- Source: Julianti Parani
Julianti Parani atau Yulianti Parani (Lahir di Jakarta, 19 Juli 1939) adalah seorang budayawan, koreografer, dan penari Indonesia.
Julianti Parani mulai belajar tari balet kepada Puck Meijer sejak berusia 11 tahun. Tahun 1957, ia mendirikan sekolah balet "Nritya Sundara" (artinya tarian indah) bersama Farida Oetoyo, dengan mengambil alih sekolah tari yang didirikan oleh Elsie Tjiok. Dari sekolah ini, muncul pada koreografi muda seperti Sunni Pranata dan Linda Karim.
Tanggal 28-30 Oktober 1976, ia bersama kedua koreografer ini melakukan pementasan di Teater Tertutup TIM. la mencipta sebuah tari berjudul "Batu Bara". Karya lainnya adalah Tari Topeng Babakan, yang dipentaskan atas beberapa babakan, dengan cara demikian diharapkan dapat menghidupkan serta memelihara seni pentas Betawi. Pada tarian ini, ia lebih menekankan unsur seni gerak yang dahulu tidak mendapat perhatian. Studi mengenai Kesenian Betawi selain tari Topeng Babakan, ia juga sedang menggarap seni gerak pada kesenian Gambang Kromong (tari Cokek dan pencak silat Betawi).
Sejak tahun 1960, ia banyak menciptakan karya-karya tari, antara lain, Sangkuriang, Si Petruk, Kamajaya, Burung Gelatik, Habis Gelap Terbitlah Terang, Cempaka, Serenada Insani, Plesiran, Garong-Garong, Sarung Cukin, Topeng Babakan Betawi dan Pendekar Perempuan. Tahun 1984 Yulia berhasil menggarap Tarian Massal Taburas dalam rangka berlangsungnya Pekan Raya Jakarta (PRJ) tahun 1984. Pada tahun 1985, ia menggarap tari Krida Pembangunan Olahraga, yaitu tarian kolosal yang diperagakan pada pembukaan Pekan olahraga Nasional di Senayan, Jakarta.
Dia memperoleh gelar dokteranda sejarah dari Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1970. Kuliah sambil bekerja di Arsip Nasional, setelah lulus mendapat kesempatan memperdalam bidang kearsipan ke negeri Belanda, kemudian kursus kearsipan, Record Management sistem analisis dan teknik kuantitatif. Sebagai pegawai arsip, ia diberi tanggung jawab menangani pemeliharaan Arsip Negara dari zaman VOC sampai Hindia Belanda. Di LPKJ, ia dipercaya menjadi ketua akademi tari dan di DKJ menjadi ketua komite tari.
Ia meraih gelar Doktor dari National University of Singapore pada tahun 2005 dengan bidang studi Asia Tenggara. Mendapat anugerah sebagai pemerhati budaya dan pelaku seni tari dari Pemerintah Daerah DKI tahun 2011 dan Satya Lencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014.