- Source: Banda Neira (grup musik)
Banda Neira merupakan grup musik yang dibentuk oleh Ananda Badudu dan Rara Sekar. Banda Neira berawal dari proyek iseng dua personelnya untuk bermusik bersama. Keisengan mereka ternyata melahirkan empat buah lagu yakni "Di Atas Kapal Kertas", "Ke Entah Berantah", "Kau Keluhkan", dan "Rindu" (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).
Karier
= Pembentukan (2012)
=Banda Neira awalnya hanya proyek iseng dan kurang persiapan oleh Ananda Badudu dan Rara Sekar.
Dua orang ini uji aksi bermain musik kecil-kecilan pada malam di bulan Februari 2012 di sebuah acara gigs kecil-kecilan di sekitar kampus Universitas Parahyangan untuk merayakan kelulusan teman.
Ananda Badudu dan Rara Sekar, yang pernah berkenalan di organisasi pers mahasiswa, mereka berdua uji aksi bermusik, Rara menyanyi dan Ananda Badudu bermain gitar akustik. Mereka berdua membawakan beberapa cover dari Bon Iver, Feist, Sore dan lagu Stars berjudul Your Ex-lover is Dead.
Karena persiapan tak terlalu lengkap, ketika panitia bertanya nama band-nya, kebingungan muncul, maka nama sebuah pulau tempat pengasingan para pendiri bangsa mereka ambil: Banda Neira. Banda Neira adalah nama pulau yang berada di Maluku, bagian Timur Indonesia. Pada masa perjuangan kemerdekaan, beberapa pejuang dan bapak penemu bangsa sempat dibuang oleh Belanda ke sana. Di antaranya Sjahrir dan Hatta. Banyak cerita menarik yang ditulis Sjahrir tentang Banda Neira. Dari catatan hariannya orang bisa tahu ia tak merasa seperti orang buangan ketika diasingkan ke sana. Barangkali karena pulaunya luar biasa indah dan masyarakatnya menarik. Sementara Hatta sibuk baca buku, Sjahrir asik bermain dan mengajar anak-anak setempat. ”Di sini benar-benar sebuah firdaus”, tulisnya di awal Juni 1936. Dari pulau dan cerita inilah nama band ini diambil.
= Di Paruh Waktu (2012)
=Iseng-iseng di sela-sela pulang kerja-Ananda Badudu, seorang wartawan dan Rara Sekar, pekerja sosial mereka membuat lagu. Sepakat melangkah lebih jauh, proyek iseng itu berlanjut jadi serius. Suatu hari sebelum Rara Sekar hijrah ke Bali untuk urusan pekerjaan, keduanya nekat menyewa studio untuk merekam lagu. Jadilah album EP yang diberi nama “Di Paruh Waktu” Terdiri dari empat lagu Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).
Hasil rekaman itu kemudian diunggah di soundcloud dan ternyata banyak yang mendengar. Dugaan awal mereka soal pendengar salah total. Ternyata, selain keluarga Badudu, keluarga Rara, dan anak-anak Media Parahyangan, ada juga yang mendengarkan album di Paruh Waktu Banda Neira. Lagu yang mereka unggah ke Soundcloud, sebelum kemudian dikenal banyak pecinta musik dan memiliki basis penggemar.
= Berjalan Lebih Jauh (2012–2013)
=Pada akhir 2012 mereka sepakat meneruskan proyeknya. Mereka kembali ke dapur rekaman, kali ini untuk menggarap LP debut bertajuk “Berjalan Lebih Jauh”. Dari Agustus hanya memiliki empat lagu, pada Desember tahun yang sama mereka sudah menambah enam album baru untuk satu album penuh Banda Neira. Sempat tersendat akibat jarak lintas provinsi (Ananda di Jakarta, Rara di Bali), akhirnya album berisikan 10 lagu itu rampung. Seiring berjalannya waktu, band ini akhirnya menarik perhatian kawan-kawan di Koperasi Mahasiswa Unpar (Kopma Unpar) atau Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa (KKBM). Koperasi mahasiswa yang turut melahirkan Sorge Magazine, sebuah web zine ugal-ugalan, ini pun berinisiatif untuk turut terlibat dalam rencana Banda Neira merilis “Berjalan Lebih Jauh” dengan mendirikan Sorge Records.
Peluncuran Album ini dilaksanakan di Chinook Cafe and Resto Jalan R.E Martadinata no 191 Bandung pada tanggal 13 April 2013 dan Pesta Rilis di Jakarta Minggu, 26 Mei 2013 di Newseum Cafe Jl. Veteran 1 no.33, Jakarta, Indonesia 10110.
= Kita Sama-Sama Suka Hujan (2015)
=Banda Neira, Gardika Gigih, dan Layur akan berkolaborasi menggabungkan warna musik yang mereka bawa dalam sebuah konser bertajuk “Suara Awan, Sebuah Pertemuan”. Konser ini menggabungkan folk akustik Banda Neira dengan alunan piano Gardika Gigih serta nuansa elektronik pada musik Layur. Musik ketiganya akan dibuat lebih megah dengan tambahan string chamber Alfian, Jeremia, dan Suta.
Konser kolaborasi ini dipicu oleh rasa saling kagum di antara Banda Neira, Gigih, dan Layur. Awalnya, pertemuan ketiga musikus ini awalnya hanya terjadi di Soundcloud, situs di mana ketiganya mengunggah karya. Saling komentar di dunia maya akhirnya berkembang menjadi pertemuan tatap muka. Setelah beberapa kali bertemu di Yogyakarta, mereka sepakat mengadakan konser kolaborasi.
Ada 10 lagu yang akan dibawakan dalam Suara Awan. Dua lagu ciptaan Layur (Are You Awake?, Suara Awan), empat lagu ciptaan Gigih (Kereta Senja, Tenggelam, Hujan dan Pertemuan, I’ll Take You Home), dan empat lagu ciptaan Banda Neira (Hujan di Mimpi, Matahari Pagi, Derai-derai Cemara, Hal-hal yang Tak Kita Bicarakan).
Diawali dengan konser Suara Awan, ada keinginan untuk melaksanakan pertunjukan bersama dengan konsep dan aransemen yang lebih matang. Maka digagaslah pentas musik Kita Sama-Sama Suka Hujan di Jakarta dan Bandung pada tahun 2015.
Proyek Kita Sama-Sama Suka Hujan (KISSSH) yang digagas enam orang musisi, keberanian itu bisa dirayakan lewat sebuah album live yang mengabadikan beberapa pertunjukan kolektif ini yang mereka helat sepanjang tahun 2015. Proyek ini telah dipentaskan tiga kali; di Jogjakarta –dengan nama lain, Konser Suara Awan, Bandung (11 April 2015 di Dago Tea House ) dan Jakarta. Secara kolektif, mereka memainkan sebuah pertunjukan bertajuk KISSH ini.
Hasil dari pendokumentasian konser ini dirilis dalam bentuk paket album live, Paket album live ini berisikan CD (2 disc), DVD, Kaset, T-shirt, dan Drawstring bag. Produk rilisan ini merupakan hasil kolaborasi antara Sorge Records, Sorge Visual, Nanaba Records, dan Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa (KKBM) Unpar.
= Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (2016)
=Mereka semakin dikenal ketika merilis album kedua bertajuk Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti. Pada album ini Banda Neira masih menuliskan lirik serupa seperti sebelumnya, dengan sedikit perubahan dari segi musik. Album tersebut merupakan album penuh kedua Banda Neira setelah "Berjalan Lebih Jauh" (2013), selain mereka juga sempat meluncurkan mini album "Paruh Waktu" (2012) dan album konser "Kita Sama-Sama Suka Hujan" (2015) lalu yang diproduksi dari pentas kolaborasi bersama Gardika Gigih, Layur, Jimi dan Sutasuma.
Proses album yang dibuat selama tiga tahun dapat diterima pendengarnya pertengahan Februari 2016. Proses rekaman album berisi 15 lagu ini berlangsung di Bali (November 2015) dan Yogyakarta (Januari 2016).
Dibanding album perdana Berjalan Lebih Jauh (2013), album kedua berbeda dari segi teknis rekaman dan melibatkan lebih banyak orang. Gardika Gigih, Layur, Suta Suma Pangekshi, Jeremia Kimosabe, Dwi Ari Ramlan, dan Leilani Hermiasih alias Frau adalah sejumlah nama yang turut berkontribusi dalam album. Empat nama pertama sebelumnya pernah berkolaborasi dengan Banda Neira dalam pentas musik "Kita Sama-sama Suka Hujan" (April 2015). Mengenai sistem rekaman yang dilakukan secara live dan semi live.
Di beberapa lagu, Banda Neira menggunakan alat musik lain selain gitar. Pada lagu Sebagai Kawan (feat. Jeremia Kimosambe) dan Pangeran Kecil terdengar suara biola dan selo. Kemudian pada lagu Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti dan Sampai Jadi Debu terdengar suara piano.
Acara peluncuran album dilangsungkan dalam sebuah konser mini yang disebut duo yang digawangi Ananda Badudu dan Rara Sekar itu sebagai Pesta Rilis Kecil-Kecilan di PGP Cafe, Rempoa, Jakarta Selatan, Sabtu,30 Januari 2016. Dalam acara rilisnya, Banda Neira memainkan 13 nomor yang di antaranya ada dalam "Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti" seperti "Matahari Pagi", "Sebagai Kawan" dan "Pelukis Langit". Selain itu mereka juga menampilkan sejumlah lagu di album terdahulu seperti "Di Atas Kapal Kertas", "Senja Di Jakarta", "Esok Pasti Jumpa" dan "Di Beranda".
"Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti" berisikan 15 lagu yang dibagi dalam dua cakram, "Yang Patah Tumbuh" dan "Yang Hilang Berganti".
= Pembubaran (2016)
=Jauh sebelum pengumuman bubarnya disebar, Banda Neira memang sudah lama vakum. Band yang diisi oleh Ananda Badudu mengisi vokal dan gitar serta Rara Sekar pada vokal dan xylophone sudah hampir setahun vakum. Tapi sebelum perpisahan, Banda Neira sudah menyempatkan untuk membuat pesta perpisahan.
Pesta rilis album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti di PGP Cafe, Rempoa, Jakarta Selatan, Sabtu, 30 Januari 2016 sekaligus ajang pamit Rara Sekar kepada Ananda Badudu dan para penggemar Banda Neira. Pasalnya, Rara akan ke Selandia Baru melanjutkan studi S2 jurusan antropologi budaya. Ananda juga mengatakan bahwa kegiatan Banda Neira otomatis berhenti hingga waktu yang tak ditentukan.
Banda Neira secara resmi membubarkan diri pada Jumat, 23 Desember 2016 dini hari. Hal tersebut disampaikan oleh kedua personelnya, Rara Sekar dan Ananda Badudu melalui akun Instagram resmi Banda Neira.
Selama empat tahun berkarya, Banda Neira telah merilis dua buah album yakni Berjalan Lebih Jauh (2013) dan Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (2016) dan sempat meluncurkan mini album "Di Paruh Waktu" (2012) dan album konser "Kita Sama-Sama Suka Hujan" (2015) lalu yang diproduksi dari pentas kolaborasi bersama Gardika Gigih, Layur, Jimi dan Sutasuma.
= Proyek pasca-bubar (2017-2023)
=Rara Sekar
Pada Maret 2017, Rara Sekar mulai terlibat di Daramuda, sebuah proyek kolaborasi bersama Danilla dan Sandrayati Fay. Mereka melepas album Salam Kenal pada 22 Februari 2019 dan album mini Pertigaan pada 2 April 2020. Seminggu setelah merilis Pertigaan, mereka melepas lagu "Selamat Tinggal" sekaligus menyatakan bubar.
Pada Oktober 2020, Rara resmi memulai kiprahnya sebagai artis solo dengan nama panggung Hara. Kenduri, album mini perdana Hara dirilis pada 7 Juni 2021, disusul oleh album mini Layar Terkembang (With Sails Unfurled) pada 22 Desember 2023.
Ananda Badudu
Ananda Badudu mengawali karier solonya dengan melepas lagu "Hiruplah Hidup" pada 23 April 2020, disusul oleh album mini Angkat dan Rayakan yang dirilis pada 22 Juli 2021. Di tahun 2021, lagu "Bangun, Bajingan!" ciptaannya dipakai untuk film layar lebar Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
Di akhir 2022 Ananda Badudu membentuk band baru beranggotakan enam orang yang membawakan musik yang lebih ceria dibanding karya-karyanya di masa lampau. Band yang kemudian diberi nama Sauh ini merilis lagu "Benderang" pada 28 Juli 2023.
= Aktif kembali dengan formasi baru dan album Tumbuh dan Menjadi (2023–sekarang)
=Respons positif dari penonton yang dialami Ananda Badudu saat membawakan lagu-lagu Banda Neira di festival Pestapora pada September 2023 mendorongnya untuk mengaktifkan kembali proyek tersebut. Dengan bergabungnya Saron "Sasha" Sakina, penyanyi dan pemain biola yang mengiringi Ananda di beberapa pertunjukan solonya serta sempat terkenal sebagai artis cilik lewat lagu "Iguana" di tahun 1996, formasi baru Banda Neira merekam album ketiga Tumbuh dan Menjadi yang disebut sebagai penutup trilogi yang masih ada benang merah dengan dua album sebelumnya. Banda Neira menandakan kembalinya dengan melepas single "Tak Apa Akui Lelah" pada 28 Oktober 2024 yang disusul oleh album Tumbuh dan Menjadi pada 1 November. Kembali aktifnya Banda Neira ini turut disambut baik oleh Rara Sekar yang memberi ucapan selamat kepada Ananda dan Sasha melalui akun Instagram pribadinya.
Anggota
Ananda Badudu – ko-vokalis utama dan vokalis latar, gitaris (2012-2016, 2024-sekarang)
Saron "Sasha" Sakina – ko-vokalis, biola (2024-sekarang)
Mantan anggota
Rara Sekar – vokalis utama, xilofonis, piano (2012-2016)
Diskografi
= 2012: Di Paruh Waktu - EP (Extended play)
=Tracklist
Keterangan
Seluruh lagu dimasukkan ke Album Berjalan Lebih Jauh
= 2013: Album Berjalan Lebih Jauh
=Tracklist
= 2013: Kita Sama-Sama Suka Hujan
=Kita Sama-Sama Suka Hujan (Live Konser 2015) oleh Banda Neira, Gardika Gigih, Layur, Jeremia Kimosabe & Suta Suma
Tracklist
= 2016: Album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti
=Tracklist
Pranala luar
Banda Neira di Twitter
Banda Neira di Instagram
(Indonesia) Situs web Banda Neira
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Banda Neira (grup musik)
- Rara Sekar
- Peradaban (lagu)
- Beberapa Orang Memaafkan
- Daftar pemusik folk asal Indonesia
- Museum Musik Indonesia
- Elemental Gaze
- Indonesian Idol (musim 11)
- Universitas Katolik Parahyangan
- Daftar lagu yang diciptakan oleh Dwiki Dharmawan
- Music of Indonesia