- Source: Guruh Gipsy
Guruh Gipsy adalah album studio Indonesia tahun 1977 yang dirilis oleh Guruh Sukarnoputra bekerja sama dengan grup musik Gipsy yang beranggotakan Keenan Nasution, Chrisye, Roni Harahap, dan Oding Nasution. Memadukan instrumen modern dengan gaya musik tradisional Jawa dan Bali, kini album ini dianggap sebagai salah satu album penting. Pada tahun 2007, Rolling Stone Indonesia memilihnya sebagai album Indonesia terbaik kedua sepanjang masa.
Latar Belakang
Gipsy memang sudah akrab dengan dengan musik Bali jauh sebelum proyek Guruh Gipsy dikerjakan. Mereka pernah manggung di Bank Indonesia dengan menampilkan musik barat yang dipadukan dengan musik Bali, berkolaborasi dengan kelompok gamelan yang dipimpin oleh I Wayan Suparta Wijaya. Pada awal 1974 seusai Gipsy pulang dari New York, Nasution bersaudara mulai sering melakukan pertemuan dengan Guruh Soekarnoputra, putra mendiang Presiden Soekarno untuk menciptakan sebuah musik yang berbeda dengan musik lainnya. Mereka juga mengajak I Gusti Kompyang Raka, musisi tradisional asal Bali dalam pengerjaan konsepnya.
Pada tahun 1975, Nasution bersaudara dan Guruh ternyata sudah jauh berjalan dengan konsep musik mereka kerjakan. Hasilnya, mereka sudah selesai menciptakan sejumlah lagu dan sudah mantap dengan konsep musik yang mereka buat. Lantas Chrisye pun langsung segera dipanggil. Guruh berniat membuat satu album idealis yang menggabungkan musik barat dan musik tradisional. Keenan mengatakan Guruh berhasrat mengajak puluhan pemusik tradisional, dan sejumlah pemain gesek yang bisa memperkuat orkestra. Setelah mendengar penjelasan dari Guruh dan Keenan, Chrisye menjadi ragu. Akhirnya mereka langsung mengajak Chrisye memperdengarkan sejumlah lagu hasil eksperimennya. Chrisye tercengan mendengarkan sebuah lagu yang belum pernah Ia kenali. Chrisye berujar bahwa Ia tidak menyangka konsep yang sebelumnya dikira begitu muluk, ternyata berlanjut menjadi proyek serius. Chrisye juga ragu setelah dipercayai oleh Guruh menyanyikan beberapa lagu di proyek ini. Hal ini karena Guruh terkesima oleh karakter vokal Chrisye yang halus setelah Ia disuruh menyanyikan satu buah lagu.
Keesokannya, Guruh langsung menelpon Chrisye dan mengatakan sedang membuat lagu yang tepat untuk dinyanyikan oleh Chrisye. Guruh berujar Keenan juga mendapatkan posisi vokal bersama Chrisye. Praktis untuk mendukung jalannya proyek ini, Gipsy pun dihidupkan kembali setelah vakum sejak akhir 1973. Kali ini Gipsy beranggotakan Keenan (vokal, drum, rebana), Chrisye (vokal, bass, gerong), Abadi Soesman (kibor), Oding Nasution (gitar), dan Roni Harahap (organ, gerong). Sebagai kolaborator utama, Guruh Soekarnoputra memegang kendali sebagai pemain piano, penabuh gender Jawa, gentorak, bajra, dan gerong. Pada hari pertama latihan di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Guruh sudah menyelesaikan sejumlah lagu. Setelah itu Guruh menyodorkan lagu yang Ia tulis sebelumnya kepada Chrisye, dan menyuruhnya untuk menyanyikan lagu tersebut. Chrisye yang sebelumnya jenuh dengan kegiatan musiknya, tiba-tiba langsung bergairah setelah mendengarkan lagu yang diciptakan khusus oleh Guruh untuknya. Lagu tersebut berjudul "Chopin Larug" dan "Smaradhana". Lantas karena latihan tersebut berlangsung sampai larut malam, Kediaman Guruh pun sering sekali digunakan sebagai tempat penginapan oleh personel Gipsy.
Rekaman
Proses rekaman seluruhnya dilakukan pada bulan Juli 1975 sampai dengan November 1976 di studio Tri Angkasa Music Laboratory, Jakarta. Pontjo Sutowo bersedia sebagai penyandang dana untuk proyek ambisius ini. Sedangkan Alex Kumara dipercayai sebagai insinyur perekaman untuk penggarapan album ini. Menurut Guruh penggarapan album ini sesungguhnya hanya menggunakan jadwal studio sebanyak 52 hari. Ada pun kurun waktu sekitar 16 bulan itu termasuk dihabiskan untuk mengumpulkan biaya dari para donatur (selain dari Pontjo), latihan dan menulis materi lagu hingga menunggu jadwal studio kosong ketika Tri Angkasa digunakan oleh pihak lain. Selama prores rekaman, Ada sederet pemusik lainnya yang turut membatu Gipsy. Mereka adalah Gauri Nasution pada gitar, Trisutji Kamal, pianis yang juga ikut membuat arransemen. Kelompok Saraswati Bali yang dipimpin I Gusti Kompyang Raka, juga ada paduan suara Rugun Hutauruk dan Bornok Hutauruk serta sederet chamber music yang terdiri atas Fauzan, Suryati Supilin, Seno pada biola. Sudarmadi pada selo, Amir Katamsi pada double bass, Suparlan pada flute serta Yudianto pada obo dan klarinet.
Lagu
= Gambaran
=Guruh Gipsy merupakan one off project yang semua musiknya diarahkan oleh Guruh Soekarnoputra. Guruh Gipsy menawarkan pandangan yang menarik tentang seberapa bagusnya musik rock dapat digabungkan dengan musik tradisional Indonesia, termasuk digabungkan dengan instrumentasi dan tangga nada yang tidak biasa. Ada perpaduan mencolok antara keyboard-heavy british-prog dengan musik gamelan Bali, serta kesinambungan dari masing-masing dua genre tersebut dari satu lagu ke lagu berikutnya. Pengaruh musik klasik barat juga terasa di dalam lagu-lagunya.
Meskipun album ini bukan yang pertama kali mengusung pencampuran musik etnik dengan musik progresif, Namun album Guruh Gipsy merupakan sebuah inovasi yang baru pada saat itu. Album Titik Api karya Harry Roesli yang dirilis pada tahun 1976 itu mengusung pendekatan memodernisasi musik tradisional Indonesia dengan memadukan drum dan gitar elektrik. Sedangkan Guruh Gipsy hadir dengan komposisi rock progresif, lalu dipadukan dengan musik tradisional Indonesia. Pendekatan ini merupakan gagasan dari Guruh dan personel Gipsy, baik ketika sedang mengerjakan konsep awalnya, maupun ketika sedang berlangsungnya sesi rekaman.
= Sisi A
=Indonesia Maharddhika
Sisi A dibuka dengan "Indonesia Maharddhika", sebuah lagu megah bergaya british-prog yang paling kental di album ini. Liriknya secara garis besar menggambarkan Indonesia sebagai negara yang agung dan damai, dengan merangkul warisan budaya dan keanekaragamannya yang kaya.
Komposisinya diisi dengan permainan organ Roni Harahap yang besar dan megah, permainan synthesis Abadi Soesman yang apik, dan gitar solo Oding Nasution yang membumbung tinggi. Suara organ dan synthesis yang berpadu di bagian pembuka lagu ini terdengar mengambil inspirasi dari gaya permainannya Emerson, Lake & Palmer. Sedangkan Melodi pengantar lagu ini didasari dari lagu "That's the Way (I Like It)" karya KC and the Sunshine Band, tetapi dengan aksentuasi terbalik. Peranan gamelan di lagu ini bertindak hampir sama seperti instrumen kibor lainnya. Namun instrumen dan genre yang berbeda itu keduanya saling mengalir secara sempurna satu sama lain.
Chopin Larung
Lagu selanjutnya berjudul "Chopin Larung", Sebuah lagu berbahasa Bali yang dinyanyikan oleh Chrisye. Lagu ini diilhami dari kegundahan Guruh terhadap tergerusnya budaya asli Indonesia oleh kebudayaan luar. Lagu ini dibuka dengan suara deburan ombak dan berlanjut ke balada yang dimainkan oleh piano dalam tangga nada gamelan Bali. Kemudian diikuti oleh piano solo yang terinspirasi dari Frédéric Chopin sebelum kembali lagi ke tangga nada gamelan Bali. Ada pula bagian ambien di paruh kedua lagu sebelum akhirnya diakhiri dengan melodi serupa yang digunakan di intro. Secara keseluruhan, lagu ini merupakan interpretasi bagaimana gaya musik Chopin jika Ia pernah mengunjungi Bali.
Barong Gundah
Sebuah lagu instrumentalia yang dapat disebut sebagai gamelan-prog. Komposisinya diisi dengan gamelan yang memberikan ritme terus-menerus dan tidak teratur. Kemudian dilengkapi dengan permainan bass Chrisye yang funky dan canggung. Permainan gitar Oding Nasution dan permainan synthesis Abadi Soesman menggelegar diiringi alunan gamelan. Lagu ini merupakan momen di mana perpaduan antara musik tradisional Bali dengan musik barat saling melengkapi sehingga terasa sangat bagus perpaduannya.
= Sisi B
=Janger 1897 Saka
Sisi B dibuka dengan "Janger 1897 Saka", sebuah lagu yang merefleksikan dari tarian asli pulau Dewata bernama Janger. Liriknya secara umum menggambarkan sejarah, evolusi, dan signifikansi dari budaya Janger, sekaligus membahas dampak modernisasi serta apa kebutuhannya untuk melestarikan warisan budaya.
"Janger 1897 Saka" dibuka dengan pengulangan "jangi janger" dan "sengsengin sengseng janger", yaitu ungkapan ritmis yang meniru bunyi dan gerakan tari janger. hal ini mengatur nada lagu yang energik, mendorong pendengar untuk bergabung dan menari Janger. Sepanjang lagu, liriknya menyebutkan berbagai unsur yang terkait dengan Janger, seperti "kelap-kelap ngalap bunga" (mengumpulkan bunga), melambangkan keanggunan dan keindahan tarian.
Baris "Sengsengin sengseng janger, Serere nyoman ngeyorin" menunjukkan semangat dan kegembiraan yang dibawa penari Janger saat tampil. Lagu ini juga menyentuh makna sejarah Janger, yang menyatakan bahwa Janger awalnya diukir untuk menghiasi pura dan dibawakan dengan penuh semangat dan dedikasi. Namun seiring berjalannya waktu, Janger menjadi lebih populer di kalangan turis asing, dan esensi tradisionalnya disalahgunakan untuk kepentingan selera mereka. Perubahan ini ditonjolkan pada baris “Dulu memahat buat menghias pura, Sekarang memahat untuk wisatawan mancanegari” (Dulu diukir untuk mendekorasi pura, sekarang diukir untuk kepentingan wisatawan mancanegara).
Komposisi dari lagu ini sangat kental dengan nuansa musik tradisional Bali, sekalipun Roni Harahap mengiringinya dengan piano. Vokalnya didominasi oleh Keenan Nasution dan Hutauruk Sister, dengan bagian bridge dinyanyikan oleh Chrisye. Meski demikian, struktur lagunya tidak dapat disangkal termasuk progresif.
Geger Gelgel
"Geger Gelgel" merupakan sebuah lagu dengan tema yang sangat kelam di album ini. Secara umum liriknya menggambarkan sebuah peristiwa yang terjadi di Gelgel, di mana terjadi kegaduhan dan kekacauan di masa lalu. Terlepas dari gejolak eksternal, Guruh menekankan bahwa hati mereka ingin mengungkap tindakan curang dari mereka yang menipu dan memanipulasi kebenaran.
Lagu ini merupakan ajakan untuk bertindak, serta mendesak pendengarnya untuk tidak berpuas diri saat menghadapi ketidakadilan. Selain itu juga, lagu ini menyarankan pendengar untuk menghilangkan keraguan, merangkul fajar baru, dan bersatu dalam setiap nafas untuk mengungkap kepalsuan dan mencapai kebahagiaan sejati. Referensi benda langit seperti bintang dan janji Sang Hyang Maheswara (dewa tertinggi dalam agama Hindu Bali) menyiratkan kepercayaan pada keadilan ilahi dan harapan untuk akhir penderitaan.
secara musikal, lagu ini dimulai dentang gamelan yang agresif dan metalik serta permainan gitar Oding Nasution yang cepat. Lagu ini dibangun dengan klimaks yang kacau, membangkitkan keributan yang mengacu kepada judul lagunya.
Smaradhana
Lagu berikutnya kembali membawa pendengar kepada lagu yang lebih menenangkan. Secara umum "Smaradhana" merupakan sebuah lagu dengan tema mengeksplorasi cinta yang penuh gairah dan dampaknya yang mendalam bagi kedua insan yang terpesona oleh cinta.Hal ini menyiratkan bahwa kedua insan tersebut rela menyerahkan diri pada sensasi dimabuk asmara yang luar biasa. Komposisi dari lagu ini berupa permainan gamelan yang pelan, lantunan vokal latar oleh Hutauruk Sister, serta vokal Chrisye yang berat dan mendalam.
Sekar Gendotan
Album ini ditutup dengan lagu berjudul "Sekar Gendotan", sebuah instrumentalia berupa ansambel gamelan karya I Gusti Kompyang Raka.
Sampul Album
Sampul album Guruh Gipsy menampilkan kaligrafi Dasabayu, berupa rangkaian 10 aksara Bali dengan arti dan makna tertentu pula. Yaitu I-A berarti kejadian dan keadaan, A-Ka-Sa berarti kesendirian dan kekosongan, Ma-Ra berarti baru, La-Wa berarti kebenaran dan Ya-Ung berarti sejati.
Mitosnya, kombinasi ke 10 aksara itu pada zaman dahulu kala oleh orang Bali diyakini memberikan tuah. Dan gabungan aksara Bali itu sepenuhnya diterjemahkan sebagai suatu keadaan hampa atau kosong yang nantinya akan berubah menjadi kebenaran yang hakiki.
Rilis dan tanggapan
Guruh Gipsy dirilis pada 20 Maret 1977 dengan jumlah hanya 5000 keping untuk diedarkan ke pasaran. Label yang menaungi perilisan Guruh Gipsy adalah CV. Dela Rohita dengan pendistribusian ditangani oleh Pramaqua. Disamping itu, Guruh berinisiatif menerbitkan sebuah buku setebal 32 halaman yang mengabadikan cerita kerja di balik album ini dan berikut proses kreatifnya. Album tersebut dijual di tempat-tempat yang jauh dari hingar-bingar permusikan seperti apotek dan salon, bukan di toko kaset pada umumnya.
Setelah dirilis, Guruh Gipsy mendapatkan tanggapan yang baik di masyarakat. Album tersebut dianggap sebagai landmark album yang sangat mempengaruhi perkembangan industri musik di Indonesia. Pada tahun 2007, Guruh Gipsy dinobatkan sebagai album Indonesia terbaik ke-2 sepanjang masa oleh majalah Rolling Stone Indonesia edisi #32 terbitan Desember 2007. Sedangkan pada tahun 2009, Rolling Stone Indonesia memilih "Indonesia Maharddhika" sebagai lagu Indonesia Terbaik ke-59 Sepanjang Masa.
Daftar lagu
Seluruh musik dan lirik diciptakan oleh Guruh Soekarnoputra, kecuali "Sekar Ginotan" diciptakan oleh I Gusti Kompyang Raka
Personel
Keenan Nasution – vokal utama, drum
Chrisye – bass, backing vocal, vokal utama pada "Chopin Larung" dan "Smaradhana"
Abadi Soesman – penyintesis
Roni Harahap – piano, organ
Odink Nasution – gitar
Guruh Soekarnoputra – gamelan, lirik, musik
= Personel tambahan
=Trisutji Kamal – piano
Gauri Nasution – gitar
Hutauruk Sisters (Rugun dan Bornok Hutauruk) – vokal latar
I Gusti Kompyang Raka – musik
Sanggar Saraswati pimpinan I Gusti Kompyang Raka – gamelan Bali
Orkestra Radio Republik Indonesia – orkestra
Fauzan, Suryati Supilin, Seno – biola
Sudarmadi – selo
Amir Katamsi – double bass
Suparlan – flute
Yudianto – obo, klarinet
= Produksi
=Guruh Soekarnoputra – pengarah musik, produser
Eros Djarot – produser eksekutif
Pontjo Sutowo – produser eksekutif
Catatan
Referensi
Pranala luar
Review Guruh Gipsy di Rumah Musik Denny Sakrie Diarsipkan 2011-05-02 di Wayback Machine.
Kata Kunci Pencarian:
- Guruh Soekarnoputra
- Guruh Gipsy
- Chrisye
- Gipsy (grup musik)
- Keenan Nasution
- Abadi Soesman
- 150 Lagu Indonesia Terbaik
- Indonesia Maharddhika
- Daftar lagu yang direkam oleh Chrisye
- Diskografi Chrisye
- Guruh Gipsy
- Chrisye
- Guruh Sukarnoputra
- Indonesia Maharddhika
- Chrisye discography
- List of songs recorded by Chrisye
- List of Indonesian pop musicians
- Sabda Alam
- Erwin Gutawa
- Jurang Pemisah