- Source: Barnabas Johan Winkler
R.P. Barnabas Johan Winkler, O.F.M.Cap., (19 Juni 1939 – 6 November 2020) adalah seorang misionaris Kapusin asal Brixen, Tirol Selatan, yang berkarya di Nias dan Sibolga dan telah memegang berbagai jabatan pimpinan dalam Ordo Kapusin dan Keuskupan Sibolga. Selain itu dia juga dikenal sebagai arsitek autodidak yang telah mendesain dan membangun berbagai gedung dan kompleks gedung, yang tersebar di Nias, Sumatra sampai Flores. Terutama setelah gempa bumi dahsyat Nias 2005, orang mengenal dia sebagai perancang bangunan tahan gempa. Setiap orang yang berlayar dengan kapal laut ke Nias dan berlabuh ke pelabuhan Gunungsitoli akan disuguhi pemandangan kompleks bangunan di atas bukit berwarna merah yang disebut Biara Laverna, salah satu dari kompleks bangunan karya Barnabas, yang bersama dengan karya lainnya Biara Santa Klara, Gunungsitoli, merupakan salah satu dari sedikit saja bangunan yang bertahan waktu gempa Nias 2005.
Riwayat hidup
Barnabas lahir di St. Andrä, Brixen, Italia, pada tanggal 19 Juni 1939 dalam sebuah keluarga religius dan diberi nama Johan. Seperti kemudian juga adiknya Wilfried, Johan memutuskan masuk Ordo Kapusin dan diterima pada 28 Agustus 1959. Pada tanggal 29 Agustus 1963 dia mengucapkan kaul kekal. Setelah kuliah filsafat dan teologi dia ditahbiskan menjadi imam kapusin pada tanggal 29 Juni 1968 bersama adiknya Wilfried.
Pada tahun 1970 Barnabas dan Wilfried berangkat ke Pulau Nias menjadi misionaris. Dia diberi tugas utama mendidik para religius muda. Tiga tahun kemudian Barnabas mendapat tugas tambahan untuk membangun gedung tempat pendidikan yang dimaksud tsb. Sebagai seorang autodidak Barnabas dengan cepat menjadi arsitek pembangunan itu dan ternyata merupakan permulaan dari berbagai gedung dan kompleks bangunan yang akan dia rancang sesudahnya.
Dan memang tugas merancang bangunan berikutnya datang tiga tahun kemudian. Pada tahun 1976 dia diberi tugas merancang kompleks paling megah dan ternyata tahan gempa dahsyat yang terjadi 30 tahun kemudian, yakni Biara Santa Klara, Gunungsitoli atau lebih dikenal sebagai Biara Klaris. Demikianlah dari satu gedung, menjadi dua menjadi beberapa kompleks bangunan dst. tersebar di seluruh Tanah Air. Dia juga mengintegrasikan motif-motif tradisional Nias di bangunan-bangunan tsb. seperti salah satunya Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Telukdalam, Nias Selatan. Berbagai foto dari gedung bermotif rumah adat Nias Selatan ini bisa di lihat di Google Maps.
Terlepas dari pekerjaan sampingan ini, Barnabas terus menjalankan tugas utamanya sebagai pastor dan sebagai pemimpin Ordo Kapusin dan kemudian Keuskupan Sibolga. Boleh dikatakan seolah dia dilahirkan menjadi pemimpin, karena hampir sepanjang hidupnya di Indonesia dia dipilih atau ditunjuk untuk memimpin entah di dalam Ordo atau di dalam Gereja. Mgr. Anicetus Sinaga menulis, "Ia memiliki talenta untuk memimpin para misionaris kapusin Belanda, Jerman, Swiss dan Italia beserta Kapusin Indonesia lainnya sebagai Minister Propinsial Kapusin Indonesia, mencakup Kalimantan, Medan dan Sibolga."
Setelah dia memulai karyanya di pendidikan para religius muda, dia kemudia diangkat memimpin Ordo Kapusin Regio Sibolga selama tiga kali berturut-turut 1978, 1981 dan 1984.
Ketika pada 1985 Ordo Kapusin Propinsi Indonesia dibentuk, yang mencakup Pontianak, Medan dan Sibolga/Nias, Barnabas diangkat menjadi pimpinan propinsi yang baru ini, dan dipilih kembali pada tahun 1988. Demikian juga pada tahun 1990 ketika daerah Sibolga/Nias dimekarkan menjadi Ordo Kapusin Propinsi Sibolga, Barnabas menjadi propinsial pertama, dan dipilih kembali pada tahun 1994 dan kemudian tahun 1997.
Selain jabatan-jabatan utama ini secara paralel dia juga menjalankan fungsi sebagai Superior kongregasi para suster OSF dari Reute, Jerman, yang berkarya di wilayah Keuskupan Sibolga, dan sebagai sebagai penasehat rohani para suster Klaris OSCCap, Gunungsitoli. Lebih dari itu ia juga mengembangkan pendidikan imam projo, sehingga Komsos Keuskupan Sibolga menyebutnya sebagai arsitek pengembangan imam projo di Keuskupan Sibolga.
Selain itu dia juga sering diminta untuk menyelenggarakan retret atau rekoleksi buat para religius di berbagai daerah di Indonesia. Mgr. Anicetus Sinaga menulis betapa Barnabas telah memainkan peranan penting dalam hidupnya ketika harus mengambil berbagai keputusan penting sebagai Prefek Apostolik dan kemudian sebagai Uskup Keuskupan Sibolga.
Sementara itu dia juga pernah menjadi ekonom Keuskupan Sibolga. Kemudian dia menjadi Administrator Diosesan Keuskupan Sibolga pada tanggal 3 Januari 2004, ketika Uskup Anicetus Sinaga diangkat menjadi Uskup Agung Koajutor Keuskupan Agung Medan. Jabatan ini dia pegang sampai Paus menetapkan uskup Keuskupan Sibolga yang baru, yakni Mgr. Ludovicus Simanullang, O.F.M.Cap., pada tanggal 14 Maret 2007.
Tidak lama setelah menjabat sebagai Administrator Diosesan gempa dahsyat Nias 2005 terjadi bertepatan ketika Barnabas lagi berkunjung ke Gunungsitoli dan bermalam di pastoran Paroki Santa Maria, Gunungsitoli. Gedung tsb. runtuh dan Barnabas terhimpit dan luka berat.
Tragisnya dia sebenarnya telah mengetahui kalau bangunan tsb. tidak kuat setelah mengamati campuran semen dan konstruksi waktu pembangunan. Dia juga telah mengungkapkan hal itu kepada kontraktor gedung tsb. namun peringatannya diabaikan.
Kendati dia pulih dari dampak luka berat tsb. dan masih meneruskan tugasnya sebagai Administrator Diosesan sampai 2007 secara fisik dia tidaklah sekuat seperti sebelumnya. Karena kesehatannya semakin memburuk maka pada tahun 2010 dia pergi berobat ke Münster, Jerman. Namun tubuh yang rapuh tidak dapat pulih lagi seperti semula, sehingga dia membutuhkan tongkat penunjang. Dia pun pensiun dan menjalani masa-masa tuanya di Biara Yohaneum, Sibolga, sampai kematiannya di RS Santa Elisabeth Medan pada tanggal 6 November 2020.
Dalam buku laporan tahunan misi "Horizonte. Jahresbericht 2018", yang dikeluarkan oleh Ordo Kapusin Jerman dan Kongregasi OSF Jerman, terdapat tulisan tentang Barnabas dengan judul "Imam dan Arsitek Kehadiran Para Kapusin". Judul tsb. merangkum hidup dan karya Barnabas, menjadi arsitek hidup religius bagi banyak orang, sekaligus menjadi arsitek sungguhan, yang merancang bangunan fisik.
Karya
Barnabas merancang banyak gedung dan kompleks bangunan. Di antaranya:
Biara Kapusin Laverna, Gunungsitoli
Biara Santa Klara, Gunungsitoli
Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus, Gunungsitoli
Google Maps Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Telukdalam
Jabatan
Selama hidupnya di Indonesia Barnabas selalu dipercayakan memimpin sesuatu. Dalam salah satu film dokumentasi tentang dia Barnabas disebut "terlahir menjadi pemimpin". Beberapa jabatan di antaranya:
Pemimpin Ordo Kapusin Regio Sibolga (1978-1981, 1981-1984, 1984-1985)
Propinsial Kapusin Indonesia (1985-1988, 1988-1991)
Propinsial Kapusin Sibolga (1991-1994, 1994-1997, 1997-2000)
Ekonom Keuskupan Sibolga (2001-2004)
Administrator Diosesan Keuskupan Sibolga (3 Januari 2004 - 14 Maret 2007)
Mengenang peranan Barnabas dalam berbagai keputusan penting dalam perjalanan Keuskupan Sibolga, Mgr. Anicetus Sinaga menyimpulkan, "RP Barnabas memang adalah founder Kapusin Sibolga, dan ia dalah "cofounder" Keuskupan Sibolga.
Bibliografi
Pater Barnabas Winkler OFMCap. Ahli Pembangunan Fisik dan Kerohanian yang Visioner, Inspiratif dan Bersahaja, Ordo Kapusin Kustodi General Sibolga, Sibolga, 2018.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Barnabas Johan Winkler
- Keuskupan Sibolga
- Candidates of the 2021 German federal election
- 2021 in science