- Source: Jamur landak
Hydnum repandum, atau yang umum disebut dengan jamur landak adalah jamur basidiomycota dari famili Hydnaceae. Pada tahun 1753, jamur ini pertama kali dideskripsikan oleh Carl Linnaeus sebagai spesies tipe dari genus Hydnum. Jamur ini menghasilkan tubuh buah yang ditandai dengan adanya struktur berspora dalam bentuk duri alih-alih lamela. Di mana spora tersebut menggantung turun dari bagian bawah tudung (pileus). Jamur ini memiliki tudung yang kering, berwarna kuning, oranye muda hingga coklat, dan berbentuk tidak beraturan, khususnya ketika tumbuh berdekatan dengan tubuh buahnya. Jaringan pada jamur berwarna putih dengan aroma sedap dan rasa pedas atau pahit. Seiring bertambahnya usia atau saat memar maka seluruh bagian jamur ini akan berwarna oranye
Hydnum repandum merupakan jamur mikoriza yang tersebar luas di Eropa. Di mana jamur ini dapat berbuah secara tunggal atau berkelompok di hutan yang dihuni konifera atau tumbuhan peluruh. Jamur ini tergolong spesies yang dapat dimakan dan tidak beracun, meskipun spesimen dewasanya menghasilkan rasa pahit. Jamur ini dikumpulkan dan dijual di pasar lokal Eropa dan Kanada.
Taksonomi
Hydnum repandum pertama kali dideskripsikan oleh Carl Linnaeus dalam bukunya yang berjudul Species Plantarum tahun 1753. Pada tahun 1821, ahli mikologi Swedia bernama Elias Fries lantas menyetujui nama tersebut. Spesies ini sebelumnya dimasukkan dalam beberapa genus, seperti: Hypothele oleh naturalis Prancis Jean-Jacques Paulet tahun 1812; Dentinum oleh ahli botani Inggris Samuel Frederick Gray tahun 1821; Tyrodon oleh ahli mikologi Finlandia Petter Karsten tahun 1881; Sarcodon oleh naturalis Prancis Lucien Quélet tahun 1886. Nama Hydnum repandum kemudian resmi menjadi spesies tipe dari genus Hydnum setelah proposal tata nama tahun 1977 yang diajukan oleh ahli mikologi Amerika bernama Ronald H. Petersen disetujui. Sebelumnya, argumen pendukung untuk menjadikan H. repandum adalah spesies tipe dari Hydnum telah diajukan oleh ahli taksonomi Belanda Marinus Anton Donk (1958) dan Petersen (1973). Sedangkan, ahli mikologi Ceko Zdeněk Pouzar (1958) dan ahli mikologi Kanada Kenneth Harrison (1971) berpendapat bahwa H. imbricatum seharusnya juga termasuk spesies tipenya.
Beberapa bentuk dan varietas H. repandum telah dideskripsikan. Bentuk albidum dan rufescens ditemukan di Rusia dan diterbitkan oleh TL Nikolajeva pada tahun 1961. Takson terakhir ini dinilai identik dengan H. rufescens. Sedangkan, bentuk amarum yang diterbitkan di Slovenia oleh Zlata Stropnik, Bogdan Tratnik dan Garbrijel Seljak pada tahun 1988 dipandang tidak sah. Hal ini terkait pasal 36.1 dalam "Kode Internasional Nomenklatur untuk alga, jamur, dan tumbuhan" mengenai belum adanya deskripsi yang cukup komprehensif. Sementara itu, ahli botani Prancis bernama Jean-Baptiste Barla mendeskripsikan H. repandum var. rufescens di tahun 1859. Pada tahun 1922, naturalis Inggris Carleton Rea mendeskripsikan tubuh buah putih sebagai bagian dari varietas, yakni H. repandum var. album.
Studi molekuler telah menunjukkan bahwa konsep spesies H. repandum yang ada saat ini perlu direvisi. Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih antara konsep spesies morfologis dan molekuler. Analisis filogenetik spesimen Eropa tahun 2009 dengan basis spacer transkripsi internal dan sekuens DNA 5.8S menunjukkan bahwa spesimen H. repandum membentuk dua klad berbeda. Di mana ukuran tudung menjadi satu-satunyan perbedaan morfologi yang konsisten. Perbedaan genetik ini menunjukkan adanya spesies kriptik yang belum terdeskripsikan dan kemungkinan takson tersebut sedang berada dalam tahap spesiasi intensif. Studi genetik komprehensif yang terbit tahun 2016 menemukan bahwa setidaknya ada empat spesies dalam konsep umum H. repandum. Dua spesies dari Cina selatan, satu dari Eropa dan Amerika Utara bagian timur. Sementara, H. repandum sendiri berasal dari Eropa, Amerika Utara bagian barat, China utara (termasuk pegunungan barat daya), dan Jepang. Meskipun telah menghilang dari Amerika Tengah, materi genetik jamur ini telah ditemukan kembali di Venezuela, tepatnya dari pohon Pakaraimaea dipterocarpacea yang menunjukkan bahwa jamur tersebut telah bermigrasi ke sana dan berganti inang.
Nama botani repandum yang berarti "membungkuk" mengacu pada batas tudung yang bergelombang. Sedangkan, nama botani album berarti "putih seperti telur". Selain dua nama tersebut, Hydnum repandum juga memiliki nama umum lainnya. Di antaranya: "landak kayu", "landak penyebar", dan "jamur landak. Untuk varietas album, dikenal dengan nama "kayu putih".
Deskripsi
H. repandum memiliki tudung (pileus) berwarna oranye, kuning atau sawo matang dengan ukuran lebar 17 cm, meskipun pernah tercatat juga spesimen dengan ukuran yang lebih besar (25 cm). Bentuk umum jamur ini tak beraturan (cembung atau cekung saat dewasa) dengan tepi bergelombang yang tergulung ke dalam saat muda. Tudung jamur tumbuh dalam bentuk terdistorsi ketika tubuh buah bergerombol. Permukaan tudung umumnya kering dan halus, meskipun spesimen dewasanya kemungkinan terlihat retak. Dilihat dari atas, tudung spesimen dewasa agak mirip dengan chanterelles. Sementara itu, daging buahnya memiliki karakteristik tebal, putih, keras, rapuh, dan memiliki memar berwarna kuning hingga oranye-cokelat. Bagian bawahnya tertutup rapat dengan duri-duri kecil berwarna keputih-putihan yang berukuran panjang 2–7 mm. Duri-duri ini terkadang berjajar ke bawah, setidaknya pada satu sisi stipe. Stipe umumnya berukuran panjang 3–10 cm dan tebal 1–3 cm, berwarna putih atau berwarna sama dengan tudungnya, dan terkadang tidak berada di tengah. Sangat mudah terkecoh dalam mengenali jamur ini ketika ia berada di antara jamur agaric dan boletes, Ini terkait karena tudung dan stipe-nya yang cukup mencolok sehingga jamur perlu dibalik untuk melihat duri mereka. Varietas putih murni dari spesies ini yakni H. repandum var. album memiliki karakteristik lebih kecil daripada varietas utamanya. Varietas tersebut memiliki tudung berukuran lebar 2–7 cm dengan stipe yang berukuran panjang 1–3 cm.
Jejak spora jamur ini berwarna krem pucat. Basidiosporanya halus, berdinding tipis dan hialin (tembus cahaya), berbentuk bulat hingga telur, dan berukuran 5,5–7,5 kali 4,5–5,5 µm. Basidiospora umumnya mengandung satu tetes minyak refraksi. Basidia (sel yang mengandung spora) berbentuk klub, berspora empat, dan berukuran 30–45 kali 6–10 µm. Sementara itu, kutikula tudung merupakan trikorderm dari sel-sel sempit berbentuk klub (silinder dan membesar secara bertahap menuju akhir) dengan ukuran lebar 2,5–4 µm. Di mana dalam trikoderm sendiri terdapat hifa terluar yang nampak sejajar, seperti rambut, dan tegak lurus dengan permukaan tudung. Di bawah jaringan, terdapat lapisan subhymenial dari hifa yang terjalin dengan ukuran diameter sebesar 10–20 µm. Jaringan duri memiliki ukuran diameter sebesar 2–5 µm dan terbuat dari hifa berdinding tipis dengan sambungan pengapit.
= Spesies serupa
=Di Amerika Utara, terdapat spesies yang serupa dengan Hydnum repandum. Spesies tersebut ialah spesies landak putih (Hydnum albidum) dan landak raksasa (Hydnum albomagnum). H. albidum memiliki ciri yakni tubuh buah berwarna putih hingga abu-abu kekuningan pucat dengan memar berwarna kuning hingga jingga. Sedangkan, H. albomagnum berukuran besar dan cenderung lebih pucat daripada H. repandum. Sementara itu, Hydnum umbilicatum memiliki ciri: ukuran yang lebih kecil, tudung berdiameter 3–5 cm, dan stipe yang lebih tipis berukuran lebar 0,5–1 cm. Tudungnya adalah pusat (dengan rongga) dan terkadang dengan lubang di tengah tudungnya yang tidak menyerupai tudung H. repandum. Secara mikroskopis, H. umbilicatum memiliki spora berukuran 7,5–9 kali 6–7,5 µm. Spora tersebut membuat H. umbilicatum berukuran lebih besar dan lebih elips dibandingkan dengan H. repandum. Untuk spesies Eropa, ada spesies Hydnum rufescens yang juga lebih kecil dari H. repandum dan berwarna seperti aprikot pekat hingga oranye. Selain itu, ada Hydnum ellipsosporum yang dideskripsikan sebagai spesies baru dari Jerman pada tahun 2004. Spesies Hydnum ellipsosporum dapat dibedakan dari H. repandum melalui bentuknya yang ellipsoid dengan spora berukuran panjang 9–11 kali 6–7,5 µm. Sebagaimana diketahui bahwa H. repandum memiliki tubuh buah yang lebih kecil dengan diameter tudung berukuran 3–5 cm.
Ekologi, habitat, dan distribusi
H. repandum ialah jamur mikoriza. Tubuh buahnya tumbuh secara tunggal, tersebar, atau pun berkelompok di tanah atau di serasah daun di hutan konifera dan peluruh. Jamur ini juga dapat tumbuh di cincin peri. Di mana waktu berbuahnya terjadi saat musim panas hingga musim gugur. Spesies ini tersebar luas di Eropa dan menjadi salah satu jamur gigi yang paling umum. Di Eropa, jamur ini telah terdaftar sebagai spesies yang rentan dalam Daftar Data Merah di Belanda, Belgia, dan Jerman. Sebaliknya, Swedia mendaftarkan jamur ini sebagai spesies risiko rendah. H. repandum juga tumbuh di Ontario.
Sifat dapat dimakan
H. repandum dianggap aman untuk dimakan, memiliki rasa manis, pedas, dan bertekstur renyah. Jamur ini dianggap sebagai padanan kuliner dari chanterelle. Michael Kuo memberikan penilaian jamur ini sebagai "bagus" dan mencatat bahwa tidak ada risiko jamur beracun. Ia bahkan menambahkan bahwa jamur H. repandum tidak mungkin dihinggapi belatung.
Tudung dan stipe spesimen yang segera dibersihkan setelah panen diyakini akan membantu mencegah tersangkutnya tanah antar selipan. Cara pengolahan jamur H. repandum sangat beragam. Mulai dari dapat diasamkan, direbus dalam susu atau kaldu, dan ditumis, sehingga akan tercipta "tekstur daging yang empuk dan rasa yang lembut". Saat proses pemasakan, jaringan jamur akan menyerap cairan dan memperoleh rasa dari bahan tambahan. Tekstur keras dari jamur yang dimasak membuatnya cocok untuk dibekukan. Secara alami, jamur ini memiliki rasa yang mirip dengan rasa pedas selada air atau tiram. Jamur yang lebih tua kemungkinan memiliki rasa pahit. Namun, dengan melakukan perebusan maka rasa pahit tersebut dapat dihilangkan. Spesimen jamur yang ditemukan di bawah tumbuhan runjung memiliki rasa yang "sangat kuat". Untuk varian amarum yang secara lokal terdapat di Slovakia, dilaporkan tidak dapat dimakan karena tubuh buahnya memiliki rasa pahit di seluruh tahap perkembangan.
Di Italia, Hydnum repandum kerap dijual bersama dengan chanterelles. Sedangkan, di Prancis, jamur ini menjadi salah satu spesies yang dapat dimakan dan secara resmi dijual di pasar. Di Eropa, jamur ini biasanya dijual dengan nama Prancis yakni pied-de-mouton, yang berarti "kaki domba". Selain itu, jamur tersebut juga dikumpulkan dan dijual di pasar lokal Meksiko, Spanyol, dan British Columbia, Kanada. Sementara itu, jamur H. repandum dimanfaatkan pula sebagai sumber makanan bagi tupai merah (Sciurus vulgaris).
Kandungan gizi
H. repandum kering tersusun dari 56% karbohidrat, 4% lemak, dan 20% protein. Dalam 100 gram-nya, jamur ini mengandung beberapa mineral dalam jumlah yang tinggi, utamanya berupa tembaga dan mangan. Sementara itu asam lemak utama yang terkandung dalam jamur ini antara lain ialah asam palmitat (16%), asam stearat (1%), asam oleat (26%), asam linoleat (48%), dan asam linolenat (20%). Selain itu, juga terdapat mikosterol.
Konstituen
Baik varietas H. repandum maupun album mengandung senyawa diepoksida repandiol (2 R ,3 R ,8 R ,9 R )-4,6-decadiyne-2,3:8,9-diepoxy-1,10-diol). Senyawa ini sedang dalam penelitian laboratorium untuk menentukan kemungkinan efeknya. Sementara itu, senyawa organik volatil yang bertanggung jawab atas aroma buah jamur ialah senyawa turunan delapan karbon, seperti 1-okten-3-ol, (E)-2-oktenol, dan (E) -1,3-oktadiena.
Studi Eropa yang dilakukan setelah bencana Chernobyl tahun 1986 menunjukkan bahwa tubuh buah jamur ini memiliki tingkat akumulasi isotop radioaktif sesium yang tinggi.
Referensi
Pranala luar
Media tentang Hydnum repandum di Wikimedia Commons
Informasi terkait dengan Hydnum repandum dari Wikispecies.
Kata Kunci Pencarian:
- Jamur landak
- Itrakonazol
- Jamur surai singa
- Goa Liang Bangkai
- Sonic the Hedgehog 2 (film)
- Kabupaten Karanganyar
- Leucopholiota decorosa
- Daftar lagu daerah Indonesia
- Daftar mamalia di Indonesia
- Daftar organisme menurut jumlah kromosom
- Rendang
- List of languages by total number of speakers in Indonesia