- Source: Kereta semi cepat
Kereta semi cepat (bahasa Inggris: Higher-speed rail; HrSR), juga dikenal sebagai kereta semi-kecepatan tinggi adalah nama yang digunakan untuk menggambarkan layanan kereta api penumpang antarkota yang memiliki kecepatan maksimum lebih tinggi dari kereta api konvensional, tetapi tidak lebih tinggi untuk disebut sebagai layanan kereta kecepatan tinggi. Istilah ini juga digunakan oleh para perencana untuk mengidentifikasi perbaikan rel tambahan untuk meningkatkan kecepatan kereta api dan mengurangi waktu tempuh, sebagai upaya alternatif yang lebih besar untuk membuat atau memperluas jaringan rel kecepatan tinggi.
Meskipun definisi kereta semi cepat berbeda dari satu negara ke negara lain, sebagian besar negara mendefiniskan layanan kereta semi cepat sebagai kereta yang beroperasi dengan kecepatan hingga 200 km/jam.
Konsep kereta semi cepat ini dipandang sebagai upaya untuk memperbarui jalur kereta api lama menjadi jalur kereta kecepatan tinggi (dengan kecepatan lebih dari 250 km/jam), tetapi biasanya kurang dari kecepatan yang diinginkan. Kecepatan yang lebih tinggi dicapai melalui berbagai cara termasuk memnambah sarana perkeretaapian baru seperti kereta miring, meningkatkan jalur rel dengan kurva yang lebih dangkal, elektrifikasi, persinyalan di dalam kabin, dan penghentian/perhentian yang lebih sedikit.
Batas kecepatan
Di Kanada, asumsi tentang perlintasan sebidang adalah: bahwa pengoperasian layanan kereta semi cepat antara 160 dan 200 km/jam akan membutuhkan "tingkat perlindungan yang lebih tinggi di area tertentu".
Di Amerika Serikat, sebagian besar rel kereta api digunakan sebagai pengangkutan barang dengan perlintasan sebidang. Kereta penumpang di banyak koridor beroperasi di jalur yang sama dengan kereta barang. Sebagian besar kecepatan kereta api dibatasi hingga 79 mil/jam (127 km/jam), kecuali jika dilengkapi dengan persinyalan kabin otomatis, perhentian kereta otomatis, kontrol kereta otomatis, atau sistem kontrol kereta positif yang disetujui oleh Federal Railroad Administration (FRA). Dalam pengembangan layanan kereta semi cepat, salah satu sistem keselamatan tersebut harus digunakan.
Selain itu, FRA mengklasifikasi kualitas perlintasan yang mengatur batas kecepatan kereta sebagai Kelas 5, Kelas 6, Kelas 7, dan Kelas 8 untuk kecepatan tertinggi masing-masing yakni 90 mil/jam (145 km/jam), 110 mil/jam (175 km/jam), 125 mil/jam (200 km/jam), dan 160 mil/jam (255 km/jam). FRA juga mengatur desain dan standar keselamatan kereta, untuk memastikan kereta api yang beroperasi pada kecepatan 80 mil/jam (130 km/jam) hingga 125 mil/jam (200 km/jam) memenuhi standar Tier I, dan kereta api yang beroperasi dengan kecepatan hingga 150 mil/jam (240 km/jam) memenuhi standar Tier II.
Keterbatasan lainnya adalah keamanan perlintasan sebidang yang membatasi seberapa cepat kereta bisa melaju. Perlintasan sebidang umumnya merupakan bagian paling berbahaya dari jaringan kereta api dengan sejumlah besar insiden fatal yang terjadi pada perlintasan sebidang. FRA menetapkan aturan batas kecepatan kereta untuk melewati jalur dengan perlintasan sebidang sebagai berikut:
Kereta dengan kecepatan 110 mil/jam (175 km/jam) atau kurang: Diizinkan melewati perlintasan sebidang. Setiap negara bagian dan operator rel kereta api bekerja sama untuk menentukan perangkat peringatan yang diperlukan seperti rambu peringatan, lampu kedip, dua palang rel, palang gerbang panjang, pembatas median, dan berbagai kombinasinya.
Kereta dengan kecepatan 110 hingga 125 mil/jam (175 hingga 200 km/jam): Diizinkan melewati perlintasan hanya jika "penghalang yang tidak dapat ditembus" memblokir lalu lintas jalan raya saat kereta mendekat.
Kereta dengan kecepatan di atas 125 mil/jam (200 km/jam): Tidak diizinkan melewati perlintasan.
Di Eropa, batas di atas perlintasan sebidang biasanya berkisar 160 km/jam. Di Swedia terdapat aturan khusus yang mengizinkan kereta mencapai 200 km/jam di perlintasan jika terdapat penghalang dan pendeteksi kendaraan jalan otomatis berdiri di lintasan. Di Rusia, kecepatan 250 km/jam diizinkan melewati perlintasan sebidang. Britania Raya memiliki jalur kereta api dengan kecepatan 200 km/jam yang masih menggunakan perlintasan sebidang.
Dengan keterbatasan-keterbatasan di atas, banyak perencana transportasi daerah berfokus untuk memperbarui kereta api agar memiliki kecepatan tertinggi hingga 175 km/jam saat mengusulkan layanan kereta semi cepat yang baru.
Kategori serupa
Negara-negara yang telah mengembangkan dan memperbarui jalur kereta api di akhir abad ke-20 dan awal tahun 2000-an memiliki layanan kereta antarkota dengan rentang kecepatan yang sebanding dengan kereta semi cepat, tetapi tidak memiliki sebutan khusus "kereta semi cepat". Di bawah ini adalah beberapa contoh layanan tersebut.
Eropa: Layanan InterCity di beberapa negara Eropa memiliki rata-rata kecepatan tertinggi hingga 160 km/jam, tetapi juga bisa mencapai 200 km/jam. Kereta antarkota yang melintasi perbatasan antar negara biasanya disebut sebagai EuroCity dan mencapai kecepatan yang sama jalur yang memungkinkan. Kereta kecepatan tinggi juga dapat menggunakan jalur yang ditingkatkan dan dielektrifikasi selama sebagian perjalanannya dengan kecepatan hingga 220 km/jam.
Jepang: Jalur Mini-shinkansen di Jepang adalah jalur konvensional yang telah diubah dari sepur sempit menjadi sepur standar untuk memungkinkan kereta Shinkansen melewatinya dengan kecepatan tertinggi 130 km/jam. Namun, Uni Kereta Api Internasional mengakui jalur Mini-shinkansen sebagai jalur kecepatan tinggi. Dua jalur Mini-shinkansen telah dibangun: Yamagata Shinkansen dan Akita Shinkansen. Kedua jalur ini bercabang dari jalur kecepatan tinggi Tōhoku Shinkansen dengan kecepatan tertinggi 320 km/jam.
Spanyol: Banyak layanan kereta antarkota yang dioperasikan oleh perusahaan kereta api nasional Renfe Operadora yang tidak diklasifikasikan sebagai kereta semi cepat. Layanan tersebut adalah Alaris, Altaria, Arco, dan Talgo (dari Talgo III ke Talgo VII) dengan kecepatan tertinggi 160 dan 200 km/jam.
Norwegia: Di Norwegia, kadang-kadang dibicarakan tentang høy hastighet yang dapat dibandingkan dengan kereta semi cepat, dan høyhastighet, kereta kecepatan tinggi. Sebagian besar jaringan rel ini sudah tua, dengan tikungan tajam, dan kecepatan hanya 70–130 km/jam. Jalur di sekitar Oslo telah ditingkatkan atau diperbarui. Di beberapa bagian seperti Follobanen (Oslo–Ski, 22 km) dibangun atau direncanakan untuk kecepatan 250 km/jam meskipun yang lain untuk høy hastighet yakni 160 km/jam atau 200 km/jam. Dengan cara yang sama, kereta FLIRT Norwegia dan lokomotif El 18 memiliki kecepatan tertinggi 200 km/jam. Jalur Gardermobanen disebut sebagai jalur kecepatan tinggi, dan kereta GMB Class 71 dan NSB Class 73 sering disebut sebagai kereta kecepatan tinggi dengan kecepatan tertinggi 210 km/jam. Namun, karena batasan yang mengabur, terkadang kereta FLIRT juga disebut sebagai kereta kecepatan tinggi.
Swedia: SJ (Kereta Api Swedia) mengoperasikan layanan kereta antarkota dengan kereta X 2000 dan SJ3000 (X55) di rute-rute utama di seluruh Swedia dengan kecepatan tertinggi 205 km/jam. Operator mencapnya sebagai snabbtåg ("kereta cepat"). Namun, Uni Kereta Api Internasional hanya mengakui jalur berkecepatan 320 km/jam dari Stockholm ke Malmö dan Göteborg sebagai satu-satunya jalur kereta kecepatan tinggi di Swedia yang masih direncanakan, dan disebut "höghastighetsbanor" (jalur kecepatan tinggi).
Jerman: Kereta regional di jalur kecepatan tinggi München-Nürnberg dibangun untuk kecepatan 300 km/jam berjalan dengan kecepatan 200 km/jam tanpa disebut sebagai kereta semi sepat. Kereta tersebut menggunakan lokomotif yang digunakan untuk kereta antarkota di jalur lain dan kereta semi cepat (dibandingkan dengan kereta regional lainnya) dipilih untuk meningkatkan kapasitas.
Britania Raya: Terdapat layanan yang beroperasi dengan kecepatan 200 km/jam, seperti ECML, WCML, GWML, dan MML.
Korea Selatan: MOLIT membagi jalur kereta api menjadi tiga kategori: jalur kereta kecepatan tinggi (고속철도노선), jalur kereta semi cepat (준고속철도노선), dan jalur kereta konvensional (일반철도노선). Jalur kereta kecepatan tinggi terbatas di jalur khusus untuk kecepatan maksimum lebih dari 300 km/jam, sedangkan jalur kereta semi cepat dapat berupa jalur campuran dengan kecepatan maksimum antara 200– 300 km/jam. Untuk jalur kereta konvensional, karena keterbatasan sistem persinyalan dan batas kecepatan, sebagian besar kereta dibatasi dengan kecepatan maksimum di bawah 150 km/jam. Namun, jalur Gyeongchun telah diperbarui menjadi jalur kereta semi cepat, dengan kereta ITX-Cheongchun yang dirancang khusus mencapai kecepatan maksimum 180 km/jam.
Galeri
Lihat pula
Kereta kecepatan tinggi
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Kereta semi cepat
- Kereta kecepatan tinggi di Indonesia
- Stasiun Padalarang
- Kereta kecepatan tinggi
- Vande Bharat Express
- Jalur kereta api Boten–Vientiane
- Shinkansen
- Kereta Cepat Semboku
- Fuxing (kereta api)
- Semikonduktor
- High-speed rail in Indonesia
- Jakarta–Surabaya line
- Transport in Jakarta
- Rail transport in Indonesia
- Surabaya
- COVID-19 pandemic in Indonesia