Hasil Pencarian:
- Dorothy Eady
- The Crowning Touch
- Torymus eadyi
- Lapisan Malpighi
- Heat (film 1995)
- Lapisan basal
- Ethan Frome (film)
- Staphylococcus aureus resisten-metisilin
- Vanadium
- NetBSD
- Arkus aksiler
- Daftar tempat di Alabama/A-L
- Torymus
- Daftar spesies Torymus
- Cry, the Beloved Country (film 1951)
- Penghargaan Pulitzer untuk Drama
- Daftar penyanyi country
Artikel: Dorothy Eady
Kehidupan awal
Semua itu berawal dari sebuah tempat di London, Inggris, saat ia berusia 3 tahun. Dalam sebuah insiden, Dorothy kecil terjatuh dari lantai atas rumahnya. Ia mengalami koma dan akhirnya tim dokter yang merawatnya menjatuhkan vonis meninggal dunia. Saat itu tanda-tanda kehidupan dan seluruh organ vital Dorothy memang berhenti beraktivitas. Saat tubuh Dorothy akan disemayamkan, ternyata anak perempuan kecil itu tiba-tiba bangkit kembali dari kematian dalam kondisi segar bugar. Seluruh keluarga terperanjat. Namun, tak ada yang tahu bahwa sebuah pintu dimensi dari masa lalu telah terbuka dan sebuah jiwa dari masa Mesir Kuno merangsek masuk ke tubuh Dorothy kecil yang hampir kaku. Namun sejak vonis kematiannya, Dorothy Eady yang hidup kembali itu memiliki kepribadian yang berbeda sama sekali dengan Dorothy Eady yang dikenal ayah ibunya. Bocah tiga tahun ini memiliki kepribadian yang jauh lebih dewasa dan senantiasa bermimpi tentang kuil-kuil Mesir Kuno. Ia selalu berkisah tentang Mesir Kuno, dinasti Firaun Seti I dan mampu mendeskripsikan kehidupan di sekitar kuil Mesir Kuno seribuan tahun sebelum masehi. Dorothy Eady juga kerap menuntut ayah ibunya untuk memulangkannya ke tempat tinggalnya. Ayah dan ibunya yang keturuan Irlandia itu sama sekali tak mengerti maksud putri mereka tentang "pulang ke tempat tinggalnya".Berkunjung ke Museum
Sejalan bertambahan usia, Dorothy Eady semakin berminat dan tertarik pada literatur dan semua hal yang berbau Mesir. Maka suatu ketika ia diajak berkunjung ke Museum Britania di London, Dorothy Eady begitu tergila-gila dengan ruang pamer benda-benda peninggalan Mesir Kuno. Ia merasa bahwa semua peninggalan Mesir Kuno itu adalah bagian dari kehidupannya. Ia menciumi patung-patung Dewa Mesir, memeluk peti-peti mumi dan bertingkah aneh dengan suaranya tiba-tiba lebih berat dan sarat kerinduan ketika berkata "ini adalah bagian dari keluarga dan rumahku!" Ia kemudian menyewa tempat tinggal di dekat Museum Britania dan bergaul dengan Ernest A Wallis Budge seorang kurator dan pakar Mesir di museum tersebut. Ia memperdalam kajian hiroglif dan sejarah Mesir Kuno. Para pakar di Museum Britania dan ahli Mesir Kuno terperanjat akan pengetahuan dan kemahiran Dorothy dalam menuliskan dan menerjemah hiroglif Mesir Kuno dan kedalaman pengetahuannya tentang detail kuil-kuil Mesir Kuno dari zaman Firaun Seti I. Padahal Dorothy sama sekali tidak pernah belajar dan dibimbing dalam hal tersebut, namun kemampuan itu muncul begitu saja dengan sangat mengagumkan. Dorothy sendiri mengaku dirinya adalah titisan dari seorang biarawati pelayan kuil Osiris di Abydos yang pernah hidup di masa antara 1320–1200 sebelum Masehi. Ia merasa telah bereinkarnasi dalam tubuh Dorothy Eady. Setelah menikah dengan seorang pemuda Mesir (1933) ia pun mencapai tujuan yang sejak kecil menghantuinya: kembali ke kuil Osiris dan menjejak kaki kembali di tanah Mesir.Pindah ke Mesir
Keahlian Dorothy yang luar biasa tentang Mesir Kuno melebihi pengetahuan para sarjana tentang Mesir. Hal ini kemudian menuntunnya pada perjalanan ke Mesir. Ia kemudian mendapat pekerjaan sebagai asiten arkeolog dalam penggalian di situs Giza di Kairo, dan sering dipekerjakan oleh para ahli yang memperdalam kebudayaan tentang Mesir Kuno. Ia melakukan itu selama dua puluh tahun lebih. Dorothy Eady pernah ikut sebagai pembantu utama dalam proyek penelitian Dr Selim Hassan yang kemudian mempublikasikan Penggalian Situs Giza. Ia pernah juga bekerja pada Dr Ahmed Fakhry sebagai konsultan dan asisten pada penelitian piramid di Dahshur. Dalam dua studi dan penggalian situs Mesir kuno ini perannya sangat menonjol dan sungguh mengagumkan kedua pakar Mesir kuno itu. Dorothy sangat memahami budaya dan arsitektur serta sistem pemujaan dewa-dewa pada zaman Mesir Kuno. Ia memberikan gambaran yang detail, menerjemahkan hiroglif degan mudah, dan memberi saran-saran ilmiah yang ternyata sejalan dengan fakta sejarah yang kemudian ditemukan para ahli Mesir. Dari berbagai pengalaman kerja dengan para pakar kelas dunia ini ia pun semakin populer di kalangan peneliti budaya Mesir Kuno. Bahkan kisah hidup Dorothy Eady yang berganti nama menjadi Omm Sety (Ibunda Seti) menarik perhatian dunia. Kisahnya sudah dibukukan dan difilmkan sebagai fenomena sebuah reinkarnasi. Dorothy memang menghabiskan masa tuanya di kuil Osiris di Abydos, dan menjadi penjaga kuil kuno tersebut, karena kemampuan dan keahliannya tentang Mesir Kuno yang amat spektakuler. Ia sangat mahir menerjemahkan hiroglif Mesir Kuno tanpa pernah belajar. Bisa memberikan gambaran tepat tentang beberapa detail kuil Osiris di Abydos yang dibangun pada dinasti Firauan Seti I. Sejak lama Dorothy Eady telah sering memimpikan sebuah kuil di wilayah Abydos, Mesir dekat sungai Nil. Ia mengaku telah melakukan perjalanan astral lewat dunia mimpi ke berbagai sudut kuil tersebut. Anehnya, walau belum pernah berkunjung ke sana, Dorothy bisa memberikan beberapa detail kuil Osiris dan Firaun Seti di Abydos dengan sempurna. Keinginan "kembali" ke Mesir, mendorong sosok reinkarnasi di tubuh Dorothy Eady mencari jalan untuk meuwujudkan semua keinginannya. Belakangan setelah cukup dewasa, ia pun pasca Perang Dunia Pertama pada tahun 1933, ia menikah dengan seorang pemuda Mesir dan mendapat seorang anak tunggal yang diberi nama Seti. Sejak itu ia mengubah namanya menjadi Omm Sety (Um Seti). Setelah menikah ia tinggal di Mesir dan bekerja pada bidang arkeologi dan sejarah. Selama 19 tahun tinggal di Kairo, Mesir, ia belum sempat berkunjung ke Abydos. Pada kurun tahun 1953, di usia akhir 49 tahun, ia pun untuk pertama kali melakukan kunjungan ziarah ke kuil Firaun Seti di Abydos yang juga tempat makam dewa Osiris Mesir kuno. Beberapa tahun kemudian, ia dipindahtugaskan ke Departemen Purbakala Mesir sebagai asisten khusus. Saat itulah ia mendirikan rumah yan tak jauh dari situs Abydos. Keinginan yang kuat setelah mengabdi dan mendedikasikan semua pengetahuannya akan Mesir kuno terutama tentang kuil Firaun Seti I dan Osiris di Abydos, selama lebih dari 20 tahun, Dorothy Eady yang bersalin nama menjadi Omm Sety pun kembali ke Abydos pada tahun 1956. Sejak saat itu, ia setiap hari selalu berada di lokasi situs Abydos, terutama di kuil Firaun Seti I dan Kuil Osiris. Ia menghabiskan masa tua sampai akhir hayatnya di kuil bangunan Mesir kuno itu. Mengabdikan diri pada pelestarian adat budaya zaman Mesir kuno, ia menjadi perawat tetap kuil tersebut, dan melakukan ritual yang bahkan sudah tidak diketahui oleh orang-orang Mesir kini. Menurut sejumlah pakar dan ahli sejarah Mesir kuno, sebagai titisan biarawati pemuja Osiris ia adalah satu-satunya bukti hidup yang masih mempraktikkan ritual kuno yang hanya ditemukan lewat hiroglif kuno usia ribuan tahun. Dorothy Eady mempraktikkan ritus agama Mesir kuno tersebut yang membuat ahli kagum sekaligus mengakui detail penguasaannya akan kebudayaan Mesir kuno.Akhir hidup
Tahun 1973, Dorothy yang berusia 69 tahun meninggalkan wasiat penting pada pejabat berkompeten atas kuil Abydos. Ia memohon pemerintah dan para pegawai di situs purbakala itu bersedia memakamkan jasadnya kelak di dekat kompleks situs kuil Firaun Seti, Kuil Osiris, dan Kuil Abydos, agar kematian keduanya tenang. Delapan tahun kemudian di usia 77 tahun (1981), Dorothy Eady alias Omm Sety wafat dalam damai. Sesuai wasiatnya, pemerintah setempat memakamkannya di belakang situs kuil Firaun Seti I di Abydos. Sebuah penghargaan tertinggi pemerintah dianugerahkan kepadanya sebagai pakar ahli Mesir Kuno zaman Dinasti kesembilan belas Firaun Seti.Publikasi buatan Dorothy Louise Eady
"A Dream of the Past", 1949, Egyptian State Tourist Board "A Question of Names", 1970, American Research Centre in Egypt, Newsletter 71, p. 10-15 "Some Miraculous Wells and Springs of Egypt", 1970, American Research Centre in Egypt, Newsletter 75, p. 17-22* "Warding off an Eclipse" 1972, American Research Centre in Egypt, Newsletter 80-, p. 25-27 "Omm Sety's Abydos", 1979–80, 1982, Journal of the Society for the Study of Egyptian Antiquities "Abydos: Holy City of Ancient Egypt", 1981, with H. El Zeini "Survivals from Ancient Egypt" "Pharaoh: Democrat or Despot", with Hanny El Zeini, unpublished hingga 2011.Daftar pustaka
"The Search for Omm Sety", Jonathan Cott in collaboration with Dr. Hanny El Zeini, Doubleday & Company, 1987, ISBN 0-385-23746-4 "Omm Sety's Living Egypt: Surviving folkways from Pharaonic Times, Omm Sety (author), Edited by Nicole B. Hansen, Glyphdoctors Chicago, 2008, ISBN 978-0-9792023-0-8 "Omm Sety's Egypt", Hanny el Zeini & Catherine Dees, T Lynn's Press, 2007, ISBN 978-0-9767631-3-0 "Breaking Ground: Women in Old World Archaeology",Omm Sety by Barbara Lesko [1]Referensi
Pranala luar
Gardiner, Anne Barbeau (1987-08-16). "Omm Sety's Lost Life". New York Times. Diakses tanggal 2008-09-26. Omm Sety – Priestess of Ancient Egypt? Article about Dorothy Eady / Omm Sety on Brian Haughton's website.- 1
- 2
Landscape with Invisible Hand (2023)
The Pod Generation (2023)
No More Posts Available.
No more pages to load.