- Source: Flexi
Telkom Flexi (atau disingkat Flexi) adalah produk telepon tetap nirkabel (fixed wireless/FWA) berteknologi CDMA2000 yang pernah dikeluarkan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Awalnya, Flexi dikelola oleh Divisi Fixed Wireless Network (Div. FWN), namun sejak 1 Juli 2009 menjadi di bawah divisi tersendiri yaitu Divisi Telkom Flexi (DTF). Flexi berhenti beroperasi sejak 4 Oktober 2014 dan seluruh pengguna kartu Flexi akan berpindah ke Kartu As maupun kartuHalo dari Telkomsel.
Sejarah
= Kemunculan
=Cikal-bakal Flexi dapat ditarik pada layanan yang dihadirkan oleh Telkom (secara spesifiknya Telkom Divisi Regional/Divre V Jawa Timur) untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya mulai 31 Juli 1999, bernama C-Phone (Cordless Phone) yang menggunakan teknologi cdmaOne berfrekuensi 1900 MHz. Produk ini diluncurkan seiring keinginan pemerintah menyediakan komunikasi nirkabel yang baik dalam rangka penyelenggaraan PON 2000. C-Phone merupakan salah satu layanan berbasis CDMA pertama di Indonesia, dan menawarkan jaringan tetap nirkabel namun dengan tarif semurah telepon rumah. Tercatat, meskipun layanan ini kurang berkembang dengan hanya meraup 8.000 pelanggan dan wilayah layanannya terbatas, ditambah harga perangkatnya yang masih mahal, C-Phone cukup diminati pengguna kelas menengah ke atas karena kejernihan suara dan keamanannya yang membuat pengoperasiannya masih menguntungkan bagi Telkom.
Dalam perjalanannya, layanan cdmaOne C-Phone belakangan juga menemui masalah. Di tahun 2001, kepolisian sempat mengusut dugaan pelanggaran penggunaan frekuensi 1900 MHz oleh Telkom Divre V Jawa Timur, karena dirasa layanan C-Phone yang diselenggarakannya tidak berizin. Masalah tersebut kemudian bisa diatasi lewat komunikasi Telkom dengan pihak kepolisian dan lobi Telkom ke Dirjen Postel yang mengizinkan C-Phone tetap beroperasi hingga 2003, meskipun dilarang menerima pelanggan baru. Dari sejumlah operator seluler, muncul keluhan bahwa layanan tersebut yang awalnya berbasis telepon tetap wireless, di lapangan justru bersifat semi-mobile yang mirip dengan jaringan seluler sehingga dirasa menyimpang dari izinnya. Ditambah dengan kewajiban pemerintah yang menyatakan frekuensi 1900 MHz akan digunakan untuk layanan GSM DCS, membuat pihak Telkom mulai memikirkan rencana baru untuk mengembangkan layanan berbasis CDMA.
Setahun berikutnya, Telkom resmi mendapatkan izin telepon tetap nirkabel (fixed wireless access) nasional dari pemerintah dengan frekuensi 800 MHz dan 1900 MHz (khusus DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten). Hal ini seiring kenaikan tarif telepon Telkom yang diberlakukan pemerintah, yang dirasa perlu diiringi perluasan cakupan jaringannya. Pada saat itu, layanan FWA sebenarnya ditujukan untuk membantu memperluas jaringan telepon tetap Telkom yang selama ini didominasi PSTN, yang ditargetkan menjadi 1,6 juta sambungan pada 2005. (Namun, adanya celah pada regulasi membuat produk ini kemudian dipasarkan mirip seperti layanan operator seluler).
Untuk merancang strategi pengoperasian jaringan ini, Telkom kemudian membentuk tim khusus bernama T21, dan selanjutnya divisi Fixed Wireless, dimana akhirnya diputuskan untuk menggunakan varian CDMA lainnya yaitu CDMA2000 yang produknya diberi nama Flexi. Salah satu tokoh utama dalam kelahirannya adalah Garuda Sugardo, seorang pejabat tinggi di lingkungan Telkom. Demi membangun proyek ini, Telkom menggandeng sejumlah pihak, seperti PT Industri Telekomunikasi Indonesia, konsorsium Ericsson (untuk wilayah Sumatra dan Jabodetabek), Motorola (untuk wilayah Jawa Barat dan Batam), serta Samsung Electronics (untuk wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, dan Indonesia Timur). Sempat juga berusaha bekerjasama dengan Ratelindo demi bisa menggunakan frekuensi 800 MHz di Jabodetabek dan Jawa Barat, namun gagal.
Adapun soft launching Flexi dilakukan pada November 2002 oleh Menteri Perhubungan dan Transportasi Agum Gumelar di Hotel Hyatt Regency Surabaya, yang disusul grand launching di Nusa Dua, Bali pada Desember 2002. Wilayah layanan awal Flexi adalah Surabaya dan sekitarnya, daerah yang sebelumnya dilayani C-Phone (khusus pelanggan C-Phone sendiri, kemudian dimigrasikan ke Flexi di tahun 2004). Pada akhir Mei 2003, Flexi resmi beroperasi dan diperkenalkan ke publik, dengan sudah memperluas layanannya ke Jabodetabek. Produk awal yang ditawarkan ke publik meliputi Flexi City (untuk telepon genggam) dan Flexi Home (untuk telepon rumah nirkabel), dengan target awal meraih 700.000 pengguna.
= Pertumbuhan pesat
=Dengan cepat, Telkom Flexi pun berkembang dalam jumlah pelanggan, dengan menawarkan tarif yang lebih murah dibanding operator GSM. Dari awalnya hanya memiliki 7.200 pelanggan pada akhir Juni 2003, jumlah pengguna Flexi naik tajam menjadi 174.541 pada September 2003, dan akhir 2003 sudah mencapai 467.933. Pertumbuhan tersebut bahkan mengalahkan peminat telepon kabel yang selama ini menjadi bisnis utama Telkom. Langkah-langkah pun ditempuh demi meningkatkan penjualan, seperti edukasi ke pelanggan dan pegawai Telkom, penggunaan metode menjual telepon seluler dengan bundling nomor baru, pemasaran ke wartel dan secara door-to-door, subsidi harga perangkat, kerjasama bagi hasil dengan vendor perangkat telepon genggam, dan tentu saja perluasan jaringan, seperti pada Agustus 2003 ke Jawa Barat dan Medan di tahun yang sama, ditambah rencana perluasan ke Pematang Siantar, Duri, Dumai, Padang, Jambi, Cirebon, Sukabumi, Tasikmalaya, Cianjur, Indramayu, Semarang, Yogyakarta dan beberapa kota lainnya. Ada juga program seperti Flexi Walk yang menawarkan telepon umum namun dapat dijajakan kemana-mana (asongan), Flexi Darling 2 U dan Flexi Darling 4 U yang menawarkan telepon umum dalam sepeda motor dan mobil, dan wartel berjaringan Flexi bernama Flexi Call. Tercatat, inovasi dari Telkom Divre II ini berhasil mencatatkan diri dalam Museum Rekor Indonesia sebagai "Telepon Umum Berjalan Pertama".
Hingga pertengahan Juni 2004, Telkom Flexi telah memiliki 591 BTS di 81 kota, yang hingga akhir tahun ditargetkan bisa ditingkatkan menjadi 1.179 BTS di 165 kota di Indonesia. Di tahun yang sama, Flexi mencatatkan 1 juta pelanggan, yang pada tahun selanjutnya (2005) sudah menjadi 3,8 juta pelanggan. Jumlah kota yang dijangkaunya pun bertambah, dari 40 kota pada akhir 2003 menjadi 60 kota di tahun 2004 dan naik pesat menjadi 200 kota di tahun 2006. Flexi juga meluncurkan layanan baru seperti Flexi Combo pada 2006 yang diklaim mampu mengatasi masalah kode area layanan FWA dengan memiliki fitur menambahkan tiga nomor kode area dari daerah-daerah yang berbeda ke nomor penggunanya (meskipun layanan ini sempat dipermasalahkan BRTI), dan menambahkan fitur layanan konten berbasis SMS dan WAP dengan banyak kategori, seperti astrologi, info/berita, permainan, jajak pendapat, kuis, religi, misteri dan lain sebagainya. Dengan pertumbuhan yang baik, pada September 2006 Flexi mencatatkan pendapatan Rp 1,8 triliun bagi Telkom, yang diharapkan naik lagi di tahun selanjutnya sebesar 40-50% menjadi lebih dari Rp 2 triliun.
Tercatat dua peristiwa penting terjadi dalam kinerja Flexi selanjutnya. Peristiwa pertama adalah perpindahan jaringan Flexi dari sebelumnya beroperasi di frekuensi 1900 MHz menjadi 800 MHz, di Jabodetabek, Banten dan Bandung. Adapun proses ini sudah direncanakan sejak 2005, namun menunggu persiapan, termasuk setting ulang 650 BTS yang ada di daerah-daerah tersebut, persiapan pendataan, pelayanan dan kompensasi ke pelanggan yang sudah ada, dan menunggu kebijaksanaan pemerintah terkait frekuensi penggantinya. Untuk mendapatkan frekuensi barunya, Telkom dan Bakrie Telecom (yang memegang hak frekuensi tersebut) mengadakan perundingan yang difasilitasi pemerintah. Kesepakatan antara keduanya tercapai pada April 2007, dimana diputuskan frekuensi 800 MHz kanal 160, 201, 242 dan 283 eks-Bakrie Telecom (yang digunakan untuk Ratelindo) akan diberikan ke Flexi, sedangkan Bakrie Telecom akan berpindah ke 800 MHz kanal 37, 78, 199. Akhirnya, setelah mundur dari rencana awal pada Juni 2006, pada 18 Juni 2007-22 Juli 2007, proses tersebut dimulai dengan membuka layanan konversi di Plasa Telkom, Flexi Center, dan beberapa gerai temporer yang dibuka Telkom di beberapa wilayah. Meskipun ada sekitar 1,3 juta pengguna Telkom Flexi di tiga daerah tersebut, namun pihak Telkom mengklaim kurang dari 1% pelanggan yang sinyalnya hanya menerima frekuensi 1900 MHz. Adapun proses migrasi jaringan diterapkan sejak September 2007, dan efektif sejak awal 2008, Flexi hanya menggunakan jaringan 800 MHz di seluruh wilayah layanannya.
Peristiwa kedua adalah pemisahan Flexi menjadi sebuah divisi sendiri dalam internal PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, yang ditargetkan di masa depan akan dipisahkan menjadi anak usaha tersendiri milik Telkom. Setelah diundur sejak April 2007, pada 1 Juli 2009 Flexi resmi ditangani oleh Divisi Telkom Flexi, dari sebelumnya oleh Divisi Fixed Wireless. Adapun pemisahan divisi ini ditargetkan mampu meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas ekspansi layanan Telkom Flexi. Saat itu, rencananya Telkom juga akan mengundang partner strategis dari Tiongkok atau Korea Selatan yang dianggap memiliki pengalaman banyak di bidang jaringan CDMA2000.
Pada tahun 2009, tercatat Flexi dilayani oleh 4.540 BTS di seluruh Indonesia dan mencatatkan 13 juta pelanggan (59% pangsa pasar operator CDMA), yang berkontribusi pada 14% pendapatan Telkom. Upaya meningkatkan penjualan terus dilakukan, seperti tarif murah Rp 49 untuk menelepon, layanan "Flexi Mesra" yang menawarkan telepon sepuasnya selama 30 hari dengan harga Rp 5.000, layanan "Flexi Cerdas" yang ditujukan bagi pelajar, dan paket telepon bundling (umumnya berupa feature phone) berharga murah. Di tahun tersebut, Flexi mendapatkan penghargaan The Best Operator CDMA pada ajang Indonesia Cellular Award 2009 (ICA 2009) pada 14 Juni 2009. Pengembangan teknologi dan layanan terus dilakukan, dimana pada Agustus 2009 telah diluncurkan FlexiNet Unlimited yang menawarkan internet murah dengan perangkat murah, bekerjasama dengan sejumlah vendor perangkat seperti ZTE, IVIO, Huawei, Olive dan Data Card. Dipromosikan dengan program Gebyar Sejuta FlexiNet, pada Desember 2010 layanan ini mencatatkan 400.000 pengguna, yang menjadi 1 juta pengguna pada Juni 2011. Di tahun yang sama (2011), juga mulai dikembangkan jaringan baru berbasis EV-DO Rev. A dan Rev. B yang selanjutnya resmi diluncurkan pada Oktober 2011 di 10 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Banjarmasin, Pekanbaru, Makassar, Denpasar, dan Medan. Dibantu dengan 1.300 BTS EV-DO, diharapkan teknologi baru ini dapat membuat Flexi bisa bersaing di pasar jaringan internet broadband.
Dalam periode yang sama, juga dilakukan perubahan image dalam hal logo, positioning dan slogan. Pada tanggal 16 Mei 2010 (saat peluncuran program Flexi Irit Mingguan), slogannya resmi diubah dari "Bukan Telepon Biasa" menjadi "Lebih Irit Kan" sebagai bentuk penegasan posisi Flexi yang menjadi penyedia layanan terdepan dalam soal harga dibanding kompetitornya. Slogan baru tersebut sejalan dengan positioning-nya sejak tahun sebelumnya, yaitu "Competitive Price with Value" yang bermakna Flexi akan tetap memberikan tarif kompetitif sambil memberikan nilai tambah, baik pada produk maupun bagi pelanggan. Lalu, pada 19 Juni 2011, Flexi resmi menggunakan logo baru yang didominasi warna biru, sebagai simbol air yang bening dan menjadi sumber kehidupan manusia serta merepresentasikan karakter Flexi yang fleksibel, ramah, jujur, dan transparan. Perubahan logo dilakukan sebagai bentuk kesiapan Flexi mengubah produknya dari didominasi jasa telepon menjadi layanan komunikasi data. Diperkirakan, pada tahun ini, dengan dibantu 6.000 BTS di seluruh Indonesia, Flexi telah merengkuh 18,5 juta pengguna.
= Upaya konsolidasi dan penutupan
=Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa periode selanjutnya bukanlah masa emas bagi operator CDMA2000. Terutama setelah perang tarif murah yang dilancarkan operator GSM mulai tahun 2008, kinerja Flexi mulai tersendat. Belum lagi perkembangan teknologi tersebut yang dirasa kurang berkembang. Maka, mulai Desember 2009, isu merger dan akuisisi dengan Flexi pun mulai berhembus. Yang pertama muncul adalah rumor merger dengan Bakrie Telecom yang memiliki layanan Esia dan AHA. Rencananya, pada saat itu Flexi dijadikan dahulu sebagai sebuah PT terpisah lalu sahamnya dijual ke Bakrie Telecom untuk dimerger. Sahamnya akan dimiliki bersama oleh Telkom dan Bakrie. Khusus yang menjadi pengendalinya, pada saat itu masih belum dipastikan. Menurut Telkom, upaya ini disebabkan karena perusahaan tidak boleh punya operator GSM dan CDMA sekaligus, padahal Telkom pada saat itu memiliki Telkomsel, ditambah keterbatasan spektrum dan keinginan mengurangi risiko. Namun, merger yang awalnya direncanakan selesai pada akhir 2010 ini batal karena adanya protes dari karyawan Telkom.
Setelah rumor akuisisi oleh Esia, di tahun 2011 hal serupa muncul, namun kali ini sebaliknya dimana Esia (Bakrie Telecom) yang diakuisisi oleh Telkom akibat kerugian operator milik keluarga Bakrie tersebut. Namun, rumor tersebut kemudian menghilang, dan digantikan rumor lain dimana Telkom akan mengakuisisi layanan StarOne milik PT Indosat Tbk. Konon, hal tersebut terjadi setelah Indosat berpindah tangan ke perusahaan Qatar, Qtel yang ingin memfokuskan Indosat ke bisnis GSM, jaringan dan data, belum lagi jumlah penggunanya yang terbilang kecil. Adapun pihak Telkom kemudian mengonfirmasi kabar rencana akuisisi tersebut, dan telah menyiapkan dana hingga Rp 1 triliun. Belakangan, Menteri BUMN Dahlan Iskan ikut memberikan restu kepada Telkom untuk mengakuisisi StarOne untuk disinergikan dengan usaha sejenis Flexi, karena dianggapnya baik demi mengembangkan dan memajukan perseroan. Namun, lagi-lagi kemudian kabar tersebut menghilang begitu saja.
Kegagalan rencana akuisisi tersebut membuat Telkom berusaha mencari cara lain demi mengembangkan Flexi dan divisinya. Pada tahun 2012, Telkom mulai melirik rencana tender pemerintah pada frekuensi untuk jaringan 3G, tepatnya pada blok 5 MHz dan frekuensi 2,1 Ghz, yang didasari janji pemerintah memberikan blok khusus pasca perpindahan frekuensi yang dilakukan pada 2007 untuk Flexi. Di tahun yang sama, Divisi Telkom Flexi (DTF) diubah namanya menjadi Divisi Wireless Broadband (DWB) yang berarti ikut melayani jasa Wi-Fi dengan nama wifi.id. Selain itu, rencana transformasi Flexi juga dicanangkan, dari sebelumnya fokus ke wireless narrow broadband menjadi broadband. Dalam periode inilah (2012-2013), jumlah pelanggan Flexi mulai menunjukkan stagnasi dan penurunan, dengan pada 2012 turun sedikit menjadi 17,87 juta dan awal 2013 menjadi 15,5 juta. Di kuartal ketiga 2013, jumlah pelanggannya merosot lagi menjadi 11,6 juta, dan BTS yang melayaninya tersisa 4.000 buah. Dapat diamati kemudian bahwa teknologi CDMA kalah saing dengan GSM dan dari segi frekuensi telah mentok.
Akhirnya, Telkom memutuskan untuk tidak mengembangkan lagi Flexi dan memfokuskan kinerja operator selulernya pada Telkomsel. Mulanya, ketika isu tersebut muncul pada pertengahan 2013, pihak Telkom berkomitmen untuk mempertahankan jaringan Flexi yang sudah ada, dengan pelanggan yang ada di daerah berjaringan kurang baik disarankan pindah ke Telkomsel. Kemudian direncanakan Flexi akan digabungkan operasionalnya dengan Telkomsel (konsolidasi), atau ditutup namun pelanggannya dialihkan ke Telkomsel. Akhirnya, pada 27 Juni 2014, Telkomsel resmi mengakuisisi unit usaha Flexi dari induknya, Telkom Indonesia. Dalam pelimpahan tanggungjawab ini, pihak Telkomsel menyetorkan uang sebesar Rp 2,828 triliun kepada pihak Telkom. Selain itu, sejak 2013, BTS Flexi juga dijual ke Telkomsel, dan frekuensi 850 MHz yang telah digunakan oleh Flexi selanjutnya akan dikembalikan ke pemerintah untuk kemudian digunakan kembali sebagai pendukung perluasan GSM (Extended GSM) milik Telkomsel, khususnya di kawasan Timur Indonesia.
Pelanggan Flexi pada periode ini hanya menyisakan sekitar 4,1 juta saja. Akhirnya, mulai 4 Oktober 2014, setelah mendapat persetujuan dari Kemenkominfo di tanggal 30 September 2014, layanan Flexi resmi dihentikan, dengan pelanggannya diarahkan untuk berpindah ke Telkomsel. Penanganan teknis pemindahan dengan pelanggan dilakukan dengan cara menghimbau pelanggan untuk menatar (upgrade) nomor Flexi yang lama ke nomor Telkomsel. Dengan melakukan penataran, pelanggan akan mendapatkan layanan yang setara dengan pelanggan Telkomsel, yaitu kecepatan akses internet hingga 14,4 Mbps (Flexi up to 3,1 Mbps), bahkan memperoleh layanan seluler 4G/LTE. Pelanggan yang mendapatkan nomor baru Telkomsel tidak akan kehilangan nomor Flexi yang lama karena panggilan tetap diterima di nomor terbaru meskipun menggunakan nomor lama pelanggan. Pembaruan pun dapat dilakukan di Plasa Telkom. Proses pemindahan layanan Flexi ke Telkomsel (khususnya Kartu As) dimulai di Serang dan Kediri pada akhir Oktober 2014, bekerjasama dengan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk dan PT PINS Indonesia. Menurut pihak Telkom, proses migrasi ini berlangsung lancar, dan selesai dilakukan pada akhir 2015.
Operasional
= Jaringan
=Flexi menggunakan jaringan berfrekuensi 800 MHz untuk seluruh wilayah Indonesia. Untuk wilayah Jakarta, Banten dan Jawa Barat yang sebelumnya menggunakan frekuensi 1900 MHz, sudah dimigrasi ke 800 MHz sejak 31 Juli 2007 hingga 31 Desember 2007. Sejalan dengan pengaturan ulang frekuensi di Indonesia, frekuensi 1900 MHz akan digunakan sebagai frekuensi operator jaringan generasi ke-3 dan 3,5.
Sedangkan untuk teknologi selulernya, Flexi menggunakan sistem CDMA2000 1x dan CDMA2000 1x EV-DO Rev. A. Flexi berlisensi Fixed Wireless Access (Telepon Tetap Nirkabel), yang artinya penomoran Flexi hanya berlaku untuk satu kota saja (diawali kode telepon per daerah) dan nomor pengguna tidak dapat dibawa-bawa ke kota lain. Untuk dapat mengakses layanan Flexi jika berada di luar area kode telepon, penggunanya dapat meregistrasi layanan Flexi Combo atau membeli kartu baru.
= Wilayah jangkauan
=Kota yang dapat dilayani oleh jaringan CDMA2000 1x EV-DO Flexi (sebelum ditutup), yaitu:
= Produk
=Terdapat dua produk utama yang dikeluarkan Flexi, yaitu Flexi Prabayar (sebelumnya bernama Flexi Trendy) dan Pascabayar (sebelumnya bernama Flexi Classy). Kedua produk ini diklaim memberikan kemudahan, kenyamanan, dan kecepatan berkomunikasi melalui Voice, SMS, dan Data/Internet serta fitur-fitur menarik lainnya.
Produk turunan dari Flexi prabayar, diantaranya:
Flexi Dahsyat (CDMA 1X) - seri kartu 32K
Flexi Irit (CDMA 1X) - seri kartu 32K
Flexi Irit Internasional (CDMA 1X) - seri kartu 32K
FlexiNet (UnZip, Non EVDO - CDMA 1X)- seri kartu 32K
Flexi Mobile Broadband (UnZip, EVDO - CDMA 1X dan EV-DO Ready) - seri kartu 64K
= Promosi
=Slogan
Bukan Telepon Biasa (2003-2010)
Flexi, Makin Oke! (2004-2005)
Flexi Trendy, Jelas OK (2005, versi promo Bombardir Bonus)
Anak Gaul? Pasti Pakai Flexi! (2007, versi Alexandra Asmasoebrata)
CDMA Hemat & Terbesar (2008)
Cuma Flexi yang bisa begini (2008-2009)
Lebih Irit Kan! (2010-2014)
Lihat pula
Daftar produk telekomunikasi di Indonesia
Telkom Indonesia
Kartu Facebook
Telkomsel PraBayar
Telkomsel Halo
Fix Wireless Access
Referensi
Pranala luar
(Indonesia) Situs web perusahaan Telkom Diarsipkan 2011-10-03 di Wayback Machine.
www.telkomflexi.com di Wayback Machine (diarsipkan tanggal 8 Maret 2012)
Kata Kunci Pencarian:
- Flexi
- FlexiChatting
- Garuda Bandung
- Telkomsel Halo
- Telkomsel PraBayar
- Nexian
- 7icons
- Bank Negara Indonesia
- Pelita Air
- Teknologi CDMA di Indonesia
- Flexi disc
- Flexi
- FlexiLivre
- FlexiScale
- Plastic handcuffs
- Flexitarianism
- Flexi Fixed Deposits
- Off with Their Heads (band)
- Ceramic capacitor
- Joyful Noise Recordings
No More Posts Available.
No more pages to load.