- Source: Hendrik Isam Mahar
Hendrik Isam Mahar (24 November 1928 – 12 Januari 1990) adalah seorang perwira tinggi dari kesatuan Kopassus di Angkatan Darat yang memimpin operasi penumpasan PGRS/Paraku. Ayahnya bernama Isam Mahar dan ibunya bernama Imik. Isam merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Saudaranya bernama Tagiana, Ecen, Fransiul, Yelbu, Siberson, dan Ukat. Kedua orangtuanya berasal dari suku Dayak.
Pada tahun 1966, Isam, yang pada saat itu berpangkat kolonel dan ditugaskan di Kodam Udayana, dipanggil oleh Brigjen A. J. Witono, Pangdam Tanjungpura. Witono memerintahkan Isam untuk memimpin operasi intelijen melawan PGRS/Paraku. Witono menunjuk Isam sebagai pemimpin operasi karena etnis Dayak Isam dibutuhkan untuk mendulang dukungan komunitas Dayak dalam menumpas PGRS/Paraku.
Beberapa saat setelah mengetahui penunjukkannya sebagai pemimpin operasi, pamannya, Tjilik Riwut, yang waktu itu merupakan Gubernur Kalimantan Tengah, menghubungi Oevaang Oeray, Gubernur Kalimantan Barat, dan memintanya untuk membantu Isam dalam pelaksanaan operasi intelijen. Beberapa saat kemudian, muncul sebuah pengumuman di Radio Republik Indonesia yang mengatasnamakan Oevaang dan menyatakan perang terhadap PGRS/Paraku.
Operasi intelijen tersebut dinyatakan berakhir setelah pimpinannya yang bernama Sayid Ahmad Sofyan ditembak mati pada tanggal 12 Januari 1974. Pangkat Isam dinaikkan jadi brigadir jenderal dan ia pensiun dari kemiliteran. Isam menjadi seorang pengusaha dan membuka bisnis di Kalimantan Tengah.
Isam meninggal pada tanggal 12 Januari 1990 di Jakarta, Indonesia.
Isam menikah dengan Katibah Noor. Pernikahan tersebut memberikan 5 anak bagi pasangan tersebut.