- Source: Anna dari Rusia
Anna Ivanovna (bahasa Rusia: Анна Иоанновна, Anna Ioannovna) (7 Februari [K.J.: 28 Januari] 1693, Moskow – 28 Oktober [K.J.: 17 Oktober] 1740) adalah Maharani (kaisar wanita) Rusia dari tahun 1730 hingga tahun 1740. Sebelumnya dia memerintah sebagai wali di Kadipaten Kurlandia selama hampir dua puluh tahun setelah suaminya meninggal.
Latar belakang
Anna lahir di Moskwa pada tahun 1693. Ayahnya adalah Tsar Ivan V dan ibunya adalah Permaisuri Praskovia Saltykova. Meski Ivan seorang tsar, adik tirinya, Pyotr, yang secara de facto memimpin negara karena Ivan sendiri mengalami cacat mental. Dia memiliki kakak perempuan bernama Yekaterina Ivanovna yang menikah dengan Karl Leopold, Adipati Mecklenburg, dan seorang adik perempuan bernama Praskovya Ivanovna.
Ivan mangkat pada Februari 1696 saat Anna baru berusia tiga tahun. Anna dan saudari-saudarinya dibesarkan dengan disiplin oleh ibunya yang menjanda. Terlahir dalam keluarga yang relatif sederhana, Praskovia telah menjadi istri teladan bagi pria yang mengalami cacat mental dan mengharapkan putri-putrinya untuk memiliki standard moral dan kebajikan yang tinggi. Anna tumbuh di lingkungan yang sangat menghargai kebajikan dan sifat kewanitaan di atas segalanya dan menekankan penghematan, amal, dan ibadah agama.
Pada masa pemerintahan pamannya, Pyotr I, Anna diperintahkan untuk pindah dari Moskwa ke Sankt Peterburg. Perpindahan ini tidak hanya membawa perubahan terkait tempat tinggal, tetapi lingkungan masyarakatnya dan ini membawa perubahan besar pada Anna. Dia sangat menikmati kemegahan istana di sana dan dan gaya hidup mewah masyarakatnya, sangat berkebalikan dengan kesederhanaan yang lebih disukai ibunya.
Pernikahan
Pada tahun 1710, Pyotr menikahkan Anna dengan Friedrich Wilhelm, Adipati Kurlandia yang memiliki umur yang sama dengannya. Kedua pasangan ini menikmati hidup di Rusia selama beberapa pekan sampai kemudian mereka pindah ke Kurlandia yang jaraknya hanya dua puluh mil dari Sankt Peterburg. Namun di tengah perjalanan, Friedrich meninggal karena sebab yang belum pasti. Anna tetap melanjutkan perjalanan ke Kurlandia bersama jenazah suaminya, dan di sana dia memerintah Kadipaten Kurlandia hampir selama dua puluh tahun.
Naik takhta
Pyotr mangkat dan takhta diwariskan kepada istri keduanya, Yekaterina. Saat Yekaterina mangkat pada 1727, takhta kemudian diwariskan kepada Pyotr II, cucu Pyotr I dari istri pertamanya. Pyotr II mangkat pada Januari 1730 pada usia empat belas tahun tanpa meninggalkan keturunan, sehingga ada lima calon penguasa Rusia selanjutnya, semuanya perempuan, yakni tiga putri Ivan V: Yekaterina, Anna sendiri, dan Praskovya; dan putri Pyotr I dengan Yekaterina: Anna dan Yelizaveta.
Ivan adalah kakak Pyotr sehingga dipandang bahwa keturunannya yang lebih berhak duduk di takhta. Namun sebagian berpendapat bahwa penguasa selanjutnya harus dipilih dari yang memiliki hubungan keluarga paling dekat dengan penguasa sebelumnya sehingga dalam sudut pandang ini, putri-putri Pyotr lebih memenuhi syarat. Namun status anak-anak Pyotr terganjal dengan dua hal: kelahiran mereka yang berada di luar pernikahan resmi (meski dikatakan bahwa Pyotr dan Yekaterina sudah menikah secara rahasia sebelumnya) dan kedudukan ibu mereka, Yekaterina, yang sebelum menjadi permaisuri, hanyalah pelayan istana biasa. Hal ini berbeda dengan Praskovia Saltykova, ibu dari tiga putri Ivan, yang jelas berasal dari keluarga bangsawan. Terlebih Praskovia yang dipandang memiliki kebajikan yang tinggi dan terkenal akan kegiatan amalnya, menambah berat nilai putri-putri Ivan.
Pada akhirnya, Dewan Penasihat Agung Rusia memutuskan untuk menunjuk Anna sebagai penguasa Rusia yang baru, meski Anna masih memiliki kakak yang tinggal di Rusia dan Anna sendiri masih berada di Kurlandia. Pertimbangan yang diambil adalah bahwa status Anna yang janda dan tidak memiliki anak justru dapat mencegah masuknya pengaruh asing yang tidak diinginkan di Rusia, berbeda dengan kakaknya, Yekaterina, yang bersuamikan orang asing dan telah memiliki seorang putri. Selain itu, Anna yang telah memerintah Kadipaten Kurlandia dipandang lebih memiliki pengalaman politik. Dengan penunjukan ini, diharapkan pula bahwa Anna akan merasa berutang budi kepada para bangsawan dan merasa terikat dengan mereka. Untuk memastikan hal tersebut, Anna diminta untuk menandatangani persetujuan bahwa dia akan memerintah berdasarkan arahan anggota dewan dan dia tidak bisa menyatakan perang atau perjanjian damai, membuat pajak baru tanpa persetujuan mereka. Anna juga tidak dapat menghukum seorang bangsawan tanpa pengadilan, tidak dapat memberikan tanah kepemilikan, menetapkan seorang pejabat tinggi dan mengasingkan seseorang tanpa persetujuan anggota dewan.
Anna menandatangani berkas perjanjian itu pada 18 Januari 1730 di Jelgava, ibu kota Kurlandia. Pada 20 Februari 1730, segera setelah kedatangannya di Rusia, sang maharani yang baru menggunakan hak prerogatifnya untuk membubarkan anggota dewan penasihat. Dewan Penasihat Agung yang membuat perjanjian dengan Anna kebanyakan anggotanya terdiri dari keluarga Dolgorouki dan Galitzin. Beberapa hari berikutnya, faksi lain menyatakan penentangannya terhadap dominasi dari keluarga tersebut. Pada 7 Maret 1730, beberapa orang dari faksi ini (antara 150 sampai 800 orang, tergantung sumber) tiba di istana dan mengajukan petisi agar Maharani Anna membatalkan perjanjian yang telah disyaratkan dewan penasihat. Yekaterina, kakak Anna, merupakan salah satu orang yang mendukung keputusan ini. Anna kemudian membatalkan perjanjian tersebut dan mengasingkan beberapa perumus perjanjian itu ke Siberia, yang secara otomatis menjadikan Anna sebagai kepala monarki absolut sebagaimana para pendahulunya. Pada malam saat Anna membatalkan perjanjian tersebut, muncul aurora borealis di langit, membuat cakrawala terlihat seperti darah, yang kemudian dipandang sebagai gambaran bagi masa kekuasaan Anna pada masa mendatang.
Masa kekuasaan
Pada masa pemerintahannya, Anna melanjutkan untuk memajukan arsitektur mewah di Sankt Peterburg. Anna juga melanjutkan untuk mendanai Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia yang didirikan sejak masa pamannya, Pyotr yang Agung. Tujuan pendirian akademi ini adalah untuk memajukan ilmu pengetahuan di Rusia yang tertinggal jauh bila dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Beberapa ilmu yang dipelajari di sini adalah matematika, astronomi, dan botani. Akademi ini juga bertanggung jawab atas beberapa penjelajahan, khususnya di Laut Bering. Di masanya pula, akademi ini mulai memasukkan program seni dalam pengajarannya, begitu juga teater, arsitektur, dan jurnalisme.
Anna juga mendirikan ulang Kantor Penyidik Rahasia untuk menghukum mereka yang melakukan kejahatan politik. Hukuman yang diberikan seringnya sangat menyakitkan dan menjijikkan. Seperti mereka yang didakwa melawan negara akan dikoyak hidungnya dan dipukuli dengan cambuk.
Westernisasi juga dilakukan pada masa pemerintahannya, seperti dalam Akademi Ilmu Pengetahuan, pendidikan pasukan kadet, dan juga masalah kebudayaan seperti teater dan opera. Berbeda dengan penguasa Rusia yang lain, istananya dipenuhi dengan orang asing, kebanyakan dari Jerman. Anna kerap memberi orang-orang Jerman ini kedudukan penting. Ini karena ketidakpercayaannya dengan orang-orang Rusia sendiri. Pengaruh Jerman yang sangat mengakar kuat ini menimbulkan kebencian dari orang-orang Rusia terhadap mereka.
Dalam masa pemerintahannya, Rusia terlibat dengan dua perselisihan besar: Perang Pewaris Polandia dan Perang Rusia-Utsmani. Rusia dan Austria bersama mendukung August II dan melawan pencalonan Stanisław Leszczyński sebagai Raja Polandia, karena Satnislaw bergantung dengan Prancis dan bersahabat dengan Utsmaniyah dan Swedia. Pada 1732, Nader Syah, Syah (raja) Persia untuk mengembalikan wilayah utara Persia yang telah direbut pada Perang Rusia-Persia pada masa Pyotr yang Agung. Kemudian ditandatanganilah Perjanjian Rasyt yang merupakan kesepakatan antara Rusia dan Persia untuk melawan Utsmaniyah.
= Masa Biron
=Anna tidak pernah menikah lagi sejak pernikahannya yang hanya berumur beberapa pekan berakhir dengan kematian suaminya. Sebagai maharani, dia menikmati kedudukan dan kekuasaan di atas semua pria dan pernikahan dapat menjadikan kekuasaannya jatuh di tangan suaminya. Masa kekuasaan Anna juga kerap disebut dengan "Masa Biron" (Bironovschina), dinamai berdasarkan nama kekasih Anna yang berkebangsaan Jerman, Ernst Johann von Biron. Biron tidak hanya memiliki pengaruh besar dalam kebijakan dalam dan luar negeri Anna, tetapi dia juga memegang kekuasaan mandiri tanpa melibatkan Anna. Anna tertarik dengan pribadi Biron dan terbukti dia dapat menjadi pendamping yang baik bagi sang maharani. Meski begitu, namanya disepadankan dengan kekejaman dan teror. Di mata masyarakat, sudut pandang buruk ini menjadi penanda masa kekuasaan Anna.
= Warisan
=Di Eropa Barat, Anna dipandang sebagai penguasa yang melanjutkan misi pembaharuan Pyotr yang Agung. Sedangkan di Rusia sendiri, masa pemerintahannya dipandang sebagai "masa kegelapan". Pandangan ini berawal dari pribadinya. Anna dikenal suka berburu binatang melalui jendela istananya, dan dalam beberapa kesempatan, tidak memanusiakan penyandang cacat. Masalah kelanjutan perbudakan, perpajakan, ketidakjujuran, dan pemerintahan dengan menebar ketakutan. Perang dengan Utsmani, permasalahan ekonomi, dan makar terkait kenaikan takhtanya menyuratkan suatu yang tidak menyenangkan pada masa pemerintahan sang maharani. Dia kembali memulihkan pusat pemerintahan di Sankt Peterburg dan membawa atmosfer politik Rusia sebagaimana pada masa Pyotr yang Agung berusaha memajukannya, yang keagungannya bahkan tidak ada bandingannya, baik di Eropa maupun Asia. Namun semua pesona kemegahan itu terbayang-bayangi oleh ribuan manusia yang gugur dalam perang.
Kematian dan pewaris
Maharani Anna Ivanovna mangkat pada tanggal 17 Oktober 1740 pada usia 47 tahun setelah mengalami proses kematian yang pelan dan menyakitkan karena batu ginjal. Sebelumnya, Anna memilih Ivan yang baru berusia dua bulan sebagai penerusnya. Ibu Ivan, Anna Leopoldovna, adalah putri dari Yekaterina Ivanovna, kakak perempuan Anna. Pemilihan ini dimaksudkan agar kepemimpinan Rusia tetap dipegang oleh keturunan ayah Anna sendiri, Ivan V.
Rujukan
Daftar pustaka
Baynes, T.S., ed. (1878). "Anna Ivanovna". Encyclopaedia Britannica. 2 (edisi ke-9th). hlm. 60.
Chisholm, Hugh, ed. (1911), "Anne, Empress of Russia", Encyclopædia Britannica, 2 (edisi ke-11), Cambridge University Press, hlm. 68–69
Curtiss, Mini (1974), A Forgotten Empress: Anna Ivanovna and Her Era., New York: Frederick Unga Publishing Company
Lipski, Alexander (1950), "Some Aspects of Westernization during the Reign of Anna Ioannovna, 1730–1740", American Slavic and East European Review (1): 1–11
Lipski, Alexander (1956), "A Re-Examination of the "Dark Era" of Anna Ioanovna", American Slavic and East European Review, 15 (4): 488, doi:10.2307/3001306
Lipski, Alexander (1959), "Some Aspects of Russia's Westernization during the Reign of Anna Ioannovna, 1703–1740", American Slavic and East European Review, 18 (1): 2–5, doi:10.2307/3001041
Longworth, Philip (1972), The Three Empresses: Catherine I, Anna and Elizabeth of Russia, New York: Holt, Rinehart and Winston
Moss, Walter (1997), A History of Russia, 1, Boston: McGraw-Hill
Tucker, Spencer C. (2010), A Global Chronology of Conflict: From the Ancient World to the Modern Middle East, 2, ABC-CLIO, hlm. 729
Pranala luar
The Conditions of Anna Ivanovna's Accession to the Throne Diarsipkan 2008-05-12 di Wayback Machine.
Kata Kunci Pencarian:
- Anna dari Rusia
- Pavel I dari Rusia
- Aleksandr I dari Rusia
- Ivan VI dari Rusia
- Ivan V dari Rusia
- Yelizaveta dari Rusia
- Nikolai II (tokoh)
- Pyotr III dari Rusia
- Yekaterina I dari Rusia
- Aleksey I dari Rusia
- 2024 Indonesian presidential election
- 2024 Indonesian general election
- Anggun
- Pramudya Kusumawardana
- Yeremia Rambitan