- Source: Han Oen Lee
Han Oen Lee, Letnan Cina (1856—1893) dulu adalah seorang Tionghoa Indonesia yang menjadi Letnan Cina pertama Bekasi. Jabatan tersebut pun memberinya otoritas politik dan hukum atas komunitas Cina di Bekasi. Ia juga merupakan tuan tanah dari tanah partikelir Gaboes. Kini, ia paling dikenal sebagai ayah dari Hok Hoei Kan (1881—1951).
Biografi
Lahir di Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda pada tahun 1856, Han Oen Lee Sia berasal dari keluarga Han dari Lasem, bagian dari Cabang Atas di Hindia Belanda. Ayahnya, Han Tjoei Hing Sia (meninggal pada tahun 1882), adalah seorang tuan tanah lokal dan cicit dari Han Khee Bing, Letnan Cina (1749—1768), yang merupakan putra sulung dari Han Bwee Kong, Kapitan Cina Surabaya (1727—1778), seorang sekutu dan komprador dari VOC. Sebagai keturunan dari pejabat Cina, Han pun menyandang gelar turunan Sia sejak lahir.
Pada tanggal 8 Maret 1876, Han menikahi Kan Oe Nio (1850—1910), yang berusia enam tahun lebih tua, di Batavia, ibu kota Hindia Belanda. Istri Han adalah putri dari salah satu orang terkaya di Hindia Belanda, yakni Kan Keng Tjong (1797—1871), dan Jo Heng Nio (1827—1900), serta saudara ipar dari Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga Batavia. Han dan istrinya dianugerahi tiga orang anak, yakni Han Khing Bie Sia (1878—1864), Han Khing Tjiang Sia (kemudian dikenal sebagai Hok Hoei Kan), dan Han Tek Nio (1883—1969).
Pada tanggal 15 April 1886, Han Oen Lee Sia ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai Letnan Cina Bekasi, di mana tanah partikelir miliknya berada. Di sana, Letnan Han Oen Lee memperkenalkan varietas beras baru dari Fujian, Tiongkok selatan, yang memiliki bulir lebih besar, sehingga hasil panennya lebih banyak. Han juga mengoperasikan sebuah pabrik beras bertenaga uap di tanah partikelir miliknya.
Han Oen Lee menjabat sebagai Letnan Cina Bekasi hingga ia meninggal akibat kebakaran besar di pecinan Batavia, Glodok, pada tahun 1893. Keluarganya menyatakan bahwa saat kebakaran terjadi, Han menaiki genteng rumahnya dengan memegang dua keris sakral milik keluarganya, yang diberi nama Pangeran Api dan Pangeran Angin. Han kemudian berhasil mengalihkan kebakaran tersebut. Cerita rakyat Jakarta menyatakan bahwa kebakaran tersebut dapat beralih ke seberang kanal Molenvliet berkat kekuatan magis dari keris tersebut. Namun, Han akhirnya meninggal akibat luka bakar beberapa hari kemudian.
Pasca kematian Han, putra sulungnya, Han Khing Bie Sia, pun mewarisi tanah partikelir Gaboes. Sementara putranya yang lain, Han Khing Tjiang Sia, diadopsi oleh saudara iparnya yang tidak memiliki anak, yakni, Kan Tjeng Soen (1855—1896). Nama Han Khing Tjiang Sia lalu diubah menjadi Kan Hok Hoei Sia dan dijadikan pewaris utama dari marga dan kekayaan kakeknya, Kan Keng Tjong. Putra bungsu Han, sebagaimana Hok Hoei Kan, juga menjadi politisi pada akhir periode kolonial Belanda di Indonesia.
Keturunan
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Han Oen Lee
- Keluarga Han dari Lasem
- Hok Hoei Kan
- Daftar Kapitan Cina
- Kan Keng Tjong
- Ailee
- Daftar tokoh Tionghoa Indonesia
- Nama Tionghoa
- Tjong A Fie
- Sekolah Terpadu Pahoa
- Han Oen Lee
- Han family of Lasem
- Hok Hoei Kan
- List of foreign politicians of Chinese descent
- Kan Keng Tjong
- List of Kapitan Cina
- Taekwondo
- Savungaz Valincinan
- One Piece season 20
- Etymology of Belarus