- Source: Kapreomisin
Kapreomisin adalah obat antibiotik yang digunakan dalam penanganan penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Obat ini juga menjadi salah satu pilihan selain kanamisin atau amikasin dalam penanganan penyakit tuberkulosis resistan obat. Obat ini pernah masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, sebelum akhirnya dikeluarkan dari daftar pada tahun 2019.
Sejarah
Kapreomisin pertama kali ditemukan pada tahun 1960, hasil sulfat dari Streptomyces capreolus. Perusahaan Eli Lilly pertama kali mengajukan obat ini ke FDA pada tahun 1971. Penggunaan kapreomisin diakui dan diterima di Amerika Serikat pada tahun 1973, meski jarang digunakan.
Kapreomisin sempat masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, sebelum akhirnya dikeluarkan pada tahun 2019 dalam seleksi Komite Ahli Pemilihan dan Penggunaan Obat Esensial Ke-22. Alasan pengeluaran tersebut adalah karena data menunjukkan 13.100 pasien dari 40 negara yang menggunakan kanamisin dan kapreomisin mengalami peningkatan risiko kegagalan pengobatan dan kambuh, efek samping parah, serta keracunan obat-obatan.
Penggunaan
Kapreomisin adalah obat antibiotik yang sejauh ini hanya digunakan dalam penanganan penyakit tuberkulosis saja. Obat ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan tuberculosis yaitu dengan mengikat ribosom bakteri dan menghambat sintetis protein. Obat ini selalu digunakan bersama dengan obat anti-TB lainnya seperti isoniazid, etambutol, pirazinamid dan/atau rifampisin. Kapreomisin biasanya diberikan sebagai obat jangka panjang dan sebagai alternatif terakhir jika obat tuberkulosis lainnya telah diberikan namun tidak berhasil. Kapreomisin juga dapat menjadi pilihan dalam pengobatan tuberkulosis resistan obat (TB-MDR).
Penggunaan kapreomisin adalah melalu injeksi atau suntikkan, disuntikkan melalui otot atau nadi. Kapreomisin yang masih dalam bentuk padat harus dicairkan melalui pencampuran dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan.
Efek samping
Efek samping dari penggunaan kapreomisin yang serius meliputi buang air kecil yang menjadi jarang atau bahkan tidak sama sekali, masalah pendengaran, masalah keseimbangan, dan menurunnya kadar kalium dalam tubuh yang dapat menimbulkan banyak efek negatif. Sementara untuk efek samping yang tidak terlalu serius meliputi ruam pada kulit, demam, nyeri, dan lain-lain. Sementara pada tingkat keumuman, efek samping dari penggunaan kapreomisin yang paling umum adalah peningkatan nitrogen darah urea di atas 20 mg/100 mL yang terjadi pada sekitar 26% pasien dan kehilangan pendengaran subklinis yang terjadi pada sekitar 11% pasien.
Untuk pasien yang telah memiliki riwayat penyakit ginjal atau penyakit pendengaran, penggunaan kapreomisin dapat meningkatkan risiko kerusakan pada ginjal dan/atau pendengaran.
Untuk penggunaan pada ibu hamil, penelitian pada binatang menunjukkan bahwa penggunaan kapreomisin membawa beberapa dampak buruk pada janin. Meski begitu, belum diketahui secara pasti dampaknya terhadap manusia.
Interaksi obat
Diketahui setidaknya terdapat 121 obat yang berinteraksi dengan kapreomisin dengan 48 di antaranya interkasi besar dan 73 interaksi menengah. Obat-obat yang palings sering berinteraksi di antaranya meliputi parasetamol, aspirin, doksorubisin, alprazolam, dan lain-lain. Sementara itu, beberapa obat tidak direkomensasikan untuk dikonsumsi bersama kapreomisin karena dapat membawa dampak negatif, di antaranya meliputi amifampridine, colisthimethate sodium, alcuronium, atracurium, dan lain-lain.
Referensi
Pranala luar
"Kapreomisin". Portal Informasi Obat-Obatan. Perpustakaan Obat-Obatan Nasional Amerika Serikat.