- Source: Fu De Zheng Shen
Fu De Zheng Shen (Hanzi: 福德正神; pinyin: Fúdé zhèngshén; Hokkien: Hok Tek Ceng Sin; Terjemahan: "Dewa bumi atas kemakmuran dan jasa") adalah salah satu dewa dalam panteon agama tradisional China yang sering kali dianggap sama atau merupakan nama resmi dari dewa bumi Tu Di Gong. Pemujaan keduanya sebenarnya memiliki latar belakang serta lingkup yang berbeda. Selain itu, karena merupakan salah satu dewa yang tertua usianya, ia juga sering disebut sebagai Hou Tu.
Dewa ini memiliki wewenang dalam mengatur rejeki pada manusia sehingga biasa dipuja oleh orang yang mengharapkan rejeki yang lancar dan usaha yang maju. Oleh sebab itu, klenteng yang diperuntukkan kepadanya sering kali dibangun dekat dengan pasar.
Legenda
= Zhang Fu De
=Sebuah cerita mengatakan bahwa Fu De Zheng Shen sesungguhnya adalah seseorang yang pernah hidup pada zaman Dinasti Zhou, pada masa pemerintahan kaisar Zhou Wu Wang, bernama Zhang Fu De (Hokkien=Thio Hok Tek). Ia lahir pada tahun 1134 SM, pada tahun ke-2 pemerintahan Zhou Wu Wang, tanggal ke-2 bulan ke-2 Imlek. Sejak kecil, Zhang Fu De sudah menunjukkan bakat sebagai orang yang pandai dan berhati mulia. Saat berumur 7 tahun, ia telah belajar ilmu sastra Tionghoa kuno, lincah, pintar, taat perintah orang tua, jujur, senang menolong fakir miskin, dan supel dalam pergaulan.
Saat berusia 36 tahun, ia memangku jabatan sebagai pejabat perpajak kerajaan. Dalam mejalankan tugasnya, ia selalu bertindak bijaksana tidak memberatkan rakyat. Ia selalu menolong yang miskin tanpa pernah absen; rakyat sangat mencintainya. Ia meninggal pada usia 102 tahun pada tahun 1042 SM, pada generasi kedua kekaisaran Dinasti Zhou. Setelah tiga hari meninggal, wajahnya sama sekali tidak berubah sehingga masyarakat yang melayat menjadi terkejut. Para penduduk tidak pernah melupakan semua perbuatan baik yang telah ia lakukan.
Jabatannya digantikan oleh seseorang yang bernama Wei Chao. Wei Chao adalah seorang tamak dan rakus serta kejam. Dalam menarik pajak, ia tidak mengenal kasihan sehingga masyarakat sangat menderita. Akhirnya karena penderitaan hidup yang tak tertahankan, penduduk banyak yang pergi meninggalkan kampung halamannya sehingga sawah ladang banyak terbengkalai. Mereka berharap mendapatkan pemimpin yang bijaksana seperti Zhang Fu De yang telah meninggal. Sebab itulah mereka kemudian memuja Zhang Fu De sebagai tempat memohon perlindungan. Dari nama Zhang Fu De inilah kemudian muncul gelar Fu De Zheng Shen yang dianggap sebagai Dewa Bumi.
Ada sebuah keluarga miskin yang mengenang kebaikan Zhang Fu De dan mengharapkan ia kembali untuk memimpin desa mereka. Mereka mengambil empat buah batu bata untuk membuat sebuah kuil kecil untuknya; tiga bata untuk tembok dan yang satu untuk atap, memberi tulisan Fu De zheng Shen di dalamnya, dan meletakkan sebuah tempayan kecil yang pecah untuk tempat memasang hio. Setiap hari mereka berdoa di sana. Wei Chao yang mengetahui hal tersebut tertawa dan mengejek mereka, tetapi keluarga tersebut berkata, "Ada uang, tinggal di gedung besar; tidak punya uang tidak punya rumah, tinggal di tempayan pecah." Ternyata keluarga tersebut menjadi kaya, penduduk menjadi mempercayai Zhang Fu De kemudian membangun sebuah kuil untuknya. Mereka membuat pantun bahwa Zhang Fu De murah hati sehingga membuat haru Makco, ia menyuruh Ba Xian untuk menjemput Zhang Fu De ke Surga untuk menjadi Tu Di Gong.
= Zhang Ming De
=Pada masa Dinasti Zhou, Zhang Ming De merupakan seorang pelayan sederhana pada sebuah rumah tangga pemilik tanah yang kaya-raya. Tuan Shang bermaksud menikahkan putri bungsunya dengan kerabat yang jauh, ia memerintah Zhang Ming De untuk mengawalnya selama perjalanan. Di tengah perjalanan, tiba-tiba turun badai salju dan gadis tersebut hampir meninggal karena kedinginan. Zhang Ming De bergegas melepas seluruh pakaiannya untuk ia tutupkan pada putri tuannya. Meskipun si gadis selamat, Zhang Ming De sendiri meninggal. Tak lama setelah kematian Zhang, di langit muncul enam huruf 南天門大仙福德神 (Pintu Langit Selatan Dewa Fu De). Tuan Shang merasa sangat bersyukur kepada Zhang Ming De karena telah menyelamatkan hidup putrinya kemudian membangun sebuah kuil untuk menghormatinya. Sebelum akhir masa Dinasti Zhou, ia dikenal sebagai Hou Tu, tetapi kini lebih dikenal sebagai "Fu De Zheng Shen".
Kultus
Fu De Zheng Shen digambarkan sebagai seorang pria tua yang tersenyum ramah, berambut serta berjanggut panjang berwana putih, dan sering kali digambarkan dalam posisi duduk. Tidak banyak klenteng yang membedakan antara Fu De Zheng Shen dengan Tu Di Gong. Jika klenteng tersebut membedakan altar untuk keduanya, altar Fu De Zheng Shen selalu berada di atas (sejajar dengan ketinggian altar-altar dewa-dewi yang lain), sementara altar Tu Di Gong berada di bawah (hampir sejajar dengan lantai) dan biasanya ditempatkan di bawah altar dewa yang lain. Klenteng yang membedakan altar untuk Fu De Zheng Shen dan Tu Di Gong misalnya adalah TITD De Long Dian di Rogojampi, Banyuwangi.
= Fu De Zheng Shen dan Tu Di Gong
=Tu Di Gong adalah para dewa bumi yang menguasai tanah (area) lokal, misalnya adalah tanah tempat suatu bangunan didirikan. Masing-masing wilayah memiliki Tu Di Gong yang berbeda, serta masa jabatannya ada batasnya (tidak untuk selama-lamanya). Mereka adalah kelompok dewa yang berkedudukan paling rendah dalam Birokrasi Surga dan yang paling dekat dengan umat manusia. Karena berhubungan dengan tanah (juga termasuk pemakaman), altar untuk Tu Di Gong selalu diletakkan sejajar dengan lantai atau tanah. Makam China biasanya selalu memiliki sebuah bangunan kecil di sampingnya yang digunakan untuk memuja Tu Di Gong.
Berbeda dengan Tu Di Gong, Fu De Zheng Shen hanya satu sosok dewa saja. Ia merupakan pelindung masyarakat serta dianggap sebagai dewa bumi. Altar untuk Fu De Zheng Shen selalu diletakkan sejajar dengan altar-altar dewata yang lain (sejajar kepala atau dada manusia dewasa) dan tidak memiliki koneksi dengan pemakaman.
Pada masa kuno, hanya para pejabat pemerintah yang diperbolehkan untuk membangun kuil pemujaan kepada tatanan para dewata. Masyarakat awam tidak diperbolehkan untuk berdoa di sana. Namun, masyarakat menemukan cara untuk bersembahyang kepada Tu Di Gong; masyarakat yang kebanyakan merupakan petani atau penggarap sawah yang miskin itu membuat papan dari tanah liat kemudian meletakkan di tanah sebagai media untuk berdoa. Itulah sebabnya altar untuk Tu Di Gong diletakkan di atas tanah, sementara altar untuk Fu De Zheng Shen diletakkan di atas meja altar.
= Fu De Zheng Shen pada Dinasti Shang
=Pemujaan kepada Dewa Bumi biasanya dilakukan sehabis panen raya, dimana para petani bersyukur atas rejeki yang diperoleh dari hasil panen tersebut. Pada zaman Dinasti Shang (1783–1134 SM), seorang penasihat agung kaisar bernama Ie In (Ou Hing atau A Hang) memberikan makna pesta panen raya tersebut dengan istilah Fu De Zheng Shen, yang berarti memperoleh rejeki (Hok/ Fu) dalam kebajikan (Tek / De) dengan tetap menegakkan (Ceng/ Zheng) nilai-nilai rohani (Sin / Shen). Makna atau istilah ini kemudian menjadi populer dan mengakibatkan munculnya tokoh baru yaitu Fu De Zheng Shen sebagai dewa rejeki, yang seolah-olah berbeda atau lain sama sekali dengan Tu Di Gong.
Lihat pula
Tu Di Gong
Hou Tu
Birokrasi Surga
Catatan kaki
Kata Kunci Pencarian:
- Fu De Zheng Shen
- Dewa Kekayaan
- Tu Di Gong
- Hu Jiang Jun
- Kuan Kong Bio
- Fuk Tet Che Semabung
- Vihara Tri Dharma Bumi Raya Pemangkat
- Hou Tu
- Kim Tek Ie
- Men Shen
- Hok Tek Cheng Sin
- Thien Hau Temple (Los Angeles)
- Kusu Island
- Michael Shen Fu-Tsung
- Shang-Chi
- Vihara Bahtera Bhakti
- Poh San Teng Temple
- Hokkien culture
- Xuanwang Temple
- Xiaolin Showdown