- Source: Arquebus Jiaozhi
Arquebus Jiaozhi mengacu pada beberapa jenis senjata api mesiu yang diproduksi secara historis di Vietnam. Halaman ini juga menyertakan musket (senapan lontak) Vietnam — karena definisi awal dari musket adalah "arquebus berat". Istilah arquebus Jiaozhi berasal dari kata Cina Jiao Chong (交銃, artinya 'Arquebus Jiaozhi'), sebuah generalisasi senjata api yang berasal dari Dai Viet.
Sejarah
Dai Viet dulunya memiliki tradisi yang relatif awal dalam menggunakan senjata mesiu, mungkin diimpor dari Dinasti Ming. Pada akhir abad ke-14, raja Che Bong Nga dari Champa tewas dalam pertempuran ketika dia terkena tembakan meriam tangan tentara Tran ketika dia sedang melakukan survei di Sungai Hai Trieu. Sampai dinasti Ho, Ho Nguyen Trung memproduksi meriam Than Co Sang. Pada masa Lê So, senjata mesiu mulai digunakan secara luas di ketentaraan. Di Thailand, sebuah meriam tangan ditemukan yang awalnya diyakini berasal dari Tiongkok, tetapi berdasarkan prasasti pada senjata tersebut mereka mengkonfirmasi asal Dai Viet. Ini kemungkinan besar merupakan peninggalan dari invasi kerajaan Lanna (sekarang Chiang Mai) di bawah Le Thanh Tong pada 1479–1484.
Pada abad ke-16, ketika orang Eropa datang ke Dai Viet untuk berdagang, senjata Barat dibeli oleh bangsawan untuk melengkapi pasukan mereka dan senapan lontak mulai diimpor ke Dai Viet sejak saat itu. Tome Pires dalam karyanya Suma Oriental (1515) menyebutkan bahwa Cochin China memiliki musketir dan bombard kecil yang tak terhitung jumlahnya. Pires juga menyebutkan bahwa bubuk mesiu digunakan dalam perang dan hiburan.:115 Senapan lontak Dai Viet tidak hanya digunakan secara luas di dalam negeri, tetapi juga diperkenalkan ke Dinasti Ming setelah konflik perbatasan antara dinasti Mac dan kelompok etnis minoritas di Guangxi dan Yunnan.
Tentara Melayu dan Trinh Vietnam menggunakan penutup bambu di laras arquebus matchlock mereka dan mengikatnya dengan rotan, untuk menjaganya tetap kering saat berjalan di tengah hujan. Orang Vietnam juga memiliki bambu yang lebih kecil untuk diletakkan di atas laras, untuk mencegah senapan dari penumpukan debu saat ditempatkan di rak senjata. Orang Vietnam menggunakan arquebus semacam itu untuk mengganggu armada Spanyol di lepas pantai pada akhir abad ke-16 dengan beberapa keberhasilan. Bentuk senapan ini mirip dengan istinggar, tetapi memiliki popor yang lebih panjang.
Arquebus Jiaozhi tidak hanya sangat dihargai oleh orang Cina, tetapi juga dipuji terutama oleh para pengamat Barat atas keakuratannya yang tinggi dalam apa yang mereka saksikan dalam perang Le-Mac dan Trinh-Nguyen. Dinasti Minh juga menilai arquebus Dai Viet sebagai "senapan terbaik di dunia", bahkan melampaui senapan Ottoman, senapan Jepang dan senapan Eropa. Menurut Dr. Ly Ba Trong, mantan kepala departemen sejarah di Universitas Thanh Hoa:Pada akhir Dinasti Ming, orang Annam mengembangkan senapan matchlock dengan kinerja yang sangat baik, yang oleh orang Cina disebut "Jiao Chong" (berarti senapan Jiaozhi). Beberapa orang berpikir bahwa senapan jenis ini lebih unggul dari "Niao Chong" (鳥銃, 'arquebus burung') buatan Barat dan Jepang dan juga "Lu Mi Chong" (魯密銃, 'arquebus Rûm') dalam hal kekuatan dan performa.Luu Hien Dinh, yang hidup di akhir dinasti Ming dan awal Thanh, berkomentar:"Senapan matchlock Jiaozhi adalah yang terbaik di dunia."Senapan Dai Viet dapat menembus beberapa lapisan baju besi, dapat membunuh 2 sampai 5 orang dengan satu peluru tetapi tidak mengeluarkan suara yang terlalu keras saat ditembakkan. Catatan era Qing, 南越筆記 (Nányuè bǐjì) mengibaratkan arquebus Jiaozhi dengan arquebus Jawa.
Pada akhir abad ke-17 M, tentara Trinh menggunakan senapan lontak panjang, dengan panjang laras antara 1,2 hingga 2 meter, yang menghasilkan bobot yang lebih berat. Mereka dibawa di punggung pria dan melepaskan peluru 124 g. Untuk menembakannya dibutuhkan penyangga, dari sepotong kayu dengan panjang 1,83–2,13 m.
Senapan yang mirip dengan gingal, dengan dudukan kayu dan poros putar juga dilaporkan:"Salah satu ujung pedati ditopang dengan 2 kaki, atau garpu setinggi 3 kaki, yang lainnya bertumpu di tanah. Senapannya ditempatkan di atas, di mana ada soket besi untuk senapannya masuk, dan garpu putar untuk memutar moncongnya dengan cara apa pun. Dari bagian belakang senapan ada popor pendek bagi orang yang menembakkan senapan untuk memutarnya, dan meletakkannya di bahunya ..."Bahkan di akhir abad ke-18, penembak Nguyen mengandalkan senapan matchlock panjang dengan garpu putar dan kaki tiga.
Lihat juga
Arquebus Jawa
Istinggar
Senapan Tanegashima
Senapan gajah
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Charney, Michael (2004). Southeast Asian Warfare, 1300-1900. BRILL. ISBN 9789047406921
Kata Kunci Pencarian:
- Arquebus Jiaozhi
- Arquebus Jawa
- Majapahit
- Jiaozhi arquebus
- Java arquebus
- List of medieval weapons
- Elephant gun
- Wall gun
- Tanegashima (gun)
- List of premodern combat weapons
- Flintlock
- Majapahit
- Lê dynasty