- Source: Dikloksasilin
Dikloksasilin adalah antibiotik laktam beta spektrum sempit dari golongan penisilin. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif yang rentan (tidak resistan). Obat ini aktif terhadap organisme penghasil beta-laktamase seperti Staphylococcus aureus, yang jika tidak demikian akan resistan terhadap sebagian besar penisilin. Dikloksasilin tersedia dengan berbagai nama dagang.
Obat ini dipatenkan pada tahun 1961 dan disetujui untuk penggunaan medis pada tahun 1968. Obat ini tersedia sebagai obat generik.
Kegunaan dalam medis
Dikloksasilin digunakan untuk mengobati infeksi Staphylococcus ringan hingga sedang. Untuk mengurangi perkembangan resistensi, dikloksasilin direkomendasikan untuk mengobati infeksi yang diduga atau terbukti disebabkan oleh bakteri penghasil beta-laktamase.
Dikloksasilin memiliki farmakokinetika, aktivitas antibakteri, dan indikasi yang mirip dengan flukloksasilin, dan kedua agen tersebut dianggap dapat dipertukarkan. Diyakini bahwa obat ini memiliki insiden efek samping hati yang lebih rendah daripada flukloksasilin, tetapi insiden efek samping ginjalnya lebih tinggi.
Dikloksasilin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang rentan. Indikasi khusus yang disetujui meliputi:
Infeksi kulit Staphylococcus dan selulitis termasuk impetigo, otitis eksterna, folikulitis, furunkel, karbunkel, dan mastitis
Pneumonia (tambahan)
Osteomielitis, artritis septik, infeksi tenggorokan, infeksi akibat Streptococcus
Septikemia
Pengobatan empiris untuk endokarditis
Profilaksis bedah
= Bentuk yang tersedia
=Dikloksasilin tersedia secara komersial sebagai garam natriumnya, yakni dikloksasilin natrium dalam kapsul dan sebagai bubuk untuk rekonstitusi.
Kontraindikasi
Dikloksasilin dikontraindikasikan pada mereka yang memiliki riwayat alergi (hipersensitivitas/reaksi anafilaksis) terhadap penisilin apa pun.
Efek samping
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ADR) yang umum terkait dengan penggunaan dikloksasilin meliputi: diare, mual, ruam, urtikaria, nyeri dan peradangan di tempat suntikan, superinfeksi (termasuk kandidiasis), alergi, dan peningkatan sementara enzim hati dan bilirubin.
Pada beberapa kejadian yang jarang terjadi, jaundis kolestasis (juga disebut hepatitis kolestatik) telah dikaitkan dengan terapi dikloksasilin. Reaksi tersebut dapat terjadi hingga beberapa minggu setelah pengobatan dihentikan, dan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk pulih. Estimasi kejadiannya adalah 1 dari 15.000 paparan, dan lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 55 tahun, wanita, dan mereka yang menjalani pengobatan lebih dari 2 minggu.
Obat ini harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau pada orang tua, terutama dengan pemberian intravena, karena risiko tromboflebitis.
Obat ini juga dapat menurunkan efektivitas pil KB dan masuk ke dalam ASI.
= Interaksi
=Dikloksasilin berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan berikut:
Warfarin
Metotreksat
Antibiotik golongan tetrasiklin
Resistansi
Meskipun dikloksasilin tidak sensitif terhadap beta-laktamase, beberapa organisme telah mengembangkan resistensi terhadap antibiotik β-laktam spektrum sempit lainnya termasuk metisilin. Organisme tersebut termasuk Staphylococcus aureus yang resistan terhadap metisilin (MRSA).
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Dikloksasilin
- Flukloksasilin
- Kloksasilin
- Antibiotik laktam beta
- Antibiotik
- Penisilin
- Eritromisin
- Metisilin
- Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia