- Source: Karier Michael Schumacher dalam Formula Satu
Michael Schumacher memulai kariernya di ajang Formula Satu (F1) pada musim 1991 bersama tim Jordan. Debutnya berlangsung pada lomba Grand Prix Belgia, menggantikan sementara Bertrand Gachot yang sedang menghadapi masalah hukum di Inggris. Kemudian, hanya dua pekan setelah debutnya, Schumi bergabung dengan tim Benetton yang dipimpin oleh Flavio Briatore. Di tim tersebut, Schumi mencatatkan kesuksesan besar dengan meraih dua kali gelar juara dunia pada musim 1994 dan 1995. Setelah itu, pada musim 1996 hingga 2006, Schumi bergabung bersama tim Ferrari dan mencatatkan prestasi luar biasa dengan meraih lima gelar juara dunia berturut-turut pada 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004. Selama periode ini, Schumi menjadi salah satu pembalap paling dominan dalam sejarah F1. Pada akhir musim 2006, Schumi memutuskan untuk pensiun dari ajang balap F1, tetapi tetap bertahan sebagai konsultan untuk tim Ferrari. Pada musim 2010 hingga 2012, ia kembali membalap di ajang F1, kali ini bersama tim Mercedes. Namun pada periode keduanya ini, Schumi tidak berhasil menambah raihan prestasinya sebagaimana pada masa kejayaannya sebelumnya, dan akhirnya ia memilih untuk pensiun lagi pada akhir musim 2012.
Schumi terkenal sepanjang kariernya karena kemampuannya yang luar biasa dalam menghasilkan putaran cepat pada saat-saat krusial dalam sebuah perlombaan. Ia memiliki kemampuan untuk mendorong mobilnya hingga batas yang ekstrem dan konsisten dalam berprestasi selama periode yang berkelanjutan. Salah satu aspek yang membuatnya istimewa adalah performanya dalam kondisi lintasan sirkuit yang basah. Penulis olahraga bermotor, Christopher Hilton, pernah mengamati bahwa ukuran sejati seorang pembalap adalah kinerjanya dalam balapan di lintasan basah, karena dibutuhkan kendali dan kepekaan mobil yang sangat halus dalam kondisi seperti itu. Seperti pembalap hebat lainnya, Schumi menunjukkan sedikit sekali kesalahan dalam kondisi tersebut. Hingga akhir musim 2003, ia telah memenangkan 17 dari 30 perlombaan balap yang digelar dalam kondisi lintasan basah. Performa luar biasa Schumi dalam balapan basah membuatnya dijuluki "Regenkönig" (bahasa Indonesia: raja hujan) atau "Regenmeister" (bahasa Indonesia: tuan hujan) oleh media Jerman. Gelar tersebut menunjukkan dominasinya dalam kondisi cuaca yang sulit dan menguasai balapan di lintasan basah. Selain itu, di media non-Jerman, Schumi juga dikenal dengan sebutan "Red Baron", mengacu pada mobil Ferrari berwarna merahnya dan menyinggung pada julukan Manfred von Richthofen, seorang penerbang terkenal dari Perang Dunia I, yang dijuluki "Baron Merah".
Schumi sering dianggap sebagai sosok yang berhasil mempopulerkan F1 di Jerman, karena sebelumnya olahraga balap mobil ini dianggap sebagai olahraga yang terpinggirkan. Saat dirinya pensiun pada tahun 2006, tiga dari sepuluh pembalap teratas saat itu adalah pembalap yang berasal Jerman, yang menjadi catatan tersendiri dalam sejarah F1. Para pembalap Jerman selanjutnya, seperti Sebastian Vettel, merasa dan melihat bahwa Schumi adalah sosok kunci dalam perjalanan kariernya sebagai pembalap F1. Di bagian terakhir dari karier F1-nya dan sebagai salah satu pembalap senior, Schumi menjadi pemimpin Grand Prix Drivers' Association. Dalam survei resmi FIA yang diadakan pada tahun 2006, Schumi terpilih sebagai pembalap paling populer musim tersebut di antara para penggemar F1.
1991: Jordan
Willi Weber telah mencoba mendekati ajang Formula Satu (F1) sejak musim 1990, saat ia berbicara tentang performa Schumi dalam balap ketahanan kepada Ron Dennis, bos tim McLaren. Namun, Dennis sangat skeptis dengan wacana untuk merekrut pembalap yang berasal dari ajang balap ketahanan karena menurutnya dalam ajang tersebut para pembalap lebih fokus menjaga mobil dan bukan bertarung lepas dan agresif seperti yang ditunjukkan oleh para pembalap dari ajang F1. Setelah perlombaan 430 km of Nürburgring 1991, Eddie Jordan, bos tim Jordan Grand Prix, menghubungi Gerd Krämer untuk mencari pembalap baru menggantikan Bertrand Gachot, yang pada saat itu dihukum penjara selama 18 bulan oleh pengadilan Inggris setelah terlibat dalam insiden dengan sopir taksi di London, yang ia serang dengan memakai gas air mata. Krämer kemudian menawarkan dua nama kepada Eddie: Bernd Schneider yang berpengalaman atau Michael Schumacher yang belum berpengalaman. Meskipun Jochen Neerpasch bersedia melepaskan Schumi, Jordan tidak pernah mendengar nama ataupun kiprah karier dari Schumi sebelumnya. Jordan selanjutnya kontribusi keuangan sebesar £150.000, yang oleh Krämer dan Weber bersedia ditanggung bersama melalui pinjaman bank. Akhirnya, Mercedes-Benz mengambil alih transaksi tersebut melalui merek permen Tic Tac yang menghiasi mobil Jordan 191, dan perusahaan Jerman Dekra.
Setelah melalui perundingan panjang antara Weber dan Eddie, Schumi mendapatkan undangan untuk hadir di Sirkuit Silverstone dalam sesi pengujian selama dua hari untuk kemungkinan persiapan debutnya dalam Grand Prix Belgia. Sehari sebelum pengujian ini, Schumi bertemu dengan Jackie Oliver, bos tim Arrows, tetapi Oliver tidak menawarkannya posisi di timnya. Pengujian dengan tim Jordan ini didanai oleh Weber yang membayarkan uang sebesar £80.000 kepada Eddie. Selama pengujian berjalan, Schumi yang masih muda mengesankan insinyur-insinyur dari tim Jordan dengan kecepatannya, meskipun ia sempat melintir pada awal sesi. Saat ia memecahkan rekor putaran yang dipegang oleh pembalap reguler Andrea de Cesaris hanya dalam beberapa putaran, Trevor Foster, direktur olahraga tim, meminta Schumi untuk melambat karena khawatir mobilnya rusak dan harus dikirim ke Spa-Francorchamps. Meskipun Schumi awalnya pesimis tentang peluangnya untuk mendapatkan posisi tersebut, akhirnya Eddie mempekerjakannya untuk dua perlombaan, sementara Weber mengkonfirmasi kepada Eddie bahwa Schumi telah mengendarai mobil "sekitar seratus kali" di lintasan yang sulit di Spa-Francorchamps, sebuah kebohongan yang akan ia temukan dengan marah pada akhir pekan perlombaan. Schumi pergi ke sirkuit Spa-Francorchamps, sekitar seratus kilometer dari Kerpen, pada hari Kamis sebelum Grand Prix Belgia. Rekan setimnya, Andrea De Cesaris, memberinya petunjuk tentang gigi apa yang harus digunakan di setiap tikungan, tetapi rencana untuk mengenali sirkuit dengan mobil sewaan tidak terlaksana karena De Cesaris merasa lelah. Sebagai gantinya, Schumi mengitari sirkuit dengan sepeda. Pada malam harinya, Eddie memaksa Schumi untuk menandatangani surat yang menyatakan bahwa Schumi harus menandatangani "kontrak" setelah perlombaan di Belgia, yang akan menjadikannya pembalap untuk tim itu hingga akhir musim 1993. Jika tidak, maka Stefan Johansson akan menggantikannya dengan segera. Agar tidak kehilangan kesempatan untuk debutnya di F1, Krämer menyarankan Schumi untuk menandatangani surat tersebut dengan tambahan klausul khusus: Schumi menyatakan setuju untuk menandatangani "sebuah" kontrak, yang tidak mengikatnya pada apa pun karena frasa ini tidak secara eksplisit menyebutkan persetujuan apa pun.
Meskipun dalam kondisi fisik yang tidak begitu baik karena masalah tidur yang dialaminya sejak balapan Formula 3000 di Jepang dan pilek yang dideritanya saat pulang ke Eropa, Schumi langsung mengesankan paddock F1 dengan performa dan semangatnya, yang dianggap mirip dengan awal karier Jean Alesi pada musim 1989. Setelah berada di posisi kesebelas dalam sesi latihan bebas pertama, Schumi meraih posisi kedelapan dalam sesi kualifikasi hari Jumat dengan selisih satu detik lebih cepat dari rekan setimnya yang berpengalaman. Ia mendapatkan respek dari pembalap senior, termasuk Ayrton Senna yang menyebutnya "istimewa". Schumi mencatat waktu kelima dalam sesi latihan hari Sabtu setelah memimpin sesi selama satu jam, dan ia berhasil mendapatkan posisi ketujuh dalam kualifikasi, unggul lima posisi dari De Cesaris, yang merupakan hasil terbaik Jordan sepanjang musim ini dalam sesi kualifikasi. Namun, dalam perlombaan di hari Minggu, Schumi hanya mampu bertahan selama setengah putaran dikarenakan kopling mobilnya rusak. Meskipun kecewa dengan penampilannya, Schumi mendapatkan dukungan dari analisis teknis mobilnya, yang menunjukkan kesalahan dalam perakitan mesin, meskipun sebagian kecil pengamat menduga kegagalan mekanis itu adalah sebuah konspirasi yang direncanakan oleh tim Jordan dan Schumi sendiri agar penampilan impresifnya dalam sesi kualifikasi tidak tertutupi oleh performanya saat berlomba. Beberapa pengamat malah memperkirakan bahwa Schumi sebenarnya berpotensi untuk memenangkan lomba dengan mudah pada penampilan pertamanya di olahraga balap mobil tertinggi ini. Meskipun debutnya mendapatkan banyak pujian dari Eddie Jordan dan dianggap sebagai penampilan debut terbaik sejak Senna pada musim 1984, Schumi tidak terlalu terkesan: "Saya agak kecewa dengan sistem pengereman. Semua orang mengatakan kepada saya bahwa perlambatan mobil ini luar biasa. Saya tidak merasakannya begitu luar biasa. Saya tetap terkejut dengan penampilan saya. Saya tidak berpikir bahwa mengendarai mobil F1 itu sebegitu mudah".
1991–1995: Benetton
= 1991: Pindah tim
=Terkesan dengan penampilan Michael Schumacher, Flavio Briatore, direktur olahraga tim Benetton Formula, meyakinkan Alessandro Benetton sebagai pemilik tim, dan Tom Walkinshaw sebagai direktur tim, untuk merekrutnya. Sejak akhir pekan Grand Prix Belgia, Jochen Neerpasch, yang bertanggung jawab atas program pembinaan pembalap muda Mercedes, berhubungan dengan Briatore untuk mendapatkan kontrak bagi pembalapnya untuk musim 1992, dengan alasan bahwa Schumi tidak memiliki kewajiban dengan tim Jordan. Selain itu, peluang jangka panjang dari tim Irlandia tersebut dipertanyakan oleh Schumi sendiri. Dibujuk oleh pendapat Neerpasch, Willi Weber dan pembalapnya menerima tawaran dari Benetton pada hari Rabu setelah lomba di Belgia. Schumi selanjutnya menandatangani kontrak lima tahun dengan tim Inggris tersebut. Tetapi kontrak ini harus dibatalkan jika Mercedes memutuskan untuk ikut dalam ajang F1 pada musim 1993.
Pada tanggal 2 September, ketika Schumi harus menandatangani kontrak dua tahun dengan Jordan (ia bahkan sudah melakukan pengepasan jok kursi di Benetton), Weber dan Neerpasch, didampingi oleh Julian Jakobi, mengumumkan kepada Eddie Jordan bahwa sponsor Schumi menginginkan penempatan iklan yang lebih besar di mobilnya. Jordan menolak kondisi tersebut, sehingga Mercedes memutuskan untuk segera menghentikan pendanaan kursi Schumi di tim Jordan. Keesokan paginya, Schumi memberitahu Eddie lewat faks bahwa ia tidak akan lagi membalap untuk tim tersebut. Jordan, yang meyakini bahwa surat niat yang ditandatangani oleh Schumi sah, membawa masalah ini ke pengadilan, tetapi Pengadilan Tinggi London memutuskan untuk mendukung Benetton. Pada hari yang sama, Briatore, secara mendadak memberhentikan pembalap keduanya, Roberto Moreno, dengan alasan ketidakmampuan fisik dan moral untuk membalap, meskipun Moreno berhasil mencatatkan putaran tercepat dalam lomba di Belgia. Pembalap asal Brasil ini mengajukan gugatan ke Pengadilan Dagang Milan dan memperoleh keputusan sementara yang meminta Schumi untuk tidak membalap dengan Benetton. Pada malam hari antara tanggal 5 dan 6 September, sebelum sesi latihan pertama Grand Prix Italia, Bernie Ecclestone, pemegang hak komersial F1, yang berkeinginan melihat keberhasilan seorang pembalap Jerman dalam ajang ini dengan target meraih keuntungan untuk pasar bisnis baru, mengumpulkan Eddie, Weber, Briatore, dan Walkinshaw di Villa d'Este, di tepi Danau Como, untuk menyelesaikan masalah hukum ini. Moreno menerima ganti rugi sebesar 500.000 dolar dari Benetton dan menyelesaikan musim bersama Jordan, sementara Briatore dapat mempertahankan Schumi di Benetton. Untuk tim Jordan sendiri, Ecclestone membantu menyelesaikan pembayaran kontrak mesin dengan Yamaha yang akan memasoknya secara gratis untuk tim tersebut pada musim 1992.
Kontroversi ini mengguncang para pembalap lain di paddock, Ayrton Senna menyebutnya sebagai "ketidakamanan pekerjaan yang tidak dapat diterima". Rekan setim Moreno di Benetton, Nelson Piquet, mengecam situasi pemecatan mendadak ini meskipun ia tidak bisa berbicara banyak. Briatore, yang sedang mempertimbangkan untuk menunjuk Martin Brundle, Pierluigi Martini, atau Ivan Capelli untuk musim 1992, mengancam akan memberhentikannya segera. Namun, Ecclestone menganggap bahwa transaksi tersebut berlangsung "secara legal dan moral". Presiden FIA Jean-Marie Balestre menganggapnya hanya sebagai masalah etika. Kemudian, Neerpasch mengakui bahwa tujuan awalnya adalah agar Schumi tetap berada di Jordan hingga akhir musim sebelum bergabung dengan Benetton pada musim 1992.
Di Monza, Schumi sekali lagi menjadi pusat perhatian F1 dengan mengungguli Piquet dalam sesi latihan dan berhasil meraih posisi kualifikasi ketujuh, tepat di depannya. Padahal, ia baru mengenal mobil Benetton B191 dalam uji coba pribadi di Silverstone pada hari Selasa sebelum Grand Prix Italia. Giorgio Ascanelli, insinyur jalur Piquet, bahkan menasehatinya agar tidak mendorong mobil terlalu keras. Saat lomba berjalan, pembalap Jerman ini terbukti menjadi "terbaik di antara yang lain" dalam menghadapi dominasi pembalap-pembalap unggulan dari tim McLaren, Williams, dan Ferrari. Ia mampu mengejar mereka dan finis di posisi kelima, di depan Piquet, dan berhasil meraih poin pertamanya di ajang F1. Schumi menjadi pembalap acuan di tim Benetton, sementara Piquet, yang dianggap berprestasi saat bersaing dengan Moreno, sedang mempertimbangkan untuk pada akhir musim. Kemampuan Schumi beradaptasi dengan cepat di F1 mengejutkan para pengamat. Ia menjelaskan bahwa "kecepatan saat melewati tikungan, pengereman, dan akselerasi sedikit lebih tinggi daripada mobil-mobil balap ketahanan, tapi tidak terlalu berbeda jauh dengan cara pengaturan mobil yang sama". Meskipun menyadari bahwa kemampuannya dalam berhubungan dengan media dan kepercayaan dirinya terhadap pembalap lain kadang dianggap sebagai arogansi, Schumi tetap mengakui bahwa awal yang menjanjikan baginya karena kemampuannya dan juga kualitas materi timnya. Ia mengatakan "tanpa mobil yang baik, dan tim yang bagus, Anda tidak bisa melangkah jauh. Saya beruntung bisa menunjukkan potensial saya. Jika bukan karena Jordan atau Benetton, saya mungkin hanya akan bergabung dengan tim sekelas Coloni [tim yang saat itu berjuang untuk lolos kualifikasi], dan saya tidak akan bisa apa-apa disana".
Di Portugal, Schumi finis keenam, di belakang Piquet. Hasil serupa juga ia dapatkan di Spanyol. Pada lomba yang digelar di Sirkuit Catalunya tersebut, ia menunjukkan kemampuannya dengan mendominasi sesi latihan bebas pertama di sirkuit yang baru saja masuk kalender F1 tersebut. Ia berhasil meraih posisi start kelima dalam sesi kualifikasi, unggul satu detik dari Piquet yang berada di posisi kesepuluh. Saat hari perlombaan, ia memanfaatkan performa ban Pirelli-nya yang bagus dan berhasil mendahului Senna dan Riccardo Patrese untuk berada di posisi ketiga, di belakang Gerhard Berger dan Nigel Mansell. Namun, di sepertiga lomba, mobil Benetton-nya terkena aquaplaning, dan ia tergelincir, akibatnya ia kembali ke posisi keenam saat finis. Para pengamat membandingkan keahlian Schumi mengemudi dalam kondisi hujan dan membandingkannya dengan Gilles Villeneuve. Mereka berpendapat bahwa tanpa insiden tergelincir tersebut, Schumi berpotensi memenangkan lomba F1 perdananya.
Schumi menghadapi akhir musim yang lebih sulit. Dalam Grand Prix Jepang, ia kehilangan kendali atas mobilnya saat melalui tikungan sulit 130R dengan kecepatan 310 km/jam. Mobilnya kemudian menabrak dinding dari belakang. Nafasnya tersengal, ia menderita memar lehernya. Ia selanjutnya menganggap kecelakaan tersebut sebagai yang paling berat dalam kariernya. Ia mengenakan penyangga leher selama sisa akhir pekan lomba, tetapi kemudian ia tersingkir pada putaran ke-35 karena mesin mobilnya rusak. Pada lomba terakhir musim di Australia, di bawah guyuran hujan, Schumi melintir pada puytaran keenam saat mencoba mendahului rekan setimnya. Ia menabrak mobil Ferrari milik Alesi dan berakhir menabrak tembok beton. Schumi mengakhiri musim dengan menempati posisi ke-14 dalam klasemen pembalap dengan total 4 poin.
= 1992: Kemenangan lomba perdana
=Dalam masa liburan musim dingin antara 1991-1992, tim Sauber mengumumkan bahwa mereka akan masuk ke ajang F1 pada musim 1993. Tim asal Swiss ini akan menggunakan mobil yang didukung oleh Mercedes sebagai pemasok mesinnya. Peter Sauber mengumumkan bahwa Karl Wendlinger dan Michael Schumacher akan menjadi pembalap untuknya, tetapi Flavio Briatore, bos tim Benetton, menentang langkah ini dan menjelaskan bahwa Sauber, bukan Mercedes, yang masuk ke ajang F1. Namun, Jochen Neerpasch menjelaskan bahwa kontrak Schumi mengharuskannya untuk keluar dari Benetton jika Mercedes masuk ke F1 apapun timnya. Di sisi lain, pembalap Jerman ini juga tidak ingin kembali ke Sauber, sebuah keputusan yang ditegaskan oleh Norbert Haug sebagai direktur kompetisi Mercedes, yang memutuskan untuk tidak mengambil tindakan hukum untuk memberlakukan kontrak antara Schumi dengan tim Sauber.
Pada musim 1992, Benetton, yang mengalami kesulitan anggaran, memiliki ambisi yang terbatas, mengingat mesin Ford-Cosworth V8 yang kurang unggul dibandingkan mesin Honda V12 milik McLaren, Ferrari V12, dan Renault V10 milik Williams. Selain itu, tim ini memulai kejuaraan dengan mobil B191B, yang merupakan modifikasi dari mobil musim sebelumnya. Meskipun menghadapi kelemahan teknis, Schumi tampil menonjol sejak lomba pembuka di Afrika Selatan. Dalam lomba tersebut, ia berhasil finis di posisi keempat setelah start dari posisi keenam dan dengan dominasi yang jelas atas rekan setimnya. Di Meksiko, Schumi mencetak podium pertamanya di F1 setelah delapan perlombaan dengan finis di posisi ketiga setelah memulai dari posisi yang sama di grid. Ia juga berhasil merepotkan pembalap Williams-Renault yang tak terkalahkan, Nigel Mansell dan Riccardo Patrese, selama sesi latihan.
Dua minggu kemudian, di Brasil, Schumi mencoba menantang Ayrton Senna di depan pendukungnya sendiri. Ia menganggap Senna sebagai pesaing utamanya dalam jangka menengah untuk mencapai gelar juara dunia. Meskipun start dari posisi kelima, Schumi mencoba untuk mendahului Mansell di tikungan pertama, tetapi akhirnya terlampaui oleh Senna yang menyenggolnya. Meskipun mesin Honda milik Senna mengalami masalah, Schumi berhasil menyalip Senna sebelum Senna berbalik menyalipnya kembali. Senna kemudian menghalangi sekelompok pembalap termasuk Schumi. Pada akhirnya, Schumi melancarkan serangan terakhir yang berhasil pada putaran ke-13, ketika Senna mengalami masalah elektris dan harus tersingkir. Schumi finis di posisi ketiga. Meskipun puas dengan podium kedua berturut-turutnya, Schumi secara terbuka menyatakan ketidakpuasannya kepada Senna: "Saya lebih cepat darinya dan ia bermain-main dengan saya, itu mengejutkan saya, saya tidak mengharapkan gaya balap semacam itu dari seorang juara dunia tiga kali. Pada sepuluh putaran pertama ia pergi secepat mungkin, tetapi setelah itu, sangat sulit bagi saya untuk mendahulinya. Ia memperlambat di tikungan lambat, lalu mempercepatnya dan lari di trek lurus. Gaya balap ini memberi kesempatan kepada pembalap lain di belakang saya untuk mendahuli saya dan itu membuat saya kesal". Pernyataan ini sampai kepada Senna, yang marah, dan beberapa bulan kemudian, ia menjelaskan bahwa dirinya tidak menyukai cara Schumi dalam mengutarakan masalahnya di hadapan pers daripada berbicara dengannya langsung. Ia kemudian mengundang Schumi untuk melihat data telemetri. Pada saat yang sama, Luca Montezemolo mencoba mendekati Schumacher untuk menawarkan tempat di tim Ferrari.
Sebulan kemudian, di Spanyol, dengan mobil Benetton B192 yang baru disiapkan untuknya, Schumi berhasil meraih posisi start di baris depan untuk pertama kalinya dalam kariernya, meskipun mengalami insiden selama sesi latihan yang menghancurkan mobil barunya. Meskipun start kedua, ia melakukan start yang buruk dan kehilangan dua posisi. Setelah melewati Alesi yang disusul dengan Patrese yang tersingkir, Schumi memanfaatkan kondisi cuaca yang ekstrem untuk mengurangi ketertinggalannya dari Mansell yang telah memperlambat kecepatannya, tetapi ia tidak berusaha mengejar pembalap Williams tersebut agar tidak membahayakan posisinya. Akhirnya, Schumi finis di posisi kedua dalam lomba tersebut. Mansell kemudian membenarkan penurunan kecepatannya di pertengahan lomba dengan menyatakan bahwa si "anak muda" mungkin telah menemukan jalan pintas, tetapi lelucon ini tidak mempengaruhi Schumi. Di San Marino, Schumi kalah dari rekannya Martin Brundle. Saat mencoba untuk mendahului Brundle, Schumi melintir dan harus tersingkir karena suspensinya rusak. Di Monako, Schumi finis di posisi keempat setelah bertarung melawan Patrese dan bertabrakan dengan Alesi di awal perlombaan. Ia kemudian kembali ke podium dengan finis kedua di Kanada.
Lomba-lomba selanjutnya berjalan dengan rumit untuk Schumi. Di Prancis, ia mencoba melewati Senna dari dalam tikungan Adelaide, tetapi Senna memblokirnya. Namun, Schumi tetap meneruskan usahanya sehingga keduanya bersenggolan. Meskipun ia kehilangan sayap depan akibat insiden tersebut, Senna harus tersingkir. Lomba ditangguhkan untuk sementara waktu karena hujan. Senna kemudian menghampiri Schumi dan mengatakan bahwa Schumi telah melakukan "kesalahan besar yang bahkan lebih buruk daripada di Brasil". Sebenarnya, Senna mulai menyadari bahwa Schumi akan menjadi pesaing beratnya di masa depan, dan ia mencoba memberikan nasihat padanya. Saat lomba dilanjutkan, Schumi menabrak Stefano Modena di tikungan Adelaide yang menyebabkannya harus tersingkir. Setelah ditegur oleh Briatore, ia meminta maaf kepada Senna setelah lomba dan mengakui bahwa dirinya terlalu cepat di tikungan tersebut. Di Inggris, Schumi finis di posisi keempat, ia menjelaskan bahwa "jika seseorang melakukan kesalahan di mata saya, saya harus mengatakannya meskipun itu tentang Senna". Konfrontasi mencapai puncaknya dalam sesi latihan Grand Prix Jerman. Senna mengganggu Schumi dalam putaran cepatnya dengan berkendara pelan, kemudian mendadak mempercepat mobilnya, memaksa Schumi untuk melakukan pengereman mendadak. Beberapa saat kemudian, situasi berbalik dan Schumi mengerem di area pit dan hampir tertabrak oleh Senna. Marah karena merasa tidak dihormati oleh Schumi, Senna kemudian menegurnya dengan keras, tetapi Schumi berhasil menghindarinya. Para mekanik kemudian berusaha memisahkan kedua pembalap itu. Kemudian, terjadi pertemuan pribadi antara kedua pria tersebut, dan akhirnya mereka menyelesaikan permasalahan mereka dengan damai. Grand Prix Jerman sendiri mendatangkan aura positif bagi Schumi dengan penonton tuan rumah yang menghormatinya, sementara media Jerman mengupas kehidupan pribadinya. Diidolakan seperti Rudolf Caracciola dan Bernd Rosemeyer pada dekade 1930-an, Schumi finis ketiga di Hockenheim, di depan 100.000 penonton yang hadir. Terharu oleh dukungan ini, Schumi menyatakan, "ketika saya pertama kali masuk ke sirkuit dengan mobil Benetton-Ford, saya merasakan emosi yang sangat khusus". Di Hungaria, Schumi bergerak menuju posisi keempat pada akhir lomba sebelum dipepet oleh Berger dan kemudian ditabrak dari belakang oleh Brundle, tanpa merusak mobilnya secara signifikan. Saat memasuki area pit, sayap belakangnya terlepas dan tidak lama berselang ia tersingkir.
Setahun setelah debutnya di ajang F1, Schumi akhirnya meraih kemenangan Grand Prix pertamanya di Belgia. Meskipun hanya meraih posisi ketiga dalam sesi kualifikasi, ia yakin bisa memenangkan perlombaan. Schumi mempertahankan posisinya di posisi ketiga sampai putaran ke-29, ketika ia melepaskan posisinya kepada Brundle setelah melakukan kesalahan di Stavelot. Ia kemudian berpikir bahwa ia tidak akan memenangkan lomba. Namun, setelah melihat kondisi ban basah dari rekan setimnya, ia memutuskan untuk beralih ke ban slick. Dalam kondisi trek yang mulai mengering, ia menampilkan ritme balapan yang lebih cepat daripada pembalap Williams yang masih menggunakan ban basah. Mansell dan Patrese terlambat mengganti ban mereka, meninggalkan kendali balapan kepada Schumi sepuluh putaran sebelum lomba berakhir. Schumi juga mencetak putaran tercepat dalam lomba tersebut, dan ini merupakan kemenangan pertama seorang pembalap Jerman sejak Jochen Mass pada Grand Prix Spanyol 1975. Dalam keadaan sangat terharu, Schumi bahkan sampai menangis setelah penampilannya ini, yang dianggapnya sebagai kemenangan di "rumah" dan mendapatkan pujian dari Briatore, Webber, Jürgen Dilk (yang menjadi presiden klub penggemarnya), Senna, dan Mansell. Schumi meminta izin untuk liburan pribadi Kepulauan Kanaria untuk menghindari tekanan dari media Jerman.
Pada bulan September, Schumi, yang sempat terlibat dalam insiden di awal balapan dengan Thierry Boutsen, berhasil naik dari posisi start ke-25 hingga finis di posisi ketiga pada Grand Prix Italia, setelah membantah rumor yang mengaitkannya dengan McLaren untuk musim 1993. Di Portugal, ia finis ketujuh setelah harus memulai dari pitlane karena mengganti mesin. Pada lomba di Jepang, Schumi tersingkir karena masalah girboks. Terakhir, di Australia, dalam persaingan untuk kemenangan dengan Berger, ia finis di posisi kedua dan mencatatkan putaran tercepat dalam balapan tersebut. Schumi menyelesaikan musim dengan finis di posisi ketiga dengan 53 poin, di belakang dua pembalap Williams dan hanya terpaut tiga poin dari Patrese.
= 1993: Kemenangan lomba kedua
=Pada musim 1993, dengan mundurnya Honda yang memasok mesin untuk tim McLaren, Benetton muncul sebagai pesaing utama untuk Williams-Renault. Tim Williams merekrut kembali Alain Prost, yang dianggap sebagai favorit utama untuk merebut gelar juara. Mobil baru Benetton B193 diberikan kepada Schumi dan pembalap senior Italia, Riccardo Patrese, yang pindah dari tim Williams. Sebagai evolusi dari B192 dan dilengkapi dengan mesin Ford-Cosworth V8, B193 dilengkapi dengan perangkat elektronik yang sedang menjadi tren pada saat itu, yaitu transmisi semi-otomatis, kendali transmisi elektronik, suspensi aktif, dan rem antiblokir. Tim Benetton berharap untuk bisa meraih beberapa kemenangan sebelum bertujuan meraih gelar juara dunia pada tahun 1994. Selain itu, versi B dari B193 akan diturunkan saat musim F1 memasuki kawasan Eropa.
Meskipun Prost menganggap Benetton dan Schumi sebagai pesaing utamanya setelah sesi pengujian pra-musim. Hasil yang didapatkan pada Grand Prix Afrika Selatan menunjukkan bahwa mobil B193 tidak mampu bersaing dengan mobil Williams FW15C dan lebih tidak efisien dari mobil McLaren MP4/8 yang dikendarai oleh Senna, yang dilengkapi dengan mesin Ford-Cosworth yang lebih lemah daripada yang digunakan oleh tim Benetton. Schumi, yang meraih posisi start ketiga dalam sesi kualifikasi, harus berjuang di lintasan melawan Senna sepanjang lomba. Pada pertengahan lomba, ketika ia mencoba untuk melewati dengan paksa, Senna menutup celah dan menyebabkan Schumi menyenggolnya. Schumi melintir dan terpaksa tersingkir dari perlombaan. Schumi ingin mengajukan protes kepada pengawas perlombaan, tetapi Briatore dan Walkinshaw menghalanginya karena mengetahui bahwa langkah tersebut tidak akan berhasil. Akhirnya, Schumi mengakui bahwa hal itu terjadi karena ia terlalu agresif, sementara Senna mengakui bahwa lawannya lebih cepat dan bisa saja menyalipnya nanti.
Di luar lintasan, Benetton dan McLaren sama-sama beradu argumen mengenai siapa yang lebih berhak menggunakan mesin spek terbaru dari Ford. Benetton, dengan kontrak eksklusifnya, akhirnya mampu untuk menggunakan mesin HB VII generasi terbaru. Sementara McLaren dengan statusnya sebagai tim pelanggan, hanya bisa menggunakan spek HB VI yang juga dipakai oleh Minardi dan Lotus, dan dianggap mengalami kekurangan daya sekitar 30 hp. Kelemahan mesin kemudian dijadikan alasan oleh Senna yang mengancam akan mengundurkan diri dari ajang F1 jika Benetton tidak mengizinkan Ford untuk memberikan mesin yang setara. Briatore di sisi lain menolak dengan tegas, dengan alasan karena ia telah mendanai sebagian dari pengembangannya. Senna kemudian berhasil meraih kemenangan di Brasil dalam kondisi lintasan basah. Sementara Schumi, yang semoat mengalami masalah saat pit stop, finis ketiga setelah bertarung ketat melawan Johnny Herbert. Dalam lomba selanjutnya di Donington Park, Schumi tersingkir setelah melintir pada putaran ke-23. Di San Marino, perselisihan antara Benetton dan McLaren kembali terjadi. McLaren akhirnya bisa mendapatkan mesin spek HB VII mulai Grand Prix Inggris, tetapi kembali Benetton akan mendapatkan mesin terbaru HB VIII, yang menimbulkan kemarahan Ron Dennis. Setelah sesi latihan pada hari Jumat, Dennis mengajukan protes tentang ban eksperimental Goodyear "E" yang digunakan oleh Schumi, yang membuat catatan waktunya di sesi latihan dibatalkan. Bernie Ecclestone, sebagai pemegang hak komersial F1, memanggil Dennis dan Briatore ke dalam truk Goodyear dan menyuruh mereka untuk menghentikan perselisihan demi menjaga citra olahraga ini. Selain itu, Ecclestone berbicara dengan pengawas balapan agar Schumi mendapatkan kembali waktunya yang dihapuskan. Di lintasan, Schumi finis kedua dalam lomba tersebut. Kemudian, ia meraih posisi ketiga di Spanyol, setelah berusaha bangkit melawan Senna dan sempat melintir akibat melindas ceceran oli di lintasan.
Mulai Grand Prix Monako, mobil B193B dilengkapi dengan sistem kontrol traksi, yang meningkatkan performa mobil di lintasan. Schumi, yang meraih posisi kedua dalam kualifikasi, berhasil memimpin lomba saat Prost tersingkir. Meskipun memiliki keunggulan yang nyaman atas Senna, Schumi harus tersingkir karena kebocoran cairan hidrolik dari suspensi aktifnya yang menyebabkan kebakaran kecil di mobil. Ia kemudian mencatat serangkaian podium: finis kedua di Kanada, serta ketiga di Prancis dan Inggris. Pada lomba kandangnya di Jerman, Schumi finis kedua yang disambut dengan dukungan 100.000 penonton tuan rumah. Ia merayakannya dengan bendera Jerman setelah masuk finis.
Sisa musim menjadi lebih bervariasi: di Hungaria, Schumi tersingkir setelah dua insiden terjatuh yang menyebabkan kerusakan pada pompa bahan bakarnya. Di Belgia, ia harus merangkak naik dari belakang setelah start yang buruk akibat masalah kontrol traksi. Di Italia, mesinnya meledak ketika berada di posisi kedua. Schumi meraih prestasi terbaiknya pada musim 1993 dengan memenangkan Grand Prix Portugal melalui penggunaan strategi satu kali pit stop. Dalam lomba yang sama, Prost mengunci gelar juara dunia keempatnya. Di Jepang, Schumi tersingkir dari lomba setelah bertabrakan dengan Damon Hill. Sementara dalam lomba penutup musim di Australia, ia tersingkir setelah mengalami masalah pada suspensi kiri depannya. Dengan sembilan kali podium dan lima kali mencatatkan putaran tercepat, Schumi menempati posisi keempat dalam kejuaraan dunia pembalap dengan 52 poin, di belakang Prost, Senna, dan Hill, dan unggul 32 poin dari Patrese. Schumi kemudian memperpanjang kontraknya dengan tim Benetton selama dua musim hingga akhir musim 1996.
= 1994: Gelar juara dunia pertama
=Beberapa peraturan teknis diubah pada musim 1994, antara lain pelarangan alat bantu elektronik seperti ABS, kemudi empat roda, dan suspensi aktif, sementara pit stop untuk mengisi bahan bakar diizinkan. Tim Benetton beradaptasi sangat baik dengan perubahan regulasi tersebut. Desain mobil Benetton B194 dengan hidung lebih tinggi, yang sudah diketahui efektifitasnya dari dua mobil sebelumnya, yaitu B192 dan B193, dipertahankan. Hal ini terbukti menjadi tren pada saat itu, karena memungkinkan udara mengalir lebih efektif ke diffuser belakang. Dari tim-tim terkemuka, hanya Ferrari yang juga mencoba solusi ini pada tahun 1994. Ide dasar hidung tinggi pertama kali muncul pada tahun 1990, ketika tim Tyrrell menyajikan bentuk ini pada mobil Tyrrell 019.
Tanda-tanda bahwa Schumi akan mendominasi musim 1994 mulai terlihat setelah ia memenangi dua lomba awal, yaitu di Brasil dan Pasifik. Dalam dua lomba tersebut, mobil B194 tampil kompetitif meskipun juga mendapat bantuan dari insiden Ayrton Senna yang melintir saat sedang memimpin lomba di Brasil dengan sisa 16 lap lagi. Senna juga tersingkir selepas start di Pasifik karena diseruduk oleh Mika Hakkinen.
Akhir pekan berikutnya di San Marino memiliki hasil yang tragis. Dimulai dengan cedera yang dialami Rubens Barrichello karena kecelakaan di sesi latihan bebas, diikuti oleh kematian Roland Ratzenberger di sesi kualifikasi karena kecelakaan, dan yang paling menyakitkan adalah kematian Ayrton Senna di hari perlombaan karena kecelakaan. Selain itu, terjadi pula insiden serius di awal lomba dan di area pit lane yang melibatkan penonton dan mekanik. Semua hal tersebut menjadi titik balik bagi F1 untuk segera memperbaiki standar keamanan. FIA lantas memperkenalkan serangkaian tindakan untuk meningkatkan keselamatan semaksimal mungkin. Sementara itu, Schumi usai memenangi lomba di San Marino yang gelap, melanjutkan penampilan luar biasanya dengan meraih pole pertamanya di Monako yang berhasil diterjemahkan menjadi kemenangan keesokan harinya. Ia juga berhasil menang di Kanada dan Prancis, serta finis kedua di Spanyol dalam kondisi girboks mobil yang macet di gigi lima. Setelah lomba di Prancis, Schumi berhasil unggul 37 poin dari Damon Hill yang berada di urutan kedua. Schumi lantas diangkat menjadi ketua dari Grand Prix Drivers' Association, sebuah organisasi persatuan pembalap F1 yang dihidupkan kembali pasca tragedi San Marino, dan sebelumnya organisasi ini sempat vakum selama 12 tahun.
Minggu-minggu berikutnya, persaingan Schumi dan Hill lebih banyak terjadi di luar lintasan dibandingkan di dalam lintasan. Di Inggris, Schumi menyalip Hill saat lap instalasi dan dengan sengaja mengabaikan hukuman yang diberikan oleh pengawas lomba atas perintah timnya. Akibatnya, Schumi dijatuhi hukuman diskualifikasi dari perlombaan. Tim Benetton berkilah dengan menyatakan bahwa kejadian tersebut terjadi karena adanya kesalahan komunikasi antara pengawas lomba dan tim, tetapi pihak hakim olahraga melihat bahwa kejadian tersebut tampak disengaja, dan akhirnya memberikan hukuman larangan tampil dalam dua lomba kepada Schumi. Benetton kemudian mengajukan banding dan berhasil mengubah keadaan. Schumi pun bisa turun pada lomba kandangnya di Jerman, tetapi ia tersingkir karena masalah mesin. Di Belgia, Schumi berhasil memenangkan lomba, tetapi kemudian dikenai hukuman diskualifikasi karena pelanggaran pada plat kayu bagian bawah mobil. Hukuman larangan membalap untuk Schumi pun dijalani di Italia dan Portugal. Dalam dua lomba tersebut Hill berhasil menang dan memangkas jarak poinnya dengan Schumi menjadi hanya 1 poin. Dalam dua lomba selanjutnya, yaitu di Eropa dan Jepang, Schumi dan Hill saling bergantian finis 1-2, yang membuat selisih klasemen keduanya tetap hanya 1 poin jelang lomba penutup musim di Australia.
Pada lomba di Australia, Schumi memimpin lomba sejak awal diikuti oleh Hill di belakangnya. Pada putaran ke-35, Schumi melakukan manuver aneh dengan menabrakkan mobilnya ke dinding. mobilnya kemudian oleng dan mengambang ke atas. Tidak diketahui secara pasti apakah saat itu mobil sudah dalam keadaan rusak atau tidak. Schumi lantas kembali ke trek dan tetap memimpin lomba. Di tikungan selanjutnya, ketika Hill mencoba mengambil kesempatan untuk menyalip, Schumi menghalanginya dan akhirnya Hill yang tidak bisa menghindar kemudian menabrak Schumi, menyebabkan mobil Schumi terbang, dan akhirnya suspensi depannya rusak sehingga ia tersingkir. Tak lama berselang, Hill juga tersingkir, dan ini menghasilkan gelar juara dunia pertama bagi Schumi. Segera setelah kejadian tersebut, beberapa pengamat F1 mulai mempermasalahkan hal ini. Jurnalis F1 ternama, Alan Henry, menyebut tindakan Schumi tersebut mirip dengan tindakan Ayrton Senna, dan ia melakukannya demi gelar juara. Komentator F1 resmi dari BBC saat itu, Murray Walker, percaya bahwa Schumi sengaja berbuat seperti itu untuk mempertahankan keunggulan poinnya dalam klasemen akhir. Tim Williams memilih untuk diam daripada membawa masalah ini kepada FIA. Patrick Head menegaskan bahwa ia dan timnya (Williams) memilih untuk diam karena pada tahun 1994, Williams sudah mengalami peristiwa menyedihkan dengan tewasnya Ayrton Senna.
Manajer Willi Weber kemudian memulai langkah untuk menjalin negosiasi kepindahan Schumi ke tim Ferrari untuk musim 1996. Pada awal tahun 1993, Weber mengetahui bahwa Riccardo Patrese menghasilkan lebih banyak uang daripada Schumi, meskipun ada klausul dalam kontrak mereka yang seharusnya mencegah hal tersebut. Ketika Benetton berada di tengah-tengah tuduhan kecurangan yang dilakukan pada musim 1994, Weber berhasil memotong durasi kontrak tiga tahun dengan tim Benetton, yang sebelumnya tidak disukai oleh anak didiknya. Pada saat yang sama, ia juga berhasil meningkatkan nilai gaji untuk Schumi dengan mengacu pada pelanggaran kontrak yang terjadi.
= 1995: Gelar juara dunia kedua
=Pada musim 1995, dengan dibantu mesin Renault yang sama persis seperti yang dipakai oleh tim Williams, Schumi mendominasi musim bersama rekan setimnya, Johnny Herbert. Salah satu kemenangan terbaik Schumi diraih pada Grand Prix Belgia. Dalam lomba tersebut, ia dengan berani melajukan mobilnya yang start dari posisi ke-16 menuju kemenangan dengan menggunakan ban kering di tengah lintasan yang basah. Schumi sempat bersenggolan dengan Damon Hill saat akan menyalipnya di tikungan Les Combes, tetapi malah Hill yang dijatuhi hukuman stop and go.
Salah satu momen yang dikenang oleh para penggemar dari Schumi di musim 1995 adalah saat mobil Benetton-nya mengalami masalah di Kanada. Setelah menyadari bahwa peluang meraih kemenangan akan lenyap karena kerusakan mobil, Schumi secara sukarela memberikan jalan kepada Jean Alesi, yang membalap untuk tim Ferrari, untuk bisa memenangi lomba. Schumi kemudian membonceng Alesi dalam selebrasi victory lap sebagai tanda bahwa ia ikut senang atas kemenangan pertama sahabatnya tersebut. Kemenangan Alesi pada Grand Prix Kanada tersebut kemudian menjadi satu-satunya kemenangan Alesi selama berkarier dalam ajang F1.
Setelah berhasil meraih sembilan kali kemenangan lomba di musim 1995, Schumi kemudian tampil sebagai juara dunia untuk yang kedua kalinya pada tahun tersebut. Dalam usianya yang baru menginjak 26 tahun, Schumi merupakan pembalap termuda sepanjang sejarah yang mampu meraih gelar juara dunia secara berturut-turut, sebelum rekor tersebut dipecahkan oleh Fernando Alonso pada musim 2006, dan kemudian oleh Sebastian Vettel pada musim 2011.
1996–2009: Ferrari
Atas desakan Niki Lauda sebagai konsultan, tim Ferrari, yang sejak 1993 dipimpin oleh Jean Todt, sedang mencari pembalap yang cocok dalam rencana jangka panjang untuk bisa berprestasi kembali di ajang F1. Michael Schumacher pada saat itu adalah satu-satunya juara dunia F1 yang aktif, dan tim Benetton juga telah mencapai kenaikan pesat sejak Schumi bergabung. Ferrari lantas menjanjikan reformasi tim yang akan bisa membawa Schumi meraih gelar juara dunia lagi. Tim balap Italia ini saat itu cukup tertinggal di belakang baik secara teknis maupun organisasi, salah satunya karena mesin V12 yang kuat tetapi berat dengan konsumsi bahan bakar yang boros. Ferrari belum pernah memenangkan kejuaraan pembalap sejak terakhir kali diraih oleh Jody Scheckter pada musim 1979. Harapan yang ditempatkan pada Schumi sangat tinggi di kalangan media Italia dan Tifosi. Gianni Agnelli, pimpinan Grup Fiat dan Ferrari, mengatakan: "Jika Ferrari tidak bisa menjadi juara dunia bersama Michael Schumacher, kita tidak akan pernah lagi menjadi juara untuk selamanya".
= 1996: Menerima tantangan baru
=Untuk musim 1996, Ferrari mengembangkan mesin V10 sesuai tren saat itu dan untuk pertama kalinya mereka meninggalkan desain V12 yang sudah dipakai sejak musim 1989. Desain mesin yang lebih kompak membuat desain bodi mobil menjadi lebih aerodinamis. Berkat pengalaman seorang insinyur yang pernah bekerja untuk Honda, mesin V10 pertama Ferrari dikembangkan sedemikian rupa sehingga dugaan kurangnya pengalaman saat menggunakan sepuluh silinder tidak memiliki dampak negatif. Sementara itu, untuk sasis monokoknya, dirancang oleh insinyur berpengalaman John Barnard. Satu-satunya masalah utama Ferrari pada musim 1996 adalah ketidaksesuaian data antara kantor desain di Inggris (Barnard menolak untuk bekerja di Italia) dan pabrik di Italia. Barnard mendesain mobil Ferrari F310 dengan moncong yang rendah dan sisi kokpit samping yang lebar dan dalam untuk alasan keamanan, yang memiliki kelemahan aerodinamis. Selain itu, air scoop dan sidepod tidak mengalir secara optimal, sehingga pembalap harus menundukkan kepalanya ke sisi pada jalur lurus yang panjang dari sebagian besar trek balap untuk memungkinkan aliran yang lebih baik ke kotak udara. Untuk memperbaiki masalah tersebut, insinyur asal Austria Gustav Brunner direkrut. Bagian moncong mobil kemudian dimodifikasi menjadi lebih tinggi mulai Grand Prix Spanyol untuk meningkatkan aliran udara ke bagian bawah bodi mobil. Schumi lantas mengkritik desain mobil tahun 1996 sebagai "batu bata merah" yang kurang kompetitif.
Pada lomba pembuka musim di Australia, Schumi tersingkir setelah mengalami kegagalan teknis pada rem mobilnya. Disusul kemudian kerusakan sayap belakang yang patah di Argentina, dan kerusakan cakram rem di San Marino. Namun demikian, Schumi meraih kemenangan mengejutkan dalam perlombaan hujan di Spanyol. Ia mengawali lomba dari posisi ketiga dan berhasil menang dominan meskipun knalpot dan silinder mesinnya rusak. Kemenangan kejutan ini, yang diakui Schumi karena terbantu kondisi trek basah, selanjutnya memicu euforia besar bagi tim dan kalangan penggemar. Namun, kekecewaan kembali datang dengan cepat ketika mengetahui fakta bahwa mobil tidak memiliki potensi yang cukup untuk bisa menang di lintasan kering. Selalu ada kemunduran, terkadang kesulitan teknis mendadak yang memalukan dan tidak dapat diandalkan. Sebagai contoh, Schumi secara mengejutkan gagal ikut start di Prancis karena mesinnya meledak di pada pemanasan, disusul kemudian kegagalan hidraulis di Inggris. Namun, Schumi juga melakukan beberapa kesalahan individu. Salah satu contohnya di Monako, ia start dari posisi terdepan tapi menabrak dinding meskipun lomba dalam kondisi basah yang menjadi favorit Schumi. Di paruh kedua musim, Schumi akhirnya berhasil memenangi lomba dalam kondisi lintasan kering di Belgia dan disusul kemenangan bersejarah di depan publik Ferrari di Italia dua pekan setelahnya.
Damon Hill tampil sebagai juara dunia musim 1996, disusul oleh rekan setimnya, pembalap rookie (bahasa Indonesia: pendatang baru) Jacques Villeneuve, keduanya dari tim Williams-Renault. Schumi mengakhiri musim di posisi ketiga klasemen akhir dengan tiga kemenangan lomba, yang juga menjadi musim terbaik bagi Ferrari sejak 1990.
= 1997: Musim yang berakhir dengan hukuman
=Pada tahun 1997, insinyur balap Ross Brawn dan perancang mobil Rory Byrne masuk ke Ferrari atas saran dan permintaan dari Schumi. Dikarenakan waktu yang terbatas, Byrne tidak sempat merancang sasis baru untuk Ferrari dan ia lebih memilih mengembangkan mobil Ferrari F310 peninggalan John Barnard menjadi Ferrari F310B yang secara desain signifikan lebih kompetitif daripada model tahun sebelumnya.
Juara dunia bertahan, Damon Hill, menghebohkan penggemar F1 dengan keputusannya pindah ke tim papan tengah Arrows. Hengkangnya Hill membuat Jacques Villeneuve memulai musim sebagai favorit. Mobil Williams FW19-nya (yang menjadi mobil Williams terakhir yang dirancang Adrian Newey) adalah mobil terbaik dan rekan setimnya yang baru, Heinz-Harald Frentzen, secara de facto menjadi pembalap nomor dua untuknya. Schumi berhasil memenangkan lima perlombaan selama musim berjalan. Salah satu kemenangan penting Schumi pada musim 1997 adalah di Jepang, saat ia menahan laju Villeneuve melalui bantuan rekan setimnya, Eddie Irvine. Sebelumnya, setelah babak kualifikasi, FIA sempat menghukum Villeneuve dengan penghapusan catatan waktu kualifikasi karena dinilai melakukan pelanggaran bendera kuning. Setelah lomba di Jepang ini, Schumi unggul satu poin di klasemen dari Villeneuve.
Pada lomba penutup musim di Jerez, Spanyol, tiga pembalap yaitu Villeneuve, Schumi, dan Frentzen mencetak waktu kualifikasi yang sama persis sampai ke seperseribu detik. Villeneuve dinyatakan meraih posisi pole karena ia yang mencetak waktu tercepat lebih dulu daripada Schumi dan Frentzen. Saat lomba berjalan, Schumi mampu memimpin sampai kemudian mulai melambat saat memasuki pertengahan lomba karena sistem pendinginan mobilnya mulai bermasalah. Melambatnya Schumi berhasil dimanfaatkan oleh Villeneuve yang mencoba mencari celah untuk menyalip. Saat keduanya memasuki tikungan Dry Sack, Villeneuve dan Schumi saling bersenggolan. Schumi lantas berusaha untuk tetap menghalangi laju Villeneuve dengan menabrakan bannya ke bagian sidepod, yang sekilas mirip dengan manuver yang pernah ia lakukan kepada Damon Hill pada Grand Prix Australia 1994. Namun, kali ini justru mobil Ferrari Schumi tak bisa melanjutkan lomba akibat kerusakan dari insiden tersebut. Sementara itu, Villeneuve yang mengalami sidepod rusak ternyata masih bisa melanjutkan lomba. Walaupun hanya finis di posisi ketiga, perolehan poin Villeneuve sudah cukup untuk meraih gelar juara dunia.
Kontroversi belum berakhir sampai di sini. Dua minggu setelah lomba, FIA menerima protes dari tim Williams mengenai insiden yang terjadi di Jerez. FIA kemudian memutuskan bahwa Schumi bersalah dan sebagai hukumannya, ia terpaksa didiskualifikasi dari kejuaraan musim 1997. Selain itu, Schumi juga dikenai hukuman community service selama 60 jam. Dalam keputusannya, FIA menilai bahwa insiden yang melibatkan Schumi dan Villeneuve di Jerez adalah sangat berbahaya, meskipun mungkin dilakukan tanpa disengaja. Sampai saat ini (2024), Schumi menjadi satu-satunya pembalap yang pernah terdiskualifikasi dari kejuaraan. Schumi lantas menerima hukuman dari FIA tersebut tanpa melakukan banding. Aksi Schumi yang dinilai mencoba menyingkirkan Villeneuve dari lintasan membuatnya sempat tidak disukai oleh publik di tanah airnya, Jerman, dan negara asal timnya, Italia. Bahkan, muncul desakan agar Ferrari memecat Schumi karena tindakan tidak sportif yang dilakukannya tersebut.
= 1998: Kalah pada saat-saat akhir
=Pada musim 1998, Ferrari berjuang keras melawan kebangkitan tim McLaren yang dipimpin oleh pembalap Mika Hakkinen dan didukung oleh mobil kompetitif karya Adrian Newey serta ban Bridgestone. Pada awal musim, Schumi yang memakai mobil Ferrari F300 dan menggunakan ban Goodyear sempat kesulitan dalam menghadapi keunggulan yang McLaren miliki. Mereka baru bisa merespon dengan baik saat memasuki pertengahan musim. Schumi berhasil mengejar dan menyamakan poin di klasemen pembalap setelah memenangi lomba di Italia, yang juga menjadi lomba F1 ke-600 bagi tim Ferrari. Namun, Hakkinen akhirnya berhasil mengalahkan Schumi setelah memenangi dua lomba terakhir musim di Luksemburg dan Jepang. Pada lomba Grand Prix Jepang, peluang juara Schumi resmi berakhir setelah ia terpaksa start dari posisi belakang akibat masalah pada transmisi mobil sebelum start. Selain itu, kejadian ban kempes di putaran ke-31 juga memaksanya tersingkir dari perlombaan. Schumi mengakhiri musim 1998 dengan menempati posisi kedua dalam klasemen pembalap.
Pada musim tersebut, terjadi dua kontroversi yang melibatkan Schumi. Pada Grand Prix Inggris, Schumi memimpin pada putaran terakhir ketika ia memasuki area pit untuk menjalani penalti stop and go akibat pelanggaran yang dilakukannya di awal lomba. Ada keraguan apakah penalti tersebut dijalani secara sah atau tidak. Namun, karena Schumi secara resmi sudah melintasi garis finis sebelum masuk pit untuk menjalani penalti, kemenangan yang diraihnya dinyatakan sah. Sementara itu, dalam lomba di Belgia, Schumi memimpin lomba dalam kondisi lintasan basah dengan keunggulan jarak sampai 40 detik. Namun, secara tiba-tiba, ia bertabrakan dengan pembalap McLaren, David Coulthard, yang tertinggal satu putaran dan saat itu sedang mencoba memberikan jalan bagi Schumi untuk melewatinya. Setelah kedua mobil kembali ke pit, Schumi yang terbawa emosi melompat keluar dari mobilnya dan berlari menuju garasi McLaren untuk menemui Coulthard yang dituduh mencoba mencelakakannya. Coulthard mengakui lima tahun kemudian bahwa kecelakaan itu adalah murni kesalahannya.
= 1999: Musim yang diwarnai kecelakaan
=Pada awal musim 1999, tim McLaren masih menjadi tim terdepan dalam pengembangan teknologi dan inovasi di mobil. Namun, dalam beberapa lomba, Ferrari terlihat mampu menyamai atau bahkan melebihi penampilan McLaren. Dari tujuh lomba awal musim 1999, Schumi berhasil memenangi dua lomba, yaitu di San Marino dan Monako, sementara juara dunia bertahan, Mika Hakkinen, memenangi tiga lomba, yaitu di Brasil, Spanyol, dan Kanada.
Saat memasuki lomba di Inggris, Schumi tertinggal delapan poin dari Hakkinen pada klasemen sementara. Schumi memulai lomba tersebut dari posisi dua, tetapi baru setengah putaran berjalan, bendera merah berkibar, dan Schumi yang bermaksud mencoba melambatkan mobil tiba-tiba mengalami masalah rem, menyebabkannya menabrak dinding pembatas ban dalam kecepatan 107 km/jam. Akibat dari insiden ini, Schumi didiagnosis mengalami patah kaki. Ia terpaksa absen selama enam lomba, yang pada akhirnya mengakhiri harapannya untuk meraih gelar juara dunia. Posisinya di Ferrari digantikan sementara oleh pembalap Finlandia, Mika Salo.
Permintaan agar Schumi kembali secepat mungkin semakin keras menjelang akhir musim. Pada akhirnya, Schumi melakukan comeback dalam dua perlombaan terakhir sebelum akhir musim. Ia langsung tampil impresif pada lomba baru di Malaysia, sebelum akhirnya memilih untuk finis kedua dan mencoba membantu Eddie Irvine, yang saat itu sedang bersaing dalam perebutan gelar juara dunia. Setelah perlombaan, kedua pembalap Ferrari awalnya didiskualifikasi karena deflektor angin yang tidak memenuhi syarat. Namun, hukuman tersebut kemudian dibatalkan setelah dilakukan peninjauan lebih lanjut di meja hijau. Pada lomba penutup musim di Jepang, Hakkinen berhasil meraih gelar juara pembalap untuk kedua kalinya, tetapi Ferrari akhirnya mampu memenangi kejuaraan konstruktor lagi untuk pertama kalinya dalam 16 musim terakhir. Sementara itu, Schumi sendiri menyelesaikan musim dengan berada di posisi kelima dalam klasemen pembalap.
= 2000: Gelar juara dunia ketiga
=Optimisme menghinggapi Ferrari dan Schumi saat memasuki musim 2000. Dari sesi pengujian pada awal musim, mereka mendapat bekal bagus dengan mobil F1-2000 yang kompetitif, handal, dan dapat diandalkan untuk menyaingi juara dunia bertahan, Mika Hakkinen, dan tim McLaren. Schumi berhasil melakukan start bagus di dua lomba awal, yaitu di Australia dan Brasil, dengan meraih kemenangan. Sementara itu, kedua pembalap McLaren gagal finis dalam dua lomba tersebut. Sampai akhir paruh musim pertama, Schumi berhasil menenangi lima dari delapan lomba, membuatnya nyaman di puncak klasemen dengan 58 poin berbanding 32 poin yang diraih Hakkinen. Ini menjadi persaingan yang cukup sengit bagi kedua pembalap sejak musim 1998. Namun, memasuki pertengahan musim, khususnya setelah Grand Prix Prancis, Ferrari dan Schumi mulai mengalami masa paceklik dengan tiga kali gagal finis, dua di antaranya disebabkan oleh insiden selepas start di Austria dan Jerman. Hal ini memungkinkan Hakkinen bersama rekan setimnya, David Coulthard, untuk merapatkan jarak selisih poin dengan Schumi. Kemenangan Hakkinen di Hungaria dan Belgia membalikan keadaan dengan Hakkinen berhasil meraih posisi puncak klasemen sementara.
Masa paceklik bagi Schumi berakhir dengan kemenangan yang ia raih di Italia, yang menjadi kemenangan ke-41 dalam kariernya, sekaligus menyamai catatan Ayrton Senna. Selanjutnya, kemenangan lain berhasil diraih di Amerika Serikat, yang pada saat bersamaan Hakkinen secara mengejutkan gagal finis akibat masalah mesin. Hasil ini membuat Schumi kembali naik ke puncak klasemen sementara, dan perebutan gelar juara dunia akan ditentukan di Jepang. Pada akhirnya, Schumi berhasil meraih kemenangan di Jepang, dan Hakkinen hanya mampu finis kedua. Schumi tampil sebagai juara dunia untuk ketiga kalinya, sekaligus mempersembahkan gelar pembalap perdana bagi Ferrari setelah terakhir kali diraih oleh Jody Scheckter pada musim 1979. Pada lomba penutup musim di Malaysia, Schumi berhasil menang untuk kali kesembilan di musim 2000 dan sekaligus memastikan gelar juara dunia konstruktor untuk tim Ferrari.
= 2001: Gelar juara dunia keempat
=Pada musim 2001, mobil Ferrari F2001 yang dirancang oleh Rory Byrne terbukti lebih kompetitif daripada mobil McLaren karya Adrian Newey dan mobil Williams karya Patrick Head. Hal ini terbukti sejak lomba pembuka musim di Australia. Selama empat lomba awal musim 2001, Schumi bersaing ketat melawan David Coulthard. Setelah lomba di San Marino, keduanya sempat memiliki poin yang sama, yaitu 26 poin. Sementara itu, pesaingan Schumi lainnya, Mika Hakkinen, mengalami keterpurukan dengan salah satu yang paling menyakitkan, yaitu gagal finis saat sedang memimpin pada putaran terakhir Grand Prix Spanyol. Schumi berhasil meraih podium dalam delapan lomba beruntun dan mulai menjauhkan diri dari kejaran Coulhard. Tim McLaren sendiri lebih banyak direpotkan oleh masalah teknis dan reliabilitas mesin. Hakkinen kemudian memilih cuti sementara dari ajang F1 pada akhir musim 2001 yang kemudian berujung pada keputusan pensiun pada pertengahan 2002. Schumi meraih gelar keempatnya usai memenangi lomba di Hungaria. Ia juga berhasil memecahkan rekor kemenangan terbanyak dalam lomba F1 yang sebelumnya dipegang oleh Alain Prost pada Grand Prix Belgia.
Untuk catatan pribadi Schumi sendiri, pada musim 2001 menjadi kali pertama ia bersama adiknya Ralf Schumacher bisa berdiri di podium pertama dan kedua, dengan Ralf yang memenangi lomba di Kanada. Pada klasemen akhir musim, Schumi unggul 58 poin atas Coulthard yang berada di tempat kedua, dan rekan setimnya, Rubens Barrichello, berhasil menduduki posisi ketiga.
= 2002: Gelar juara dunia kelima
=Sebelum musim 2002 dimulai, Ferrari menyiapkan dua mobil berbeda, yaitu mobil lama Ferrari F2001 yang dimodifikasi dan mobil baru Ferrari F2002 yang disiapkan untuk mulai berlaga di putaran lomba Eropa. Pada lomba pembuka musim di Australia, dengan menggunakan mobil lama F2001, Schumi berhasil menjadi pemenang lomba. Namun, di Malaysia, ia hanya mampu finis ketiga. Ferrari kemudian memajukan jadwal peluncuran mobil F2002 dan menurunkannya di Brasil. Schumi kembali berhasil memenangi lomba dengan mobil F2002 yang baru. Pada perlombaan tersebut, Schumi bahkan menang tanpa kibasan bendera finis karena Pele, yang berperan sebagai petugas pengibar bendera finis, belum memahami aturannya. Setelah memasuki Grand Prix San Marino, hanya Schumi bersama rekan setimnya, Rubens Barrichello, yang terlihat sangat kompetitif. Mereka sudah unggul jauh dari dua tim pesaing, yaitu tim McLaren dan Williams.
Ironisnya, meski di atas kertas sudah aman dari para pesaing, Ferrari tampaknya masih khawatir dan kemudian melakukan sebuah tindakan kontroversial di Austria dengan Barrichello yang diminta untuk mengalah dan memberikan kemenangannya untuk Schumi hanya beberapa meter sebelum garis finis. Saat seremoni podium berlangsung, Schumi dengan malu-malu mendorong Barrichello agar naik ke podium pertama. Bos tim Jean Todt berujar keputusan team order (bahasa Indonesia: perintah tim) sengaja diambil karena ia tidak ingin membuang poin untuk Schumi dan juga tidak ingin kejadian kalah di akhir musim terulang lagi seperti di beberapa musim sebelumnya. Pers dan penggemar F1 lantas mencemooh tindakan Ferrari di Austria, dan Ferrari pun dikenai hukuman denda 1 juta dolar AS, bukan karena keputusan team order, melainkan untuk seremoni podium dengan FIA yang menilai Schumi melecehkan Kanselir Austria yang memberikan trofi pemenang kepadanya sebelum kemudian Schumi dipaksa untuk memberikannya kepada Barrichello.
Skema kontroversial serupa, tetapi berbeda, terulang di Amerika Serikat. Dengan maksud supaya bisa menciptakan formasi finis 1-2 yang bagus, Schumi sengaja melambatkan mobilnya hanya beberapa meter sebelum garis finis. Barrichello yang tidak memahami manuver Schumi akhirnya melintasi garis finis pertama, diikuti oleh Schumi dengan selisih waktu hanya 0,013 detik. Selanjutnya, Schumi mengakui bahwa dirinya sengaja melakukan tindakan tersebut dengan alasan sebagai tanda terima kasih kepada Barrichello atas kemenangan di Austria.
Schumi berhasil mengunci gelar juara dunia kelimanya pada lomba ke-11 musim berjalan yang digelar di Prancis. Di sisa musim, Schumi kemudian memberikan bantuan kepada rekan setimnya, yaitu Barrichello, agar dapat menduduki posisi kedua dalam klasemen pembalap. Secara keseluruhan, selisih poin antara Schumi dan Barrichello pada musim 2002 adalah 144 poin berbanding 77 poin.
= 2003: Gelar juara dunia keenam
=Pada musim 2003, sebagai respon atas kemenangan Schumi yang mengunci gelar juara dunia lebih cepat dari biasanya, FIA melakukan beberapa perubahan untuk musim tersebut, termasuk perubahan pada sistem poin dan sistem kualifikasi. Untuk sistem poin, selisih antara pemenang lomba dan posisi finis kedua dikurangi menjadi 2 poin dari sebelumnya 4 poin.
Musim 2003 menjadi tantangan berat bagi Schumi dalam mempertahankan gelar juaranya. Ia mengawali musim dengan finis keempat di Australia dan keenam di Malaysia. Pada lomba di Brasil, Schumi melakukan kesalahan di lintasan basah yang menyebabkannya tersingkir dari lomba. Akibatnya, ia tertinggal 18 poin dari pesaing baru, pembalap muda Kimi Räikkönen, dalam klasemen sementara. Meskipun menghadapi situasi sulit, Schumi tetap percaya bahwa ia bisa membalikkan keadaan karena musim masih panjang. Ferrari juga berusaha meningkatkan performa dengan menghadirkan mobil baru F2003-GA untuk lomba Grand Prix Spanyol. Schumi akhirnya berhasil memenangi lomba di San Marino. Namun, dalam momen yang pahit, Schumi juga harus berduka karena tepat sebelum lomba dimulai, ia menerima kabar dari Jerman bahwa sang ibu, Elisabeth, telah meninggal dunia akibat kanker. Meskipun sedang berduka, baik Michael maupun Ralf tetap menjalani lomba dengan profesionalisme, dan saat naik ke atas podium, Schumi terlihat menitikan air mata sebagai ungkapan emosi dan penghormatan kepada sang ibu yang telah meninggal.
Debut mobil F2003-GA di Spanyol berjalan lancar dengan Schumi berhasil memenangi lomba, meskipun sempat mendapat tekanan dari pembalap muda lainnya, Fernando Alonso. Dalam lomba tersebut, pesaing utama Schumi, yaitu Kimi Räikkönen, mengalami nasib sial karena tersingkir setelah start usai terlibat insiden dengan Antonio Pizzonia. Pada lomba Grand Prix Austria, Schumi mengalami kebakaran saat melakukan pit stop. Meskipun mengalami insiden tersebut, hal itu tidak mengganggu atau merusak mobilnya, dan ia tetap berhasil memenangi lomba. Kemenangan Schumi di Kanada membuatnya berhasil mengambil alih posisi puncak klasemen dengan 54 poin, unggul 3 poin dari Räikkönen yang meraih 51 poin. Namun, pada lomba berikutnya di Eropa, Schumi mengalami kecelakaan saat bersenggolan dengan Juan Pablo Montoya yang menyebabkannya terdorong keluar lintasan dan masuk ke gravel. Meskipun begitu, Schumi berhasil melanjutkan lomba dan finis di urutan kelima. Pada Grand Prix Hungaria, kondisi cuaca panas membuat Ferrari kesulitan tampil maksimal sepanjang akhir pekan lomba. Schumi harus menerima kekalahan dari Alonso yang berhasil memenangi lomba, sedangkan Ferrari tampil terseok-seok.
Peruntungan Schumi mulai membaik saat ia berhasil memenangi lomba di Italia dan Amerika Serikat. Dengan keunggulan 9 poin atas Räikkönen, Schumi hanya membutuhkan satu poin lagi pada lomba penutup musim di Jepang untuk memastikan gelar juara dunia keenamnya. Lomba di Jepang sendiri berlangsung ketat dan menarik. Schumi harus bekerja keras untuk bangkit dari posisi start ke-14, sementara Räikkönen yang start dari posisi kedelapan berhasil naik sampai menempati posisi kedua. Harapan Schumi terletak pada Barrichello, yang setidaknya harus mampu memenangi lomba. Namun, Schumi malah mengalami beberapa insiden dengan adiknya sendiri dan pembalap tuan rumah, Takuma Sato, sebelum akhirnya mampu finis di urutan kedelapan, yang cukup untuk memastikan gelar keenamnya. Räikkönen sendiri hanya mampu finis kedua, di belakang Barrichello. Schumi menyatakan bahwa musim 2003 merupakan musim yang berat, terutama setelah start buruk di awal musim dan mengalami masa sulit di pertengahan musim. Namun, dengan gelar juara keenam ini, Schumi berhasil melewati catatan Juan Manuel Fangio yang sebelumnya memenangi lima gelar juara dunia F1.
= 2004: Gelar juara dunia ketujuh
=Pada musim 2004, Ferrari berhasil mengulangi kisah sukses seperti yang terjadi pada musim 2002. Schumi memulai musim dengan sangat baik, dengan memenangi lomba di Australia dan diikuti oleh empat kemenangan beruntun pada lomba-lomba selanjutnya. Yang mengejutkan adalah penampilan melempem dari tim McLaren dengan pembalap Kimi Räikkönen dan tim Williams dengan pembalap Juan Pablo Montoya, yang sebelumnya menjadi pesaing utama Schumi selama beberapa musim terakhir. Sebaliknya, tim-tim papan tengah seperti Renault dan B.A.R. mampu menunjukkan peningkatan yang signifikan dan memberikan tekanan bagi perjalanan Schumi di musim 2004. Meskipun demikian, Schumi berhasil meraih tujuh kemenangan berturut-turut di awal musim dan meraih nilai sempurna 70 poin. Namun, perjalanan mulus Schumi terhenti di Monako ketika ia gagal finis akibat bersenggolan dengan Montoya saat periode safety car. Lomba tersebut dimenangkan oleh Jarno Trulli dari tim Renault.
Tidak menyerah, Schumi bangkit dan kembali meraih tujuh kemenangan berikutnya. Pada lomba di Belgia, ia finis kedua di belakang Räikkönen. Meskipun tidak menang, hasil ini sudah cukup untuk mengantarkan Schumi meraih gelar juara dunia ketujuhnya dengan sisa empat lomba lagi. Musim 2004 menjadi musim tersukses dalam sejarah karier Schumi, dengan ia berhasil memenangi 13 dari total 18 lomba yang digelar. Pada akhir musim, Schumi unggul secara dominan atas rekan setimnya, Barrichello, dalam klasemen akhir dengan perolehan 148 poin berbanding 114 poin. Jenson Button dari tim B.A.R. tampil sebagai kuda hitam dengan finis ketiga di klasemen akhir musim.
= 2005: Akhir era dominasi
=Musim 2005 merupakan musim yang paling sulit bagi Schumi sejak bergabung dengan tim Ferrari pada musim 1996. Sebelumnya, Schumi dan tim Ferrari memiliki pemahaman yang baik dengan para insinyur Bridgestone untuk mengembangkan ban khusus yang membuat Ferrari unggul. Namun, situasi berubah drastis pada musim 2005 karena banyak tim kompetitor beralih ke pemasok ban Michelin, meninggalkan Ferrari sebagai satu-satunya tim besar yang masih menggunakan ban Bridgestone. Keputusan tim Sauber untuk berganti ke Michelin pada musim 2005 membuat Ferrari harus melakukan tes ban sendirian, karena dua tim Bridgestone lainnya, yaitu Jordan dan Minardi, tidak dapat membantu secara signifikan karena keterbatasan biaya.
Pada musim 2005, peraturan baru mengharuskan ban yang dipasang pada mobil harus tahan untuk digunakan selama sesi kualifikasi dan keseluruhan jarak perlombaan. Penggantian ban hanya diizinkan dalam keadaan luar biasa, sehingga strategi taktis sebelumnya yang melibatkan pemakaian ban pendek untuk kemudian memperoleh keuntungan melalui pit stop menjadi tidak efektif lagi. Di samping itu, ada perubahan internal di tim Ferrari, terutama dalam hal perancangan mobil balap. Jika sebelumnya mobil Ferrari dirancang oleh Rory Byrne, pada musim 2005 perancangan diambil alih oleh Aldo Costa, yang sebelumnya bekerja di tim Minardi. Namun, mobil Ferrari F2005 tidak mampu memenuhi harapan yang tinggi diletakkan padanya. Bridgestone mengakui setelah dua perlombaan pertama bahwa pengembangan ban dianggap terlalu konservatif. Ban tidak dapat mencapai suhu yang optimal untuk menghasilkan cengkeraman yang cukup pada putaran cepat. Akibatnya, posisi depan saat kualifikasi menjadi sulit bagi tim Ferrari, walaupun pembalap seperti Schumi mampu mengejar posisi lebih baik selama lomba berlangsung.
Tim Ferrari, khususnya Schumi, sempat mendapatkan keyakinan tinggi setelah berhasil finis kedua dan hampir memenangi lomba di San Marino. Saat itu, Schumi start dari posisi ke-13 dan mampu naik ke barisan depan sebelum akhirnya kalah tipis dari Fernando Alonso. Di Kanada, Schumi juga berhasil finis kedua, meskipun ia dibantu oleh kegagalan beberapa lawan-lawannya. Satu-satunya kemenangan Schumi pada musim tersebut diraih dalam lomba Grand Prix Amerika Serikat 2005 di Indianapolis Motor Speedway. Namun, kemenangan ini terjadi dalam kondisi kontroversial karena seluruh tim yang menggunakan ban Michelin memutuskan untuk mundur dari lomba sebelum start karena masalah pada ban mereka. Sebagai hasilnya, hanya tim-tim yang menggunakan ban Bridgestone, termasuk Ferrari, yang berlaga dalam lomba tersebut.
Selanjutnya, dalam lomba Grand Prix Prancis, Schumi harus bekerja keras untuk finis ketiga. Namun, usai meraih finis keenam di Inggris, Jean Todt, sebagai pimpinan tim Ferrari, mengakui bahwa Ferrari dan Schumi hampir mustahil untuk mempertahankan gelar juara dunia di musim 2005 karena mereka tertinggal sangat jauh dari lawan-lawannya. Todt secara terbuka menyebut faktor ban sebagai penyebab utama yang membuat Ferrari mengalami kesulitan besar sepanjang musim 2005. Pada lomba di Jerman, Schumi sempat berada di posisi ketiga dalam waktu yang lama dan bahkan naik ke posisi kedua setelah Kimi Räikkönen tersingkir. Namun, masalah ban kembali menghampiri Schumi dan di akhir lomba, ia harus menyerah dan akhirnya disalip oleh Juan Pablo Montoya, Jenson Button, dan Giancarlo Fisichella. Hal ini menjadi salah satu momen yang menandai tantangan besar yang dihadapi oleh Schumi dan Ferrari pada musim 2005, yang akhirnya membuat mereka gagal mempertahankan gelar juara dunia. Pada Grand Prix Hungaria, Schumi meraih aura positif setelah berhasil meraih posisi pole dan sempat bersaing di barisan depan dalam sepertiga awal lomba. Namun, akhirnya ia harus turun ke posisi kedua, di belakang Räikkönen. Hasil di Hungaria ini juga menjadi akhir matematis bagi Schumi dalam usahanya mempertahankan gelar juara dunia.
Pada akhir musim 2005, Fernando Alonso berhasil meraih gelar juara dunia pertamanya. Prestasi ini juga menjadikannya sebagai juara dunia termuda dalam sejarah F1 pada saat itu. Kemenangan Alonso menandai berakhirnya era dominasi Michael Schumacher yang dimulai dari musim 2000 hingga 2004. Selama periode tersebut, Schumi dan tim Ferrari mencatatkan prestasi luar biasa dengan meraih lima gelar juara dunia secara beruntun.
= 2006: Musim penuh terakhir bersama Ferrari
=Perubahan regulasi pada musim 2006, seperti penggantian mesin dari V10 ke V8, berserta kembalinya pit stop untuk ban dan perubahan format kualifikasi, terlihat mampu mengurangi ketertinggalan Ferrari sekaligus mendekatkan jarak dengan Renault dan Fernando Alonso sebagai juara dunia bertahan. Schumi pun mendapat rekan setim yang baru, yaitu Felipe Massa, setelah Rubens Barrichello memilih hengkang ke tim Honda. Mengawali awal musim, Schumi berhasil meraih pole di Bahrain dan membuatnya menyamai catatan Ayrton Senna dengan 65 kali raihan posisi pole. Saat lomba berjalan, Schumi sempat memimpin, meskipun akhirnya ia kalah oleh Alonso lewat strategi pitstop Renault yang bagus. Di Malaysia, Schumi finis keenam. Kemudian di Australia, ia gagal finis setelah mengalami insiden.
Pada Grand Prix San Marino, Schumi meraih posisi pole untuk ke-66 kalinya dan melewati rekor peraih pole terbanyak yang sebelumnya dipegang oleh Ayrton Senna. Schumi berhasil mempertahankan posisi terdepannya tersebut menjadi kemenangan pada esok harinya dan sekaligus menjadi kemenangan pertama bagi Ferrari sejak Grand Prix Amerika Serikat 2005. Pada Grand Prix Eropa, Schumi berhasil menyalip Alonso saat pitstop dan meraih kemenangan lomba. Setelah lomba, pabrikan ban Michelin mengakui adanya kesalahan kalkulasi yang mereka informasikan kepada seluruh tim pelanggannya dengan McLaren dan Renault yang mengalami defisit 0,5 detik setiap lapnya. Pada lomba di Spanyol, Alonso berhasil mengalahkan Schumi, sekaligus menjadi pembalap asal Spanyol pertama yang berhasil menang di depan publiknya sendiri.
Pada Grand Prix Monako, Schumi berhasil meraih posisi pole, tetapi kemudian dibatalkan setelah Schumi diketahui melakukan pelanggaran yang disengaja dengan menghentikan mobilnya secara mendadak di area sirkuit yang terisolir. Pada saat yang bersamaan Alonso sedang mencatatkan waktu tercepatnya. Sebagai konsekuensinya, Schumi dihukum untuk start dari posisi paling belakang. Saat lomba, ia berhasil bangkit untuk kemudian finis kelima di sirkuit jalan raya yang terkenal sulit ini. Setelah Grand Prix Kanada, Schumi tertinggal 25 poin dari Alonso. Tiga kemenangan beruntun yaitu di Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman membuat Schumi mampu memendekan selisih di klasemen menjadi 11 poin. Sayangnya, kesalahan kecil Schumi pada akhir lomba Grand Prix Hungaria dengan memilih memaksakan memakai ban basah di tengah lintasan sirkuit yang mengering harus dibayar mahal dengan dirinya melorot dari posisi kedua menjadi ke urutan kesepuluh, padahal pada saat bersamaan Alonso tersingkir dari lomba akibat masalah ban.
Schumi berhasil memenangi lomba di Italia, sementara di sisi lain, Alonso tersingkir karena masalah mesin. Saat Schumi berada di atas podium setelah memenangi lomba di Italia, Ferrari mengeluarkan rilis pers bahwa Schumi akan pensiun pada akhir musim 2006. Dalam konferensi pers resmi setelah lomba, Schumi kemudian mengkonfirmasi kabar tersebut sekaligus mengumumkan bahwa ia akan digantikan oleh Kimi Räikkönen untuk musim 2007. Siaran pers menyatakan bahwa Schumi akan terus bekerja untuk Ferrari. Pada 29 Oktober 2006, terungkap bahwa Ferrari ingin menjadikan Schumi sebagai asisten untuk kepala eksekutif baru, yaitu Jean Todt. Peran baru yang diberikan kepada Schumi ini juga akan melibatkan pemilihan pembalap masa depan tim. Setelah pengumuman Schumi, tokoh-tokoh F1 terkemuka seperti Niki Lauda dan David Coulthard memuji Schumi sebagai pembalap terbaik sepanjang sejarah F1. Tifosi dan pers Italia, yang tidak selalu menerima kepribadian Schumi yang dianggap dingin, menunjukkan respon penuh kasih setelah mengetahui keputusan pengunduran dirinya.
Kemenangan F1 terakhir Schumi diraih di Tiongkok setelah ia berhasil menyalip Alonso yang terkendala masalah ban. Dengan hasil ini, Schumi berhasil mengambil alih puncak pimpinan klasemen poin meski jumlah poinnya sama dengan Alonso karena Schumi lebih banyak memenangi lomba. Schumi pun berpeluang meraih gelar dunia kedelapannya apabila mesin Ferrari-nya tidak meledak di Jepang. Dengan satu lomba tersisa, peluang Schumi untuk meraih gelar hanya bisa terwujud jika ia berhasil menang di Brasil dan Alonso yang gagal meraih poin. Lomba terakhir Schumi bersama tim Ferrari menjadi momen emosional bagi penggemar F1 di seluruh dunia, baik yang menyukainya ataupun tidak. Dalam lomba tersebut, Schumi tampil lepas dan mempertontonkan aksi terbaiknya. Ia mengawali start dari posisi kesepuluh dan sempat terlempar ke belakang akibat ban bocor. Selanjutnya, perlahan tapi pasti Schumi mampu menyikat semua lawannya di depannya hingga akhirnya finis di posisi keempat. Lomba itu sendiri akhirnya dimenangi oleh rekan setimnya, Felipe Massa. Secara sportif, Schumi kemudian mengakui kekalahannya di musim 2006 kepada Alonso.
= 2007: Menjadi duta dan konsultan tim
=Schumi diangkat menjadi konsultan tim Ferrari untuk musim 2007, sekaligus menjadi penasihat bagi Kimi Räikkönen dan Felipe Massa. Ia juga mendapat tugas lain sebagai asisten khusus bagi Jean Todt.
Pada bulan November, ia mengikuti pengujian resmi F1 di Barcelona selama dua hari. Kemampuan Schumi masih terlihat dalam sesi pengujian ini. Ia menjadi pembalap yang mencatatkan waktu paling cepat di hari kedua pengujian. Meskipun begitu, ada sebagian pihak yang menganggap bahwa pengujian yang dijalani Schumi sebagai "aksi promosional". Schumi sedikit terkejut saat mengetahui bahwa ia mampu mengalahkan catatan waktu milik Massa karena sebelumnya ia menganggap dirinya mungkin sudah berubah dan menjadi lambat setelah pensiun. Sempat muncul spekulasi apakah Schumi akan kembali aktif membalap atau tidak kedepannya, sebelum kemudian isu ini diluruskan oleh Willi Weber, sang manajer. Weber menyatakan bahwa Schumi dikontrak Ferrari sebagai pembalap penguji khusus, bukan untuk kembali sebagai pembalap utama.
= 2008: Menjadi pengembang mobil
=Pada akhir tahun 2007, Ross Brawn mengatakan bahwa Schumi sangat mungkin dan juga senang untuk melanjutkan posisi sebagai pembalap penguji untuk musim 2008. Schumi kemudian mengkonfirmasi bahwa ia akan "berurusan dengan pengembangan mobil di dalam Gestione Sportiva" dan sebagai bagian dari tugas tersebut "saya ingin mengemudi, tetapi tidak terlalu sering".
Pada April 2008, Schumi menjalani pengujian lagi untuk Ferrari di Barcelona untuk melakukan pekerjaan pengembangan di bidang ban dan aerodinamika mobil.
= 2009: Nyaris membalap kembali
=Dalam kapasitasnya sebagai penasihat balap untuk tim Ferrari, Schumi hadir pada Grand Prix Hungaria 2009 ketika Felipe Massa mengalami cedera parah setelah kepalanya terkena pegas suspensi dalam sesi kualifikasi. Setelah diketahui bahwa Massa tidak akan bisa turun pada Grand Prix Eropa di Valencia, Schumi dipilih sebagai pembalap penggantinya. Pada 29 Juli 2009, Ferrari mengumumkan bahwa mereka berencana untuk menurunkan Schumi untuk Grand Prix Eropa dan lomba-lomba selanjutnya sampai Massa pulih kembali. Sebagai persiapan untuk mengikuti lomba, Schumi menjalani sebuah sesi pengujian khusus dengan memakai mobil Ferrari F2007 karena regulasi saat itu melarang pembalap nonaktif untuk bisa mengemudikan mobil F1 aktif yang dipakai pada musim 2009. Sebelumnya, Ferrari sempat mengajukan izin khusus kepada FIA agar Schumi diizinkan untuk menguji mobil spek musim 2009, namun permohonan ini kemudian ditolak oleh tim Williams, Red Bull, dan Toro Rosso. Namun, Schumi akhirnya terpaksa membatalkan rencananya untuk kembali membalap di F1 karena cedera leher yang dialaminya dalam kecelakaan balap motor pada awal tahun. Selanjutnya, Ferrari mengumumkan Luca Badoer dan kemudian Giancarlo Fisichella sebagai pengganti sementara Massa hingga akhir musim.
2010–2012: Mercedes
Pada akhir tahun 2009, nama Schumi kembali disebut-sebut akan kembali membalap di ajang F1 untuk musim 2010, namun kali ini bukan dengan tim Ferrari, melainkan dengan tim Mercedes yang dipimpin oleh mantan direktur teknik tim Ferrari, Ross Brawn. Eddie Jordan sempat berujar bahwa kemungkinan Schumi akan kembali adalah sebesar 75% untuk musim 2010. Selanjutnya, Presiden Ferrari, Luca Montezemolo, menyatakan bahwa tim Ferrari mengikhlaskan Schumi kembali ke F1 walaupun bukan dengan tim Ferrari. Setelah menjadi spekulasi selama beberapa waktu, akhirnya didapatkan kepastian bahwa Schumi akan kembali ke F1 pada 2010 bersama tim Mercedes, dan ia akan bermitra dengan sesama pembalap Jerman, Nico Rosberg. Schumi sendiri dikontrak oleh tim Mercedes selama tiga musim dari 2010 sampai akhir 2012.
= 2010: Kembali aktif membalap
=Pada lomba pembuka musim 2010 di Bahrain, Schumi menyelesaikan perlombaan pertamanya dengan finis keenam setelah "pensiun" selama tiga tahun. Setelah selalu finis di belakang Rosberg dalam empat perlombaan pertama, Schumi berhasil finis di depan rekan setimnya tersebut untuk pertama kalinya di Spanyol, saat ia berhasil finis di urutan keempat. Schumi mendapat perhatian ketika ia mampu menahan juara dunia Jenson Button di belakangnya setelah menyalip lebih dari setengah perlombaan. Seminggu kemudian di Monako, Schumi memicu kontroversi karena ia menyalip Fernando Alonso di tikungan terakhir pada putaran terakhir setelah periode safety car. Sebagai akibatnya, Schumi lantas menerima penalti drive-through untuk pelanggarannya tersebut, tetapi karena lomba telah berakhir, hukuman itu dikonversi menjadi penalti tambahan waktu 20 detik. Akibatnya, ia turun dari posisi keenam menjadi posisi kedua belas dan tidak menerima poin. Menariknya, mantan pesaingnya, yaitu Damon Hill, adalah salah satu dari empat pengawas pada lomba ini. Setelah sempat berdebat tentang interpretasi peraturan, apakah Schumi menyalip selama atau setelah periode safety car, FIA mengumumkan penyederhanaan pada titik ini. Dalam perjalanan sepanjang musim, Schumi berhasil meraih dua kali finis keempat. Pertarungan utama dengan mantan rekan setimnya di Ferrari, Rubens Barrichello, di Hungaria menjadi berita utama. Schumi hampir menggiring pembalap Brasil tersebut (yang kini bergabung dengan Williams) ke dinding pembatas pit. Sebagai akibatnya, Schumi kemudian dihukum oleh pengawas lomba dengan hukuman turun 10 posisi untuk lomba berikutnya. Schumi harus puas mengakhiri musim di belakang Rosberg dengan perbandingan poin 72 melawan 142 poin dan menempati urutan klasemen kesembilan secara keseluruhan.
Setelah musim berakhir, Jenson Button, pembalap yang digantikan Schumi di tim Mercedes, menuturkan bahwa kesulitan Schumi ada kaitannya dengan desain mobil Mercedes yang berbasis input dari Button (saat masih memperkuat tim Brawn di musim 2009) yang gaya membalapnya berbeda jauh dengan Schumi.
= 2011: Musim yang sulit
=Pada musim 2011, FIA kembali melakukan beberapa perubahan penting pada regulasi F1, diantaranya kembalinya perangkat KERS (perangkat ini sudah diperkenalkan sejak musim 2009 tetapi tidak semua tim memakainya dan pada 2010 sama sekali tidak ada tim yang memakai), peraturan catatan waktu kualifikasi 107%, dan perangkat drag reduction system atau DRS pada sayap belakang. Selain itu, pemasok ban F1 pun berganti dari sebelumnya Bridgestone menjadi Pirelli. Mercedes optimis bisa mengejar ketertinggalan mereka dengan berbagai perubahan ini. Bagi Schumi sendiri, terlepas dari hasil mengecewakan di musim 2010 dan rumor serta tekanan agar ia mengundurkan diri, ia tetap optimis dan menyatakan komitmennya untuk bertahan sesuai kontrak kerjanya sampai akhir musim 2012.
Dalam enam perlombaan pertama musim 2011, Schumi hanya mampu mencetak tiga poin saja. Ia kemudian mampu meraih posisi start kelima di Monako yang sekaligus menjadi posisi start terbaiknya di musim tersebut. Pada lomba berikutnya di Kanada, Schumi menyusul Kamui Kobayashi dan Felipe Massa di sisa 19 putaran sebelum akhir lomba dan berada di posisi kedua. Namun empat lap sebelum finis, ia gagal mempertahankan posisinya dan perlahan-lahan disalip oleh pembalap yang lebih cepat dan harus puas mengakhiri lomba di posisi keempat, yang merupakan posisi finis terbaik untuknya di musim tersebut. Di Belgia, Schumi merayakan hari jadi keikutsertaanya yang ke-20 di F1. Saat lomba berjalan, ia mampu naik dari posisi paling buncit dan finis di urutan kelima. Pada lomba selanjutnya di Italia, Schumi bertarung dengan Lewis Hamilton dan mampu menahannya dalam waktu yang cukup lama sebelum kemudian disalip dan kembali harus puas finis di urutan kelima. Pada lomba di Jepang, Schumi sempat memimpin selama tiga putaran, yang merupakan putaran lomba pertama yang ia pimpin sejak Grand Prix Jepang 2006, sekaligus menjadi pembalap tertua setelah Jack Brabham yang melakukannya pada musim 1970. Pada akhir musim, ia finis kedelapan dalam klasemen pembalap dan kembali secara internal, ia kalah dari Rosberg dengan perbandingan 76 poin melawan 89 poin.
= 2012: Musim terakhir dan pensiun lagi
=Pada musim 2012, Schumi mengawali musim dengan baik saat ia start dari posisi empat di Australia. Saat lomba berlangsung, ia sempat naik ke posisi ketiga sebelum akhirnya mengalami gangguan girboks yang menyebabkannya harus tersingkir. Schumi meraih posisi start ketiga di Malaysia dan kedua di Tiongkok, tetapi hanya mampu membawa satu poin saja dari dua lomba tersebut, tepatnya ketika ia finis kesepuluh di Malaysia. Setelah gagal di Bahrain, Schumi kembali mengalami nasib nahas di Spanyol saat terlibat insiden dengan Bruno Senna dan menerima penalti turun posisi untuk lomba di Monako. Grand Prix Monako seharusnya menjadi kesempatan baik bagi Schumi untuk meraih poin setelah berhasil meraih pole saat kualifikasi, sebelum akhirnya ia turun posisi akibat penalti yang diterimanya di Spanyol. Kesialan Schumi berlanjut di Kanada saat ia tersingkir dari lomba akibat DRS yang macet.
Pada Grand Prix Eropa, Schumi berhasil bangkit secara menakjubkan dan mampu meraih posisi finis ketiga setelah Pastor Maldonado dan Lewis Hamilton bertabrakan. Ia sebenarnya terancam terkena penalti karena diduga menggunakan DRS di zona terlarang saat melawan Mark Webber yang finis di posisi keempat. Dalam usia 43 tahun dan 173 hari, Schumi menjadi pembalap tertua setelah Jack Brabham yang finis di kedua pada Grand Prix Inggris 1970. Schumi juga mencetak putaran tercepat ke-77-nya pada Grand Prix Jerman di Hockenheim. Pada Grand Prix Belgia, ia menjadi pembalap kedua setelah mantan rekan setimnya, Rubens Barrichello, yang mampu mencatatkan jumlah partisipasi dalam lomba F1 sebanyak 300 kali. Ia finis ketujuh pada lomba tersebut.
Pada tanggal 28 September 2012, diumumkan bahwa Lewis Hamilton akan menggantikan posisi Schumi di tim Mercedes mulai musim 2013. Berselang sepekan kemudian, Schumi akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya dari ajang F1 di akhir musim 2012. Pada Grand Prix Brasil, Schumi mengakhiri karier F1-nya dengan meraih posisi ketujuh. Secara keseluruhan, Schumi berada di posisi ketigabelas klasemen akhir musim 2012.
Pengujian bersama tim lainnya
= Ligier (1994)
=Pada tanggal 12 Desember 1994, Michael Schumacher berpartisipasi dalam tes musim dingin yang digelar di Sirkuit Estoril, Portugal, dengan mengendarai mobil Ligier JS39B yang bermesin Renault. Sebelumnya, pada bulan Mei, terungkap bahwa Flavio Briatore dan Tom Walkinshaw telah sepakat untuk mengakuisisi tim Ligier yang pada saat itu menghadapi kesulitan keuangan, dengan pemiliknya, Cyril de Rouvre, yang dipenjara karena kasus penipuan. Keputusan Briatore untuk membeli tim Ligier juga berhubungan erat dengan kontrak mesin Renault yang dimiliki oleh tim Ligier, yang kemudian dialihkan ke tim Benetton untuk musim 1995. Dalam tes tersebut, Schumi mencatatkan waktu tercepat ketiga di belakang dua pembalap Williams, yaitu Damon Hill dan David Coulthard.
= Sauber (1997)
=Pada tanggal 12 September 1997, Schumi melakukan pengujian mobil Sauber C16 di Sirkuit Fiorano. Pada musim tersebut, tim Sauber memulai kontrak kerjasama dengan Ferrari untuk pasokan mesin, dan mereka meminta Schumi untuk memberikan pendapat dan masukan mengenai mobil yang disetel dengan tangki bahan bakar yang diisi se-ringan mungkin. Dalam tes yang diselenggarakan tertutup tersebut, Schumi berhasil menempuh 84 putaran dan mencatatkan waktu tercepat 1 menit dan 1 detik..
= Minardi (2002)
=Pada tanggal 25 Oktober 2002, Schumi melakukan pengujian dengan mobil Minardi dua kursi di Sirkuit Fiorano. Dalam tes ini, ia juga mengajak beberapa teman dekatnya untuk ikut mengendarai mobil, termasuk istrinya sendiri, Jean Todt, dan dua pemilik tim Minardi, yaitu Paul Stoddart dan Gian Carlo Minardi. Secara khusus, tim Minardi memilih untuk mengecat mobilnya dengan warna merah, berbeda dari warna biasanya yang hitam. Setelah pengujian tersebut, tim Minardi melanjutkan penggunaan mobil ini dalam acara Minardi Day yang digelar di Sirkuit Imola pada tanggal 27 Oktober.
Statistik
= Musim ke musim
== Hasil perlombaan
=(Kunci) (Lomba yang ditebalkan mengindikasikan pole position sementara lomba yang dimiringkan mengindikasikan lap tercepat.)
‡ Schumi terkena diskualifikasi dari klasemen musim 1997 dikarenakan gaya membalap berbahaya di lomba GP Eropa 1997, saat ia mencoba menyingkirkan Jacques Villeneuve. Poin yang ia raih di musim tersebut, jika tidak didiskualifikasi, akan menempatkannya di urutan kedua klasemen pembalap.
† Pembalap tidak masuk finis dalam lomba, tetapi dianggap "finis" karena sudah menempuh 90% dari jarak perlombaan.
Referensi
= Situs web dan jurnal lainnya
== Daftar pustaka
=Pranala luar
Situs web resmi (Inggris) (Jerman)
Profil dalam situs resmi Formula Satu
Kata Kunci Pencarian:
- Formula Satu
- Michael Schumacher
- Karier Michael Schumacher dalam Formula Satu
- Mercedes-Benz dalam Formula Satu
- Formula Satu musim 2024
- Daftar perlombaan Grand Prix Formula Satu yang dimenangkan oleh Michael Schumacher
- Gina-Maria Bethke
- Daftar pencapaian karier yang diraih oleh Michael Schumacher
- Mick Schumacher
- Kontroversi yang melibatkan Michael Schumacher