- Source: Bernabas Ndjurumana
Barnabas Balla nDjurumana (01 Januari 1951 – 04 Agustus 2017) adalah Seorang tokoh olahraga, mantan Atlet Beladiri Shorinji Kempo dan Sensei (Senior) Kempo pemegang sabuk hitam III DAN yang mendirikan PERKEMI (Persatuan Kempo Indonesia) Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bagi masyarakat dan Pemerintah Provinsi NTT, Barnabas telah didaulat sebagai Bapak Olahraga NTT. Meski Barnabas lebih dikenal di bidang olahraga namun Barnabas juga adalah seorang mantan Birokrat daerah yang dikenal tegas dan bersih. Ia pernah menduduki berbagai Jabatan strategis di Pemerintahan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah (SEKDA) Kabupaten Kupang, NTT selama 15 Tahun sebelum akhirnya pensiun karena kisruh politik yang terjadi saat itu. Setelah pensiun ia aktif dalam bidang Politik dan pernah menduduki jabatan Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi NTT.
Riwayat Hidup
Barnabas lahir di Waingapu, Sumba Timur, NTT pada tanggal 1 Januari 1951 dari Pasangan tokoh Masyarakat Sumba Timur Umbu Madha Daipraing dan Rambu Loda Longgi. Ayah Barnabas, Umbu Madha Daipraing adalah seorang Bangsawan, tokoh masyarakat Sumba, Pejuang hak Adat, dan Mantan kepala Penerangan Sumba-Sumbawa wilayah Sunda Kecil di era tahun awal kemerdekaan Indonesia. Lahir dan dibesarkan sebagai seorang anak tokoh masyarakat dan sebagai seorang anak bungsu dan putra tunggal dari empat bersaudara membuat Barnabas memiliki karakter kepemimpinan yang kuat sejak kecil.
= Kempo
=Ketika melanjutkan kuliah Hukum di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga pada kurun tahun 1971-1976, Barnabas mulai berkenalan dengan ilmu beladiri Kempo. Kala itu Kempo adalah salah satu olahraga Beladiri yang baru masuk ke Indonesia dari Jepang dan didirikan oleh Sensei Utin Sahras (almarhum), Sensei Indra Kartasasmita dan Sensei Ginanjar Kartasasmita. Barnabas saat itu terhitung menjadi salah satu Kenshi pertama yang dilatih dengan prinsip dasar Shorinji yang masih asli dari Jepang. Karena bakat dan ketekunannya Barnabas pun menjadi atlet beladiri Kempo yang cukup disegani kala itu. Terhitung Barnabas pernah meraih beberapa Medali dalam berbagai kejuaraan Kempo. Sepanjang tahun 1971-1977 Barnabas aktif sebagai atlet beladiri Kempo Provinsi Jawa Tengah dan menyumbang cukup banyak medali kemenangan bagi daerah tersebut dalam berbagai kejuaraan. Karena prestasi dan ketekunannya yang gemilang Barnabas akhirnya dipilih untuk pergi mendalami pelatihan Kemponya di Jepang langsung di bawah bimbingan guru besar Kempo. Di Jepang ia banyak belajar dan mendalami kultur asli Shorinji yang kemudian selalu ia terapkan dalam setiap pelatihannya. Pada tahun 1976 Barnabas bertemu dan diminta langsung oleh Gubernur NTT kala itu El Tari untuk pulang membangun olahraga Kempo di NTT dan menjadikan olahraga tersebut sebagai olahraga prestasi bagi Provinsi tersebut.
Panggilan dan perintah untuk pulang membangun kampung halamannya inilah yang kemudian menjadi kisah awal dedikasinya yang begitu tinggi dalam membangun olahraga di NTT. Sejak itu Barnabas mendedikasikan dirinya membangun olahraga Kempo menjadi olehraga andalan yang selalu menyumbang prestasi emas bagi Provinsi NTT di setiap ajang kejuaraan olahraga baik di tingkat Nasional maupun di tingkat International. Bahkan hingga akhir hidupnya ia rela melawan Sakit yang dideritanya hanya untuk mendampingi murid-muridnya Kenshi Kontingen Kempo Indonesia di ajang Kejuaraan Dunia Shorinji Kempo World Taikai 2017 di San Mateo, San Fransisco, Amerika Serikat. Dalam kejuaraan itu Indonesia berhasil pulang sebagai Juara II umum dengan perolehan 3 medali Emas dan sejumlah medali Perak dan perunggu yang sangat mengagumkan di berbagai nomor pertandingan. Prestasi ini merupakan pertama kali dalam sejarah olahraga Beladiri Kempo di Indonesia.
Setelah sukses mendulang prestasi dunia di Amerika Serikat, Keluarga Besar Shorinji Kempo Indonesia khususnya NTT harus bersedih karena kehilangan pelatih Kempo legendaris Barnabas B. nDjurumana di atas pesawat Cathay Pasific dengan nomor penerbangan CX 873 penerbangan dari San Fransisco menuju Hongkong pada pukul 04.00 waktu San Fransisco ( 4 Agustus 2017 San Fransisco) atau pukul 19.00 WITA ( 5 Agustus Indonesia ) karena sakit komplikasi jantung dan paru paru yang sudah lama dideritanya. Bagi Barnabas, Kempo NTT adalah anak sulungnya. Barnabas wafat meninggalkan 1 istri dan 5 orang anak; 3 putri dan 2 putra. Salah satu anaknya mengikuti jejaknya dan aktif menjadi pelatih Kempo di Yogyakarta hingga sekarang.