- Source: Efek isotop kinetik
Dalam kimia organik fisik, efek isotop kinetik (bahasa Inggris: kinetic isotope effect; KIE) adalah perubahan laju reaksi pada suatu reaksi kimia ketika salah satu atom dalam reaktan digantikan oleh salah satu isotopnya. Secara formal, efek ini merupakan rasio konstanta laju bagi reaksi yang melibatkan reaksi tersubstitusi isotop ringan (kL) dan berat (kH) (isotopolog):
KIE
=
k
L
k
H
{\displaystyle {\text{KIE}}={\frac {k_{L}}{k_{H}}}}
Perubahan dalam laju reaksi ini merupakan efek mekanika kuantum yang terutama dihasilkan dari isotop berat yang memiliki frekuensi vibrasi yang rendah dibandingkan dengan isotop ringannya. Dalam sebagian besar kasus, hal ini berarti bahwa masukan energetika yang besar diperlukan bagi isotopolog yang lebih berat untuk mencapai keadaan transisi (atau, dalam kasus yang jarang, batas disosiasi), dan akibatnya, laju reaksi menjadi lebih lambat. Studi efek isotop kinetik dapat membantu elusidasi mekanisme reaksi dalam sejumlah reaksi kimia dan terkadang dimanfaatkan dalam pengembangan obat untuk meningkatkan farmakokinetika yang tidak disukai dengan memproteksi ikatan C-H yang rentan secara metabolik.
Latar belakang
Efek isotop kinetik dianggap sebagai salah satu alat yang paling penting dan sensitif untuk studi mekanisme reaksi, pengetahuan yang memungkinkan peningkatan kualitas yang diinginkan dari reaksi yang sesuai. Misalnya, efek isotop kinetik dapat digunakan untuk mengungkapkan apakah reaksi substitusi nukleofilik mengikuti jalur reaksi unimolekuler (SN1) atau bimolekuler (SN2).
Dalam reaksi metil bromida dan sianida (diperlihatkan dalam pendahuluan), efek isotop kinetik karbon metil yang diamati menunjukkan suatu mekanisme SN2. Bergantung pada jalurnya, berbagai strategi dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan transisi dari tahap penentu laju dari reaksi dan meningkatkan laju reaksi serta selektivitasnya, yang penting untuk aplikasi industri.
Perubahan laju isotop paling jelas ketika perubahan massa relatif mengalami peningkatan, karena efeknya terkait dengan frekuensi vibrasi ikatan yang terpengaruh. Misalnya, mengubah atom hidrogen (H) menjadi isotopnya deuterium (D) mewakili peningkatan 100% massa, sedangkan dalam mengganti karbon-12 dengan karbon-13, massa meningkat hanya 8 persen. Laju reaksi yang melibatkan ikatan C–H biasanya 6–10 kali lebih cepat dari ikatan C–D terkait, sedangkan reaksi 12C hanya 4 persen lebih cepat dari reaksi 13C terkait:445 (meskipun, dalam kedua kasus, isotopnya lebih berat satu satuan massa atom).
Substitusi isotop dapat mengubah laju reaksi dalam berbagai cara. Dalam banyak kasus, perbedaan kecepatan dapat dirasionalisasi dengan mencatat bahwa massa atom mempengaruhi frekuensi vibrasi dari ikatan kimia yang terbentuk, bahkan jika energi potensial permukaan untuk reaksinya hampir identik. Isotop yang lebih berat akan (secara klasik)) mengarah pada frekuensi vibrasi yang lebih rendah, atau, dilihat mekanika kuantum, akan memiliki lebih rendah energi titik nol. Dengan energi titik nol yang lebih rendah, lebih banyak energi harus disediakan untuk memutus ikatan, sehingga menghasilkan energi aktivasi yang lebih tinggi, untuk pembelahan ikatan, yang pada gilirannya menurunkan laju yang terukur (lihat, misalnya, persamaan Arrhenius).:427
Lihat pula
Efek substitusi isotopik
Efek isotop magnetik
Mekanisme reaksi
Keadaan transisi
Molekularitas
Laju reaksi
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Kata Kunci Pencarian:
- Isotop
- Efek isotop kinetik
- Kimia organik fisik
- Tautomerisme keto–enol
- Reaksi Baylis-Hillman
- Oksidasi Jones
- Uranium
- Uranium-238
- Stronsium
- Uranium terdeplesi