- Source: Ken Arok Ken Dedes
- Source: Ken Arok & Ken Dedes
ken" target="_blank">Ken Arok ken" target="_blank">Ken Dedes adalah sebuah film legenda Indonesia dari abad ke 13 yang sangat populer terutama di pulau Jawa, film yang dibintangi Eva Arnaz dan George Rudy ini disutradarai Djun Saptohadi. Dirilis pada tahun 1983.
Sinopsis
ken" target="_blank">Ken Arok dibesarkan di dunia hitam
oleh Lembong, perampok, yang
menemukannya di kuburan ketika
masih bayi. Karena tingkah lakunya
yang keterlaluan, ken" target="_blank">Ken Arok diusir lalu
hidup bersama Bango Samparan. Inipun
tidak berlangsung lama, karena terjadi
keributan dengan istri Samparan.
Karena ken" target="_blank">Ken Arok sering merampok
kiriman upeti kerajaan, ia menjadi
buronan.
Di tengah kelananya, ia bertemu
pendeta Loh Gawe yang banyak
memberikan ilmu kepemimpinan.
Sementara itu, Akuwu Tumapel,
Tunggul Ametung berhasil menculik
ken" target="_blank">Ken Dedes untuk dijadikan isteri. Atas
jasa Loh Gawe, ken" target="_blank">Ken Arok dapat diterima
menjadi prajurit di Tumapel. Sejalan
dengan kariernya di istana, begitu ken" target="_blank">Ken
Arok melihat ken" target="_blank">Ken Dedes, ia langsung
jatuh cinta. Niat buruk untuk
membunuh Tunggul Ametung pun
muncul di benaknya.
Karena Loh Gawe tidak setuju dengan
niatnya, ken" target="_blank">Ken Arok meminta restu ayah
angkatnya, Bango Samparan. Maka ia
lalu memesan keris kepada Empu
Gandring. Kecewa atas pesanan keris
yang tidak kunjung selesai, ken" target="_blank">Ken Arok
marah dan membunuh Empu Gandring
dengan keris yang dipesannya. Sebelum
meninggal, Gandring sempat mengutuk
ken" target="_blank">Ken Arok, bahwa ia juga akan mati oleh
keris itu. Di istana, ken" target="_blank">Ken Arok menitipkan
kerisnya kepada Kebo Ijo, perwira
sombong yang suka pamer dan
mengatakan bahwa keris itu adalah
miliknya sendiri. Suatu malam, ken" target="_blank">Ken
Arok mencuri kerisnya dari Kebo Ijo lalu
membunuh Tunggul Ametung. Rakyat
Tumapel gempar, dan menuduh Kebo
Ijo sebagai pembunuhnya. Niat ken" target="_blank">Ken
Arok mengawini ken" target="_blank">Ken Dedes tercapai
sudah, bahkan menggantikan
kedudukan Tunggul Ametung dan
mengembangkan kerajaan. ken" target="_blank">Ken Arok
tetap tidak terhindar dari kutukan
Empu Gandring.
Pemeran
Eva Arnaz sebagai ken" target="_blank">Ken Dedes
George Rudy sebagai ken" target="_blank">Ken Arok
Advent Bangun sebagai Tunggul Ametung
Bram Adrianto sebagai Kebo Ijo
Herman Permana sebagai Mpu Gandring
Toro Margens sebagai Lembu Watangan
Arthi Dewi sebagai ken" target="_blank">Ken Umang
Harun Syarief sebagai Bango Samparan
Deddy Sutomo
Aminah Cendrakasih
Inne Glorianie
Ali Akbar
Gatot Subrata
Baron Achmadi
Syamsuri Kaempuan
Baron Hermanto sebagai Pawaka
Emmy Husen
Wijono Soewardjo
Referensi
ken" target="_blank">Ken Angrok biasa disebut ken" target="_blank">Ken Arok atau Sri Ranggah Rajasa atau Sri Girinathaputra lahir di timur Gunung Kawi pada tahun 1182, wafat di istana Tumapel, Kutaraja pada tahun 1227, adalah pendiri dari Wangsa Rajasa dan Kerajaan Tumapel yang lebih dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari. Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi pada tahun 1222. Menurut pararatonKen Arok adalah putra dari ken" target="_blank">Ken Endog dengan Raja Jenggala Sri Maharaja Jayamerta Sang Brahmaraja Girindrattama Girinatha Wiswarupakumara,seorang Raja Jenggala yang mengalahkan Raja Kertajaya Kedhiri / Panjalu.
Silsilah
Raja Jenggala yang pada awal tahun 1194M menggempur Panjalu Kediri adalah Sri Maharaja Girindra, ayah dari Putri Sasi Kirana. Raja Jenggala ini disebut pula sebagai Sri Maharaja Jayamerta Sang Girindratama Girinatha wiswarupakumara, raja yang menganut agama Siwa. Girindra maupun Girinata artinya raja gunung. Sang Girinata juga sebutan lain bagi Dewa Siwa.
Selain memiliki putri bernama Sasi Kirana, Sri Maharaja Girindra ini juga memiliki seorang putra dari istri selir yang dikenal Pararaton sebagai ken" target="_blank">Ken Arok.
Versi Pararaton
ken" target="_blank">Ken Arok lahir pada tahun 1182, sebagai putra bangsawan dari Campara (Bacem, Sutojayan, Blitar) dengan seorang wanita desa Pangkur (Jiwut, Nglegok, Blitar) bernama ken" target="_blank">Ken Ndok. .Beliau telah meninggal dunia saat ken" target="_blank">Ken Arok masih dalam kandungan. Pada saat ibunya dibawa ke Kediri, bayi ken" target="_blank">Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
ken" target="_blank">Ken Arok tumbuh menjadi berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi dari desa Karuman (sekarang Garum, Blitar) yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan.
ken" target="_blank">Ken Arok yang tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango Samparan dan Istri mudanya yang bernama Thirthaja (Istri muda Bango Samparan mempunyai lima anak, yaitu Panji Bawuk, Panji Kuncang, Panji Kunal, Panji Kenengkung dan yang bungsu wanita bernama Cucupuranti), kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng (sekarang Senggreng, Sumberpucung, Malang). Keduanya pun menjadi pasangan perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.
Setelah itu, ken" target="_blank">Ken Arok bertemu seorang Brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe yakin kalau ken" target="_blank">Ken Arok adalah orang yang dicarinya.
Berdasarkan Serat Pararaton, ken" target="_blank">Ken Arok (disebut pula ken" target="_blank">Ken Aŋgrok) digambarkan juga sebagai keturunan Dewa Brahma. Hal ini secara simbolis menggambarkan perbedaan status sosial kognitif ken" target="_blank">Ken Arok di kemudian hari dengan anak-anak seusianya pada saat itu.
= Merebut Tumapel
=Lohgawe kemudian membawa ken" target="_blank">Ken Arok ke Kadipaten Tumapel (sekarang Singosari, Malang) yaitu salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri, yang saat itu di pimpin oleh seorang akuwu (setara camat zaman sekarang) bernama Tunggul Ametung. Atas bantuan Lohgawe, ken" target="_blank">Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung.
ken" target="_blank">Ken Arok kemudian tertarik pada ken" target="_blank">Ken Dedes istri Tunggul Ametung yang sangat cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau ken" target="_blank">Ken Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat ken" target="_blank">Ken Arok berhasrat untuk menyingkirkan Tunggul Ametung dan merebut ken" target="_blank">Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.
= Keris Mpu Gandring
=Demi menjalankan ambisinya, ken" target="_blank">Ken Arok membutuhkan senjata ampuh, untuk membunuh Tunggul Ametung yang terkenal sakti. Ayah angkat ken" target="_blank">Ken Arok, Bango Samparan, kemudian memperkenalkan ken" target="_blank">Ken Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang (sekarang Plumbangan, Doko, Blitar) yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
Atas permintaan ken" target="_blank">Ken Arok, Mpu Gandring sanggup membuatkan senjata yaitu sebilah keris pusaka dalam waktu satu tahun. ken" target="_blank">Ken Arok yang tidak sabar, lima bulan kemudian datang mengambil pesanan, Mpu Gandring menolak memberikan Keris yang belum sempurna tersebut, akhirnya keris itu direbut ken" target="_blank">Ken Arok dan ditusukkan kepada Mpu Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh tujuh orang penguasa, termasuk ken" target="_blank">Ken Arok sendiri dan keturunannya.
= Pembunuhan Tunggul Ametung
=Setelah kembali ke Tumapel, ken" target="_blank">Ken Arok menjalankan rencananya untuk melenyapkan dan merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula ia memberikan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris Mpu Gandring sebagai miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat ken" target="_blank">Ken Arok berhasil.
Malam berikutnya, ken" target="_blank">Ken Arok mencuri keris pusaka itu dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. ken" target="_blank">Ken Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya, tetapi ia pun mendukung rencana pembunuhan itu, karena ken" target="_blank">Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi rasa keterpaksaan.
Keesokan harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena keris Mpu Gandring yang di anggap miliknya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.
Setelah Tunggul Ametung mati, ken" target="_blank">Ken Arok lalu mengangkat dirinya sebagai Akuwu baru Tumapel dan menikahi ken" target="_blank">Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang keputusan itu. ken" target="_blank">Ken Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung, bernama Anusapati, disebut juga Panji Anengah.
= Mendirikan Kerajaan Tumapel
=Pada tahun 1221 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta perlindungan ken" target="_blank">Ken Arok karena diserang oleh Kertajaya. Dengan adanya kesempatan itu dan di dukung oleh para kaum brahmana, ken" target="_blank">Ken Arok pun memberontak dan mempersiapkan penyerangan terhadap Kerajaan Kediri, ia menyatakan Kadipaten Tumapel sebagai "Kerajaan" merdeka yang lepas dari Kerajaan Kediri. Sebagai raja pertama Tumapel ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Di lain pihak, Raja Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) menyatakan tidak takut menghadapi serangan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar hal itu, ken" target="_blank">Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa (= Bhatara Guru) dan siap berperang melawan Kertajaya.
= Pertempuran Genter
=Pada tahun 1222, ken" target="_blank">Ken Arok memimpin pasukan Tumapel menyerang Kadiri. Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi di dekat desa Genter (Ganter), wilayah timur Kediri. Pada pertempuran ini, pihak Kadiri kalah dan Kertajaya diberitakan melarikan diri naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.
Kemenangan yang menentukan tersebut menyebabkan runtuhnya kerajaan Kadiri pimpinan Kertajaya dan mengukuhkan kekuasaan ken" target="_blank">Ken Arok di Jawa Timur, serta dimulainya Kerajaan Tumapel, dan pendirian pemerintahan Dinasti Rajasa.
= Kematian ken" target="_blank">Ken Arok
=Setelah Mahisa Wong Ateleng beranjak dewasa, ken" target="_blank">Ken Arok mengangkat Mahisa Wong Ateleng sebagai penguasa Kediri. Hal ini menyebabkan Anusapati merasa heran pada sikap ken" target="_blank">Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua ken" target="_blank">Ken Arok. Pada tahun 1227, setelah mendesak ibunya (ken" target="_blank">Ken Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya yaitu Tunggul Ametung telah mati dibunuh oleh ken" target="_blank">Ken Arok.
Setelah Anusapati berhasil mendapatkan Keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan ken" target="_blank">Ken Dedes. Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuh ken" target="_blank">Ken Arok. ken" target="_blank">Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan. Kemudian, Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak dan mengangkat dirinya menjadi raja Tumapel menggantikan ken" target="_blank">Ken Arok.
Peristiwa kematian ken" target="_blank">Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247 M (1169 Ç). Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sri Rajasa dalam Pararaton diperkuat oleh prasasti Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan kalau kematian Sri Rajasa memang tidak sewajarnya.
Versi Nagarakretagama
Nama ken" target="_blank">Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam Nagarakretagama (1365). Naskah tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan putra Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182.
Pada tahun 1222 Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa Girinathaputra (kemungkinan nama anumerta). Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun 1254 diganti menjadi Singasari oleh Wisnuwardhana).
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada tahun 1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.
Kematian Sang Rajasa dalam Nagarakretagama terkesan wajar tanpa pembunuhan. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk keluarga besar Hayam Wuruk, sehingga peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja Majapahit dianggap aib.
Berdasarkan Negarakertagama, telah didirikan candi pendarmaan ken" target="_blank">Ken Arok di Genengan sebagai Siwa dan di Usana sebagai Budha. Candi pendarmaan ini dipercaya berada di Situs Gunung Katu (sebagai Siwa) dan Situs Sokan (sebagai Budha) yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi dan masuk ke dalam wilayah Wagir, Kabupaten Malang. Bekas-bekasnya menunggu untuk digali lebih lanjut.
Keturunan ken" target="_blank">Ken Arok dan ken" target="_blank">Ken Dedes
Permaisuri
ken" target="_blank">Ken Dedes
Anak:
Anusapatidikenal juga dengan gelar Bhatara Anusapati
Mahisa Wong Atelengdikenal juga dengan gelar Bhatara Parameswara
Apanji Saprang
Agnibhaya (identik dengan Guningbhaya)
Dewi Rumbu
Selir
ken" target="_blank">Ken Umang
Anak:
Tohjaya
Panji Sudhatu
Wergola
Dewi Rambi
ken" target="_blank">Ken Dedes telah melahirkan empat orang anak ken" target="_blank">Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga Teleng, Apanji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rumbu.
ken" target="_blank">Ken Arok juga memiliki selir bernama ken" target="_blank">Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudhatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Selain itu, ken" target="_blank">Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung (versi Pararaton) yang bernama Anusapati. Semua anak ken" target="_blank">Ken Arok berjumlah 9 orang, 1 anak tiri laki-laki, 6 anak kandung laki-laki dan 2 anak kandung wanita.
Nama dan Karakter ken" target="_blank">Ken Arok
Nama asli ken" target="_blank">Ken Arok atau Sri Rajasa tidak diketahui. Nama ken" target="_blank">Ken Arok hanya dijumpai dalam Pararaton, sehingga diduga kuat merupakan nama ciptaan si pengarang sebagai nama masa muda dari Sri Rajasa. "ken" target="_blank">Ken" diartikan "putra atau putri pejabat", nama "Arok", diduga berasal dari kata "rok" yang artinya "rampas", jadi nama "Arok" bisa juga diartikan "perampas". Tokoh ken" target="_blank">Ken Arok memang dikisahkan sebagai anak pejabat yang suka merampas dan gemar berkelahi. Sedangkan "Sri" artinya "Bangsawan" (raja atau ratu), nama Rajasa dalam bahasa sansekerta diartikan dengan "merebut". Selain dijumpai dalam naskah sastra Pararaton dan Negarakertagama, juga dijumpai dalam "Prasasti Balawi" yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya, pendiri Majapahit tahun 1305. Dalam prasasti itu Raden Wijaya mengaku sebagai anggota keluarga Wangsa Rajasa dan memang adalah keturunan Rajasa. Nama "Sri Rajasa" ini adalah bentuk halus dari nama "ken" target="_blank">Ken Arok".
Pengarang Pararaton juga menciptakan karakter tokoh ken" target="_blank">Ken Arok sebagai masa muda Sri Rajasa dengan penuh keistimewaan. ken" target="_blank">Ken Arok sendiri diberitakan sebagai putra Brahma, titisan Wisnu, serta penjelmaan Siwa, sehingga seolah-olah karakter dan kekuatan Trimurti berkumpul dalam dirinya.
Terlepas dari benar atau tidaknya kisah ken" target="_blank">Ken Arok, dapat ditarik kesimpulan kalau Sri Rajasa, pendiri Kerajaan Tumapel, merupakan seorang anak bangsawan, yang dipercaya sebagai titisan Dewa, yang memiliki kecerdasan (Brahma), wibawa (Wisnu) dan keberanian (Siwa), di atas rata-rata sehingga dapat mengantarkan dirinya sebagai pendiri dan pembangun suatu dinasti baru yang menggantikan dominasi keturunan Airlangga dan Wangsa Isyana dalam memerintah pulau Jawa.
Referensi
Kepustakaan
Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Pogadaev, V. A. The Bloody Throne of Java. Zhivaya istoriya Vostoka (The Live History of Orient). Мoscow: Znanie, 1998, p. 172-179.
Lihat pula
Kerajaan Singhasari
Museum Singhasari
ken" target="_blank">Ken Dedes
Tunggul Ametung
Mpu Gandring
Pemberontakan ken" target="_blank">Ken Arok
Kata Kunci Pencarian:
- Ken Arok
- Ken Dedes
- Kerajaan Singasari
- Ken Arok Ken Dedes
- Ken Arok & Ken Dedes
- Arok Dedes
- Guntur Triyoga
- Tunggul Ametung
- Marissa Christina
- Billy Boedjanger
- Ken Arok
- Ken Dedes
- Anusapati
- National emblem of Indonesia
- Pararaton
- Advent Bangun
- Laudya Cynthia Bella
- Index of Indonesia-related articles
- Marcellino Lefrandt
- List of Indonesia-related topics