setelahnya, film ini menjadi salah satu dari lebih 50 film dengan pendapatan kotor lebih dari US$40 juta di Amerika Serikat sepanjang 2023. Film ini memegang rekor box office Amerika untuk film berbahasa Jepang dengan pendapatan kotor terbanyak, dan melewati film Bong Joon-ho, Parasite (2019) sebagai film berbahasa asing dengan pendapatan kotor terbanyak ketiga sepanjang masa. Semantara itu, pada akhir pekan rilisnya, film debut pada urutan kedua di Brazil dan mendapatkan penghasilan kotor £816,891 di Inggris. Godzilla Minus One jauh melebihi perkiraan dari Toho pada box office global dan mengkontribusi pada pendapatan tahunan melebihi ¥100 miliar (US$680 juta) untuk pertama kalinya. CEO dari Toho Hiroyasu Matsuoka merasa film ini "mendapatkan keuntungan dari sedikitnya persaingan yang dirilis karena adanya Mogok kerja SAG-AFTRA 2023 ". Diluar Jepang, film ini menghasilkan US$56,418,793 di Amerika Serikat dan Kanada; US$1,355,174 di Australia; US$204,195 di Jerman; US$5,552,898 di Meksiko; US$225,061 di Belanda; US$221,531 di Portugal, US$154,198 di Italia; US$217,897 di Selandia Baru; US$122,150 di Norwegia; US$228,148 di Spanyol; dan US$3.185.119 di Inggris. Secara keseluruhan, film ini melewati Shin Godzilla sebagai film Godzilla Jepang dengan pendapatan kotor terbanyak, dengan kisaran pendapatan kotor US$107 juta secara global.

= Ulasan kritik

= Gendai Business and Real Sound reported that Godzilla Minus One received mixed reviews in Japan, while Western sources indicated critical acclaim overseas. According to The Hollywood Reporter, American critics concertedly praised its tiny-budgeted visual effects, touching human drama, and the usage of the kaiju metaphor for social commentary, with many favoring it over recent Hollywood productions. CBR reported that the film is widely considered One of the best films of 2023 and the greatest Godzilla movie ever made. Di situs web agregator ulasan Rotten Tomatoes, 98% pada 171 ulasan para kritikus adalah positif, dengan nilai rata-rata 8.4/10. Konsensus situs web berbunyi: "With engaging human stories anchoring the action, Godzilla Minus One is One kaiju movie that remains truly compelling between the scenes of mass destruction." Di situs Metacritic, yang menggunakan sistem penilaian rata-rata tertimbang, film ini mendapatkan skor 81 dari 100, berdasarkan 35 kritikus, yang menunjukkan "pengakuan universal". American audiences surveyed by CinemaScore gave the film an average grade of "A" on an A+ to F scale, and polls by PostTrak gave it a 92% overall positive score, with 83% saying they would definitely recommend the film. Screen International critic Tim Grierson felt "there's a reverence shown to Godzilla Minus One's gruesome colossus; audiences may cheer the havoc it wreaks, but Yamazaki understands Godzilla's sombre societal implications." Time Out's reviewer gave the film 4 out of 5 stars, calling it "heartfelt and often awe-inspiring" and Godzilla "One scary bastard". Katie Rife of IGN said the film is more "hopeful" than Shin Godzilla with "more swell, in the score and on the heart strings; less terror and more pride, even (or perhaps especially) while evoking a vulnerable period in Japan's history". The Austin Chronicle critic Richard Whittaker elucidated that the film's largely emotionally-driven storyline and monster action make it comparable to Akira Kurosawa's Ikiru (1952) and Ishirō Honda's Godzilla (1954) respectively. In The Washington Post's review, the film was compared to Top Gun: Maverick (2022), and reviewer Lucas Trevor cited both films as reminders of the prominence of movies that combine "concise and creative action with emotionally resonant characters", but concluded that Godzilla Minus One is "quite possibly the better movie of the two". Variety's Richard Kuipers said the film's "emotionally engaging storyline" and "heat-ray-breathing action", makes it a "high point in the long-running series". Collider described it as a "solid monster movie that hardly ever makes a wrong step" due to its "balances sweeping spectacle and tense action with the more complicated themes of war and loss". James Berardinelli lauded the film's effects, spectacle, screenplay, set and sound design, cinematography, and character development; dubbing it "an excellent Godzilla movie – arguably among the best ever to grace the screen". Kevin Maher, reviewing the film for The Times, deemed that "the Japanese have effectively humiliated Hollywood by delivering the best mega-monster movie since Peter Jackson's King Kong in 2005" and noted how "the average Hollywood Godzilla movie costs almost US$200 million and looks worse than this". Andy Lea, writing for Daily Express, gave the film a full five stars rating. Lea, similarly to Maher, felt "this Japanese Godzilla tramples its American rivals into the dust" and expressed how the "action scenes are tense and thrillingly orchestrated and the characters refreshingly three-dimensional". Dana Stevens esteemed that "Kamiki's anguished, vulnerable performance is One crucial part of what makes this protagonist so memorable". In addition, Stevens recognized that Yamazaki spent a long time writing the screenplay, which allowed him to "fret about things other than radioactive reptiles", such as "how to earn a living in a war-ravaged economy", or if Kamiki's character is "ready to accept the love that Noriko and their adopted daughter are so eager to give him". Meanwhile, Daisuke Satō from IGN Japan praised Kamiki's performance but believed that the other characters, especially Hamabe's Noriko, were overly stereotypical examples of Japanese people during the Shōwa era. He found the film's representation of the female characters controversial and felt uneasy about their acceptance by modern-day audiences. Matt Schley of The Japan Times also criticized the characters, calling them "less impressive" and "One-note" compared with the visuals, adding that: "Much of the script, like the rousing speech near the film's conclusion where a former navy commander urges his men to stand and fight, is eye-roll-inducing stuff." In his review for the South China Morning Post, James Marsh noted that while some criticism has been directed towards the film "pushing a pro-military agenda", the protagonists are "united in vehement criticism of their government, which pressured so many ordinary citizens into wasting their lives for a questionable cause". Marsh later ranked Godzilla Minus One as the best Asian film of 2023. For IndieWire's annual critics poll, of which 158 critics worldwide voted in, Godzilla Minus One was placed No. 30. Many critics on RogerEbert.com, including Matt Zoller Seitz, listed it amongst their favorite films of the year and Leonard Maltin also recommended the film when writing about his favorite films of 2023. The Quad-City Times named it the "best thing anyone put on screen in 2023". Writers for Collider ranked it the year's best Japanese film, fourth best foreign language movie, second best science fiction film, and eleventh best film overall. In addition, Collider ranked it No. 22 on their "25 Best Movies of the 2020s So Far". Cinema Today called Godzilla Minus One "without a doubt the No. 1" film released in Japan during 2023 on their "Top 20 Movies" list; Deadline listed the film amongst their "Top International Films Of 2023" list; Digital Trends and MovieWeb ranked it the second best action film of that year, with the latter calling it "One of (if not the) greatest monster movies in decades"; Paste ranked the film the third best science fiction movie of the year; Time Out ranked it the fourteenth best film of 2023; and TheWrap included it on their list of "The 10 Best Action Movies of 2023". The Academy of Motion Picture Arts and Sciences included it on their "Best Picture Reminder List" for the 96th Academy Awards. Forbes also ranked it the greatest live-action Godzilla film of all time. On the contrary, the Japanese film magazine Film Art ranked it the third worst on their list of "The Ten Best and Ten Worst Japanese Films of 2023".

= Respon industri

= Godzilla Minus One attained praise from industry figures. Hideaki Anno, co-director of Shin Godzilla, called the film "well-made" and praised the film's technical prowess, saying that Japan has improved in the field of visual effects. Godzilla (2014) director Gareth Edwards admitted to feeling "jealous", adding that "this is what a Godzilla movie should be" and that the film should be "mentioned as a candidate for the best Godzilla movie of all time". At the film's American premiere, Godzilla: King of the Monsters (2019) director Michael Dougherty told Yamazaki and Kamiki that the film was "amazing". Seth Green said "It's a movie filled with a lot of emotions, and I was very moved by it." Guillermo del Toro noted the film's "Theatre-sized ambition and fulfillment" and called it "A Miracle". Filmmakers Adam Wingard (director of Godzilla vs. Kong and Godzilla x Kong: The New Empire), Joe Dante, James Ponsoldt, and Juel Taylor listed the film amongst their favorite films of 2023. Kevin Smith named it "by far the best Godzilla movie that I've ever seen"; he thought the human drama was "as interesting as some of the most horrifying Godzilla scenes" and compared the ocean sequences to Jaws (1975). Several filmmakers, including John Landis, spoke to Yamazaki and three other members of the visual effects crew while they were at the Academy of Motion Picture Arts and Sciences on January 13, 2024, and some expressed to them that they believed the movie is the best of 2023. Monarch: Legacy of Monsters creators Matt Fraction and Chris Black commend the film's storyline and themes, with Black feeling it was equal to their show and Legendary's Monsterverse films. Blumhouse Productions founder and CEO Jason Blum named it his favorite movie of the year and expressed his desires for Yamazaki to make a Blumhouse film. Yamazaki encountered Steven Spielberg—whom was a significant influence on the film—at the 2024 Oscar Nominees Luncheon. According to The A.V. Club, Spielberg is "obsessed" with the film and told Yamazaki: "I saw it once in my home, and then I had to go see it again in IMAX, then Dolby Atmos". Pembuat video game Hideo Kojima memuji film, mengatakan bahwa "Godzilla, plot, VFX, musik dari Ifukube, penampilan Hamabe, dan pujian setelahnya" merupakan "tidak ada namun nilai tambah", dan bercanda bahwa "hasilnya adalah +120 angka, sehingga aku ingin merubah judulnya". Penulis One Piece Eiichiro Oda mengatakan bahwa filmnya "sangat bagus" dan menginspirasinya untuk melihat film lainnya pada serial ini setelahnya. Artis manga Aka Akasaka menyebut drama manusianya "luar biasa" dan mengakui bahwa dia menangis pada beberapa adegan. Produser televisi Nobuyuki Sakuma mengatakan bahwa "baik tua dan baru" dan "kekuatan darif Godzilla membuatku takut beberapa kali". Yoshifumi Naoi, basis dari band alternative rock, Bump of Chicken, menyebut bahwa "film yang sangat luar biasa", dan menambahkan: "pada banyak cara, badanku mati rasa bahkan setelah menontonnya". Komedian Shohei Osada menonton film ini tiga kali, dan menyebutnya "sangat menarik". Menulis untuk Deadline Hollywood, Pete Hammond menyatakan bahwa film ini "mencengangkan" Hollywood dan kemampuan pembuat film menggunakan anggaran yang rendah memukau para pembuat efek visual.

= Performa di Amerika Serikat

= Beberapa analis media Amerika Serikat dan pers menyatakan bagaimana kesuksesan dari respon kritik dan sisi komersial dari film di Amerika Serikat telah melampaui beberapa target Hollywood, khususnya film superhero, dan bagaimana film ini memberikan kualitas efek visual dengan anggaran dibawah US$15 juta, sebuah angka yang kecil dibandingkan dengan film-film Hollywood. Analis senior Comscore, Paul Dergarabedian menghubungkan kesuksesan film dengan "pemikiran outside-of-the-box atau film yang memiliki sudut pandang yang unik, atau tidak mencoba untuk mereplika apa yang berhasil sebelumnya". Dia membandingkan film dengan film-film yang sukses di 2023 —seperti Oppenheimer, Barbie, dan Sound of Freedom— yang juga menawarkan pengalaman yang baru dan tidak biasanya. Dergarabedian ragu jika penonton tidak memiliki kelelahan akan Godzilla ataupun film aksi, tetapi lelah akan "film jelek". Saba Hamedy dari NBC News mengatakan bahwa film ini membuktikan bahwa film aksi berdasarkan karakter yang berulang kali digunakan masih dapat menemukan kesuksesan. Sebagai tambahan, kritikus film Jepang Naoto Mori menghubungkan kesuksesan film dengan fakta bahwa ini dirilis pada periode ketika film superhero Hollywood mendapatkan penghasilan buruk karena mendapatkan respon yang buruk dari penonton dan juga kebanyakan memiliki anggaran berlebihan. Mori menyarankan bahwa Godzilla Minus One dipandang sebagai kebalikan dari film-film itu karena mampu memperlihatkan bahwa film tidak mesti memiliki anggaran yang sangat besar untuk bisa menarik penampilan dan memiliki "cerita yang mendasar".

= Anggaran

=

Perselisihan mengenai perkiraan

Sejak dirilisnya film, bujet film menjadi topik bahasan utama. Dilaporkan memiliki bujet dibawah 10% dari yang dikeluarkan untuk film Godzilla sebelumnya, Godzilla vs. Kong (2021), yang diproduksi oleh Studio Amerika Legendary Entertainment. Pada 14 November 2023, Yamazaki membantah bujet film mencapai ¥1 miliar, menyatakan bahwa bujetnya lebih tinggi. Beberapa media —termasuk Variety, IGN, the BBC, The Times, Slate, dan The Hollywood Reporter— kemudian mengklaim bahwa bujet film adalah US$15 juta (kisaran ¥2,2 miliar), namun, Yamazaki membantah angka ini pada Tokyo Comic Con 2023, dan menyatakan lebih rendah dan mengatakan "Aku berharap sebanyak itu". Kritikus film Makoto Matsuzaki mengklaim bahwa bujet film "sekitar ¥2 miliar" sementara Motohiko Tokuriki, menulis untuk Yahoo! Japan, Atsuo Nakayama, menulis untuk Nikkei xTREND, dan Nobuhiro Hosoki, menulis untuk Eiga.com, semua meyakinkan bahwa bujetnya adalah ¥1,5 miliar (US$10 juta). Pada Januari 2024, Hindustan Times juga melaporkan bahwa bujetnya US$10 juta dan Vulture menyatakan bahwa "laporan mengenai bujet Minus One bervariasi, namun berada diantara $10 dan $15 juta". Yamazaki later confirmed to Vulture that the budget was in fact within US$10–15 million, dengan Forbes kemudian melaporkan bahwa bujetnya sekitar kurang lebih $12 juta. The A.V. Club cited it as US$10–12 million, dan menambahkan bahwa angka tersebut "cukup tinggi untuk industri film Jepang". Yamazaki menolak membocorkan jumlah anggaran sebenarnya untuk film tersebut karena dia khawatir "semua orang akan menginginkan saya membuat film untuk jumlah tersebut".

Undang-undang tenaga kerja Jepang

Sebagai tanggapan atas kepercayaan beberapa jurnalis barat bahwa efek visual film melebihi film Hollywood dengan biaya sekitar US$200 juta dengan anggaran yang sangat kecil jika dibandingkan, beberapa menyarankan bahwa bujetnya yang rendah dan sedikitnya jumlah animator merefleksikan kondisi kerja yang keras di industri film Jepang. Sam Williamson dari Collider attributed the film's box office success to its low budget, addressing that Japan's labor laws incentivize studios to keep costs low at the expense of the cast and crew. Williamson noted that Japanese actor Kanji Furutachi had once stated that Japan lacks unions for actors and filmmakers, which brings a "low-quality environment with long hours and low wages" and rise to exploitation. Likewise, Kevin Slane of Boston.com felt the explanation for the film's visual effects being superior to that of the majority of Marvel Studios' US$200 million movies on a roughly US$12 million budget, to the likelihood that the visual effects crew had faced cruel working conditions. Yamazaki remarked that Japanese studios are either dubbed "white" or "black", with a "white" studio being One that "doesn’t exploit its employees" while a "black" studio "makes you work overnight at all hours and really doesn’t pay you well". Shirogumi, the studio responsible for the film's visual effects, is literally named "white team" in Japanese, which Yamazaki suggested means that "we want to believe we are setting up standards and an environment that is very workable for all the artists and everyone who is with us here today". Moreover, he emphasized that the visual effects team had not been mistreated and the team avoided working long hours (mentioning that it is a "very welcoming environment" anyway even if they work overtime) and cited how they assembled a kitchen in the studio to make it "more comfortable and cozy". Yamazaki also spoke of his hopes their visual effect budgets would increase in the future and that this could drive further improvements.

= Penghargaan

= Godzilla Minus One memenangkan Efek visual terbaik pada Academy Awards ke-96. Merupakan film Godzilla pertama yang dinominasikan untuk Academy Award dan Film Jepang pertama yang menerima nominasi pada kategori tersebut, dengan Yamazaki juga menjadi sutradara pertama sejak Stanley Kubrick (untuk 2001: A Space Odyssey di 1969) yang dinominasikan dan menang pada kategori itu dan membuat Shibuya menjadi wanita kulit berwarna pertama yang dinominasikan dan menang untuk kategori Efek visual terbaik. Pada Austin Film Critics Association Awards ke-19, film ini dipilih sebagai film terbaik keenam sepanjang 2023 dan memenangkan penghargaan untuk Film Internasional terbaik. Film ini menerima tiga nominasi pada Asian Film Awards (memenangkan dua; Visual efek terbaik dan Tata suara terbaik), empat Blue Ribbon Awards (memenangkan tiga; Film terbaik, Pemeran pria terbaik untuk Kamiki, dan Pemeran pendukung wanita terbaik untuk Hamabe), empat Hōchi Film Awards (memenangkan Sutradara terbaik untuk Yamazaki), enam Mainichi Film Awards (memenangkan Pengarahan seni terbaik untuk Anri Jojo), dan empat Seattle Film Critics Society Awards (memenangkan tiga; Film Internasional terbaik, Efek visual terbaik untuk Yamazaki dan Kiyoko Shibuya, dan penjahat tahun ini untuk Godzilla). Godzilla Minus One memenangkan delapan dari dua belas nominasi pada 47th Japan Academy Film Prize, termasuk Film terbaik, Naskah cerita terbaik untuk Yamazaki, dan Pemeran pendukung wanita terbaik untuk Sakura Ando, menjadi film dengan penghargaan terbanyak pada upacara tahun itu.

Warisan

= Dampak budaya

= Menurut Toho, Godzilla Minus One merupakan sebuah "fenomena global", dengan penggemar membuatnya "mendorong ke garis depan budaya pop". Pada Februari 2024, The Hollywood Reporter menyarankan bahwa Godzilla Minus One merupakan sebuah kontribusi signifikan untuk kebangkitan budaya populer Jepang saat ini di dunia barat, bersama dengan film Hayao Miyazaki The Boy and the Heron (2023), musim pertama dari serial aksi langsung Netflix One Piece, dan serial televisi Shōgun (2024). Sebagai tambahan, Collider mengklaim bahwa film "membantu waralaba serial Godzilla menjadi lebih populer dari sebelumnya".

= Potensi sekuel

= Sutradara Takashi Yamazaki telah mengkonfirmasi bahwa tidak ada pembahasan mengenai sekuel tetapi dia tertarik menyutradarainya jika ada. Dia menambahkan bahwa jika dia akan membuat film Godzilla kedua, dia lebih suka jika merupakan sekuel langsung yang akan melihat "kelanjutan dari cerita karakter" dan bagaimana mereka menjalani hidup setelah peristiwa di Godzilla Minus One. Pada kesempatan lainnya, Yamazaki juga menyebutkan bahwa film berikutnya akan menampilkan kaiju jahat untuk dilawan Godzilla dan menyiratkan bahwa sekuel akan menjelajahi kutukan yang Godzilla tinggalkan di Jepang, mirip dengan yang ditinggalkan oleh Tatari-gami di Princess Mononoke (1997). Minami Hamabe (yang memerankan Noriko Ōishi) menambahkan bahwa film ini akan mengawali beberap serial, dan menyebut "Jika ada serial berikutnya, aku mungkin akan menjadi yang menginjak dan menghancurkan orang-orang". Kemungkinan sekuel dibahas secara luas pada saat sambutan setelah penayangan dari versi hitam putih film ini di Tokyo pada 12 Januari 2024, dimana beberapa anggota pemeran hadir, sementara Yamazaki hadir secara luring karena sedang berada di Amerika Serikat. Yamazaki mengungkapkan bahwa dia ingin karakter kembali ke laut kembali untuk sekuelnya. Yuki Yamada memberikan ide untuk menggunakan Noriko sebagai kunci untuk menemukan Godzilla, menurut pemahamannya, dia memiliki "sel" monster. Mengenai sekuel, Yamazaki menyatakan kepada Empire: "Aku ingin melihat seperti apa sekuelnya. Aku tau bahwa peperangan Shikishima sepertinya telah usai, dan kita sudah mencapai tahapan damai dan tenang – tapi mungkin [ini] tenang sebelum badai, dan karakter belum memaafkan apa yang telah terjadi pada mereka." Dia juga menyatakan bahwa "Aku tidak tau apakah orang-orang sudah mematikan nada serius dari kaiju-versus-kaiju dengan drama manusia, dan tantangannya adalah yang ingin aku kembangkan". Selama tanya jawab Februari 2024 dengan pendiri Collider Steve Weintraub, Yamazaki mengumumkan bahwa dia telah mulai mengembangkan filmnya, tetapi membantah bahwa itu akan menjadi sekuel untuk Godzilla Minus One. Dalam hal kemungkinan untuk membuat sekuel, dia menambahkan: "Secara hipotesis, jika ada sekuel Godzilla, maka aku akan menanggalinya dengan sudah berapa lama dalam rentang waktu kami bahwa karakter itu telah mengalami apa. Sehingga, jika kami menfilmkannya tiga tahun dari sekarang, aku akan mengaturnya tiga tahun dari Godzilla Minus One. Dan aku berharap bahwa Akiko sudah bisa memulai akting sedikit." Produser Minami Ichikawa percaya bahwa Toho akan memberi mereka waktu untuk memproduksi film Godzilla berikutnya: "Film yang bagus adalah tentang kualitas. Kami menginginkan ide yang bagus, naskah yang sempurna, sutradara yang berbakat serta pemeran yang tepat untuk mengerjakannya secara cermat. Godzilla pantas mendapatkan tingkatan itu secara benar."

Catatan

Referensi

= Citations

=

= Sumber

=

Pranala luar

Situs web resmi (dalam bahasa Jepang) American website United Kingdom website German website (dalam bahasa Jerman) Godzilla Minus One on the official Godzilla website Godzilla Minus One at Toho (dalam bahasa Jepang) Godzilla Minus One di IMDb (dalam bahasa Inggris) (Inggris) Godzilla Minus One di AllMovie

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *