- Source: Dialog antara Manusia dan Tuhannya
Dialog antara Manusia dan Tuhannya adalah salah satu teks paling awal yang menjawab pertanyaan mengapa Tuhan mengizinkan adanya kejahatan, atau teodisi, sebuah refleksi tentang penderitaan manusia. Teks ini merupakan sepotong sastra hikmat yang tertulis di atas sebuah tablet tanah liat menggunakan aksara paku yang ditulis dalam bahasa Akkadia dan dikaitkan dengan seseorang bernama Kalbanum, pada baris terakhir, seseorang yang tak dikenal dan tak dapat ditelusuri asal muasalnya. Menurut Lambert, teks ini berasal dari akhir periode Babilonia Lama, sekitar masa pemerintahan Ammi-Ditana (memerintah tahun 1683–1640-an SM). Teks ini disimpan di Museum Louvre, dengan nomor aksesi AO 4462. Tidak diketahui asalnya dan bagaimana tablet ini ditemukan, tablet tanah liat ini dibeli dari penjual barang antik oleh Museum pada tahun 1906. Teks ini memiliki banyak kemiripan gaya dengan karya Sumeria sebelumnya, "Manusia dan Tuhannya", sebuah doa pertobatan dari periode Dinasti Ketiga Ur.
Isi teks
Teks ini berisi enam puluh sembilan baris yang disusun dalam sepuluh bait, masing-masing dipisahkan oleh garis horizontal. Karya ini berkisar pada dialog antara dua orang, salah satunya merasa kehilangan kasih sayang dari Tuhan dan dewanya, membuatnya didera penderitaan akibat sebuah penyakit yang tak diketahui. Teksnya sulit dipahami dan terpisah-pisah, terutama di tengah-tengah, sehingga menimbulkan perdebatan di kalangan ahli tentang makna dan tujuannya. Baris pembuka teks ini diterjemahkan sebagai "seorang pria menangisi sahabatnya dihadapan Tuhannya" atau alternatifnya, "seorang pemuda memohon pada Tuhan seakan kepada sahabatnya".:77
Dia memprotes ketidakbersalahannya, "kesalahan yang saya lakukan, saya tidak tahu!", dan menganggap Tuhannya bertanggung jawab atas penderitaannya. Dia melanjutkan ratapan dan tangisannya untuk pembebasan dalam doa seorang penderita. Pada akhirnya, teks beralih ke narator orang ketiga yang mengisahkan bahwa permohonan pria itu tidak diabaikan, bahwa Tuhannya menanggapi permohonannya dengan pembebasannya dari penderitaannya, dengan syarat "Engkau tidak boleh melupakan Tuhan[mu] sampai akhir zaman". Kisah ini merupakan sebuah cerita berbingkai dengan "akhir bahagia" yang juga kerap muncul dalam karya lain dari genre ini.
Referensi
= Publikasi primer
=Jean Nougayrol (1952). "Une version ancienne du "juste souffrant"". Revue Biblique. 59. pl. vii and viii (text)
W. von Soden (1957). "Zum altbabylonischen Gedicht von schuldlos Leidenden". Orientalia - Nova Series (OrNS). 26: 315–319. (with collations)
W. G. Lambert (1960). Babylonian Wisdom Literature. Clarendon Press. hlm. 10.
W. von Soden (1965). "Das Fragen nach der Gerechtigkeit Gottes im Alten Orient". Mittheilungen der Deutschen Orient-Gesellschaft (MDOG). 96: 46–48.
W. G. Lambert (1987). "A Further Attempt at the Babylonian "Man and his God"". Dalam Francesca Rochberg-Halton. Language, Literature, and History: Philological and Historical Studies Presented to Erica Reiner. American Oriental Society. hlm. 187–202. edition, with collations
W. von Soden (1990). "Weisheitstexte". Dalam G. Burkard. Texte aus der Umwelt des Alten Testaments (TUAT) III/1. Gutersloher Verlaghaus. hlm. 135–149. (terjemahan)
Benjamin R. Foster (2005). Before the Muses: An Anthology of Akkadian Literature. CDL Press. hlm. 148-150.
Pranala luar
Dialogue between a Man and His God at CDLI
Kata Kunci Pencarian:
- Dialog antara Manusia dan Tuhannya
- Agama
- Ketuhanan dalam Buddhisme
- Robohnya Surau Kami
- Sokrates
- Aristoteles
- Lambang negara Indonesia
- Musa (tokoh Al-Qur'an)
- Marhaenisme
- Ibrahim