- Source: Ahmad Zuhdiannoor
K.H. Ahmad Zuhdiannoor atau dikenal dengan nama Abah Haji atau Guru Zuhdi (10 Februari 1972 – 2 Mei 2020) adalah pemuka agama sekaligus tokoh masyarakat yang dikenal sebagai ulama besar berpengaruh dan kharismatik di Kalimantan Selatan.. Dia memiliki gelar dengan sebutan "Al-Alimul Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Bahrul Ulum".
Riwayat
= Kehidupan awal
=Dia lahir dari pasangan K.H. Muhammad bin Haji Jafri Al-Banjari dan Hj. Zahidah binti Tuan Guru Asli Al Banjari. Ayahnya, K.H. Muhammad, adalah pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru dan dikenal sebagai ulama yang cukup berpengaruh di Banjarmasin. Sedangkan kakeknya dari pihak ibu, Tuan Guru Asli adalah tokoh ulama asal kampung Alabio, Hulu Sungai Utara. Dia memiliki beberapa saudara kandung, di antaranya Hj. Naqiah, Sa’aduddin, Jahratul Mahbubah, As’aduddin, Zulkifli, Najiah, Nashihah, dan Nafis.
= Pendidikan
=Pendidikan formal yang dijalaninya hanya sampai tingkat Sekolah Dasar. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Al-Falah. Pada awalnya dia berguru kepada ayahnya, K.H. Muhammad bin Haji Jaferi Al-Banjari, Pimpinan Pondok Pesantren Al Falah Banjarbaru tahun 1986-1993. Selain berguru pada sang ayah, ia juga sempat menimba ilmu sebentar di Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru. Karena sering sakit-sakitan, beliau berhenti, dan melanjutkan pelajaran di kampung Alabio, Hulu Sungai Utara pada sang kakek, K.H. Asli Al-Banjari. Selama belajar dengan kakeknya, ia mempelajari ilmu tajwid, fikih, tasrif, tauhid, dan tasawuf. Beberapa kitab yang dia pelajari di antaranya
Setelah kakeknya wafat, dia belajar kepada K.H. Abdus Syukur bin Jamaluddin atau Muallim Syukur, seorang ulama di Teluk Tiram, Banjarmasin. Selama di sana, dia belajar tasawuf, fikih, ushul fikih, dan arudh. Setelah Muallim wafat, dia meneruskan belajarnya kepada ulama Muhammad Zaini bin Abdul Ghani.
= Pengajaran dan dakwah
=Dia pernah mengajar di Pondok Pesantren Al-Falah selama sekitar dua tahun. Ia juga banyak mengisi majelis taklim dan membuka pengajian di Masjid Jami Banjarmasin, pengajian di rumahnya, pengajian di Langgar Darul Iman di kawasan Teluk Dalam, pengajian di Masjid Ar-Raudhah di kawasan Sungai Andai, pengajian di Kota Citra Grha Banjarbaru, dan pengajian di Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Beberapa kitab yang dia ajarkan di antaranya "Ihya` ‘Ulum al-Din "karya Imam al-Ghazali, "al-‘Ilm al-Nibras fi Tasybih ‘ala Manhaj al-Akyas" karya Sayyid ‘Abdullah bin ‘Alawi bin Husin al-‘Aththas, "Syarah Hikam Ibnu Athoillah" karya Muhammad bin Ibrahim, "Sifat Dua Puluh" karya Sayyid ‘Utsman bin bin Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya, "Syarh Nasha`ih al-Diniyyah" karya Sayyid ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Haddad dan kitab "Hidayah as-Salikin" karya Syekh Abd as-Shamad al-Falimbani.
Guru Zuhdi sering mengajarkan tauhid dan tasawuf, serta menekankan betapa pentingnya membersihkan hati. Ia juga konsisten di jalur dakwah serta tidak ikut dalam dunia politik, misalnya mendukung politisi tertentu dalam pemilihan umum.
Selain sebagai ulama, dia juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat tim sepak bola Barito Putera. Dalam kegiatan yang diselenggarakan Barito Putera, dia sering kali memimpin agenda yang digelar. Ia juga merupakan Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Kalimantan Selatan periode tahun 2018-2023. Guru Zuhdi juga aktif menjadi anggota pemadam kebakaran sekaligus mengetuai sebuah organisasi Barisan Pemadam Kebakaran di Banjarmasin dan turun langsung ke lokasi kebakaran untuk memadamkan api.
Wafat
Dia meninggal dunia pada 2 Mei 2020 atau 9 Ramadan dalam usia 48 tahun setelah dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta. Almarhum didiagnosis mengalami kanker paru dengan diagnosis banding kanker kelenjar getah bening. Sebelumnya dia dirawat selama dua hari di rumah sakit dan sempat menjalani pemeriksaan uji cepat dan usap PCR Covid-19. Hasil tes menyatakan negatif.
Jamaah pengajian dan warga masyarakat yang mendengar kabar meninggalnya perlahan mulai berkumpul di sekitar kediamannya. Ratusan warga yang berkumpul juga berdoa bersama untuk almarhum di Masjid Jami Banjarmasin. Beberapa petugas kepolisian dan TNI serta relawan pemadam kebakaran yang berjaga memberi imbauan agar masyarakat yang berdatangan tidak berkerumun dan tetap menggunakan masker karena pada saat itu sedang terjadi pandemi koronavirus dan penerapan pembatasan sosial berskala besar di Banjarmasin. Sebagian warga lainnya juga berkumpul di kawasan Perumahan Kota Citra Grha Banjarbaru setelah mendengar kabar bahwa almarhum akan dikebumikan di lokasi tersebut.
Jenazah almarhum diterbangkan dari Jakarta menuju Banjarmasin. Anggota keluarga memutuskan almarhum dimakamkan di samping kediamannya di belakang Masjid Jami Banjarmasin. Pada malam harinya, almarhum dikebumikan dan diantar oleh ribuan warga dan jemaah pengajian sambil melafalkan zikir dan selawat.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Ahmad Zuhdiannoor
- Ulama Banjar
- Abdus Syukur bin Jamaluddin
- Masjid Raya Sabilal Muhtadin
- Saberan bin Kaderi
- Daftar tokoh Banjar