- Source: Hadis tanduk setan dari Najd
Hadis tanduk setan dari Najd adalah hadis yang muncul dalam Shahih Bukhari dengan sejumlah sanad bersambung tentang tiga lokasi geografis Timur Tengah yang salah satunya diramalkan akan menjadi sumber bencana. Muslim Sunni menetapkan derajat hadis ini shahih.
Teks
Menurut dua riwayat dalam Shahih Bukhari, Nabi Islam, Muhammad memohon kepada Allah untuk memberkati daerah Bilad asy-Syam (Suriah) dan Yaman. Ketika para sahabatnya memohon agar memberkati "Najd kami pula," ia pun menjawab: Akan muncul fitnah dan keguncangan, dan dari sana akan terbit dua tanduk Setan. Dalam narasi yang lain, Muhammad juga meminta kepada Allah untuk memberkati daerah Madinah, Makkah, Syam, dan Yaman dan, ketika diminta secara khusus untuk memberkati Najd, juga menjelaskan bahwa akan terjadi gempa (keguncangan), ujian, fitnah kesengsaraan, dan terbitnya dua tanduk Setan.“Ya Allah! Berkahilah Syam kami. Ya Allah! Berkahilah Yaman kami.” Para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, dan Najd kami?" Aku pikir untuk ketiga kalinya Nabi ﷺ berkata, "Di sana (di Najd) akan terjadi keguncangan (gempa bumi) dan fitnah, dan dari sana akan muncul dua tanduk Setan."Hadis ini berkaitan dengan peristiwa yang akan terjadi yang mengguncang umat Muslim, yang dikenal sebagai fitnah atau 'cobaan'. Itu juga telah diidentifikasi dari mana Dajjal (Anti-Kristus) akan muncul (menurut riwayat melalui Imam Nawawi). Ada juga teori yang mengatakan bahwa Najd merujuk kepada orang-orang di wilayah modern Arab Saudi yang dikenal sebagai 'Najd', meski, secara linguistik dan geografis, argumen ini diperdebatkan.
Lokasi Najd
Dalam bahasa Arab Najd berarti "dataran tinggi". Versi lain kemungkinan merujuk ke wilayah Najd di Arab Saudi. Para ulama abad pertengahan, yang hidup sebelum gerakan Wahhabiyah yang muncul pada abad ke-18 Masehi, menulis interpretasi berbeda tentang apa yang dirujuk oleh hadis ini. Banyak yang menuding bahwa hadis tersebut ditujukan kepada gerakan Wahhabi. Banyak ulama membantah klaim ini. Dimungkinkan, lokasi yang dirujuk kemungkinan dapat terletak di sekitar Yaman, Irak, dan Arab Saudi. Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan setelah mengutip kata-kata al-Khattabi menjelaskan arti dari Qarn (tanduk);
"yang lain mengatakan bahwa Orang-orang dari Timur adalah kafir pada waktu itu dan Rasulullah ﷺ memberi tahu kami bahwa fitnah-fitnah tersebut akan muncul dari arah itu dan itu seperti yang beliau katakan. Dan cobaan pertama yang muncul, muncul dari arah timur dan mereka menjadi penyebab perpecahan kaum Muslim, dan inilah yang disukai Setan. Demikian pula kebid'ahan muncul dari arah itu.”
Ibnu Hajar mengutip al-Khattabi yang mengatakan:
“Najd yang dimaksud adalah arah timur, dan bagi orang yang tinggal di Madinah, Najd-nya adalah padang pasir Irak serta wilayahnya karena ini adalah di sebelah timur Madinah. Makna dasar Najd adalah dataran tinggi, yang bertentangan dengan al-Ghaur karena itulah yang lebih rendah darinya. Tihamah [dataran pantai di sepanjang pantai barat daya dan selatan Jazirah Arab] seluruhnya adalah Ghaur dan Mekkah terletak di Tihamah.'[...] dengan [perkataan al-Khattabi] inilah kekeliruan perkataan ad-Dawudi dipahami bahwa 'Najd terletak di arah Irak' [min Nahiya al-Iraq] karena beliau menyatakan bahwa Najd adalah tempat tertentu. Hal ini tidak benar, melainkan segala sesuatu yang merupakan dataran tinggi disebut Najd dan daerah yang lebih rendah disebut Ghaur."
Sejarawan terkenal abad ke-12, Ibnul Atsir al-Jazari, yang sering berkunjung ke Irak pada masa pemerintahan Salahuddin al-Ayyubi dan telah menulis karya monumentalnya al-Kamil fi at-Tarikh (Sejarah Lengkap), menulis dalam karyanya "an-Nihayah";
"Najd adalah dataran tinggi. Nama ini diberikan untuk daerah di luar Hijaz menuju Irak".
Dikisahkan bahwa Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim 2/29 menyatakan hadis ini berhubungan dengan kemunculan Dajjal atau Anti-Kristus dari arah timur.
= Teori kontemporer
=Pandangan tradisionalis
Banyak penulis mengeklaim bahwa hadis tersebut mengacu wilayah Najd modern di Arab Saudi yang merupakan satu-satunya wilayah yang disebut 'Najd' setelah penetapan nama geografis dan toponimik meskipun ada beberapa lokasi lainnya juga dikenal sebagai 'Najd'. Sejumlah tokoh-tokoh Sunni tradisionalis menerima teori ini termasuk Gerakan Barelvi dan sarjana Universitas Al-Azhar yang sudah memiliki reputasi, mereka menuding gerakan Wahhabisme sebagai "tanduk setan" yang diprediksi.
Bukti-bukti lain dapat dikutip dari sejumlah hadis yang mengidentifikasi batas miqat untuk jamaah haji dan umrah. Dalam hadis yang diriwayatkan dalam Imam Nasa’i (Manasik al-Hajj, 22), Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ menetapkan miqat untuk jamaah dari Madinah di Dzulhulaifah, untuk jamaah dari Suriah dan Mesir di Juhfah, untuk jamaah dari Irak di Dzat Irq, jamaah dari Najd di Qarnul-Manazil, serta jamaah dari Yaman di Yalamlam. Imam Muslim juga meriwayatkan dengan riwayat serupa: "Untuk jamaah dari Madinah di Dzulhulaifah – sedangkan dari jalur yang berbeda ada di Juhfah – untuk jamaah Irak Dzat Irq, untuk jamaah Najd di Qarnul-Manazil, dan jamaah Yaman di Yalamlam.' Teks ini menjadi bukti bahwa Nabi membedakan Najd dan Irak, sehingga beliau memilih dua lokasi miqat berbeda untuk tiap-tiap penduduk. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa Najd tidak termasuk Irak.
Ibnu 'Abdil-Barr (368 H-463 H) mengatakan: "Allah Maha Tahu terkait alasan Nabi ﷺ menunjuk ke arah timur tentang fitnah adalah bahwa fitnah terbesar sekaligus terpenting adalah syahidnya Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, dan itulah alasan di balik Perang Jamal dan Perang Shiffin, mengingat persoalan ini berawal dari timur. Kemudian Khawarij muncul dari tanah Najd, Irak, dan daerah-daerah sekitarnya.” Banyak Salafi modern menyangkal hal ini, sehingga dengan berdasarkan teori Ibnu Hajar, mereka mengeklaim bahwa itu mengacu pada Irak. Sebagian besar Irak tidak didominasi dataran tinggi, tetapi dataran aluvial.
Pandangan Wahhabi
Sebaliknya, pendukung Wahhabisme menganggap Bani Tamim di Arab Saudi saat ini, merupakan barisan terdepan melawan Dajjal, mengutip karya besar seperti Musnad Ahmad ibn Hanbal: “Janganlah kamu mengatakan tentang Bani Tamim selain kebaikan, karena sungguh mereka adalah orang yang paling keras dalam menyerang Dajjal.” Lebih jauh, Ibnu Hajar bahkan memuji Bani Tamim dalam tafsirnya: “Aku sangat mencintai Bani Tamim, sejak aku mendengar tiga hal yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ tentang mereka. Aku mendengarnya berkata, 'Orang-orang ini (dari suku Bani Tamim) akan berdiri teguh melawan Dajjal.' Ketika sedekah dari suku itu datang, Rasulullah, ﷺ, berkata, "Ini adalah sedekah rakyat kita." Aisyah memiliki seorang budak wanita dari suku itu, dan Nabi ﷺ berkata kepada Aisyah, 'Merdekakan orang ini, karena ia adalah keturunan Ismail 'alaihissalam."