- Source: Kesalehan dan kecerdasan
Studi tentang kesalehan dan kecerdasan (religiositas dan inteligensi) mengeksplorasi hubungan antara kesalehan (religiositas) dan masalah yang terkait dengan kecerdasan (inteligensi) dan tingkat pendidikan (menurut negara dan pada tingkat individu). Kesalehan dan kecerdasan keduanya merupakan topik kompleks yang mencakup beragam variabel, dan interaksi-interaksi antara variabel tidak selalu dipahami dengan baik. Misalnya, kecerdasan sering didefinisikan secara berbeda oleh para peneliti yang berbeda, dan juga semua nilai dari tes kecerdasan hanya perkiraan kecerdasan karena pengukuran konkret, seperti pengukuran massa atau jarak, tidak dapat dicapai mengingat sifat abstrak dari konsep "kecerdasan".
Kesalehan juga rumit karena melibatkan beragam variasi interaksi antara keyakinan, praktik, perilaku, dan afiliasi keagamaan dalam beragam budaya.
Sebuah analisis meta menemukan korelasi negatif yang terukur antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kesalehan untuk masyarakat barat, tetapi banyak uji coba yang dilakukan menghasilkan hasil yang sangat ambigu.
Korelasi ini dikemukakan sebagai hasil dari ketidaksesuaian, lebih banyak gaya berpikir kognitif dan kurang intuitif di antara yang kurang religius, dan kurangnya kebutuhan akan agama sebagai sebuah mekanisme koping. Beberapa penelitian telah menunjukkan korelasi antara IQ rata-rata nasional dan tingkat ateisme dalam masyarakat, walaupun yang lain mempertanyakan apakah ada korelasi karena berbagai faktor sosial, ekonomi, pendidikan, dan sejarah yang kompleks, yang berinteraksi dengan agama dan IQ dengan cara yang berbeda. Negara-negara yang kurang berkembang dan miskin cenderung lebih religius, mungkin karena agama memainkan peran sosial, moral, dan budaya yang lebih aktif di negara-negara tersebut.
Satu studi menunjukkan bahwa pemikiran intuitif mungkin merupakan satu dari banyak sumber yang memengaruhi tingkat kesalehan dan bahwa pemikiran analitis mungkin satu dari banyak sumber yang mempengaruhi ketidakpercayaan. Namun, lainnya yang telah meninjau studi tentang pemikiran analitik dan kalangan orang yang tidak percaya agama mengemukakan bahwa pemikiran analitis tidak menyiratkan refleksi yang lebih baik tentang masalah agama atau ketidakpercayaan.
Sebuah studi global tentang pencapaian pendidikan menemukan bahwa orang-orang Yahudi, Kristen, orang-orang yang tidak beragama, dan umat Buddha, rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada rata-rata global.
Lihat pula
Garis besar kecerdasan manusia
Psikologi agama
Hubungan antara agama dan ilmu
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Shermer, M. (2000). How we believe. New York, NY: W.H. Freeman. ISBN 978-0-8050-7479-6.
Kata Kunci Pencarian:
- Kesalehan dan kecerdasan
- Kepentingan agama menurut negara
- Khairul Saleh
- Ekonomi agama
- Hadi Tjahjanto
- Pemilihan umum Presiden Indonesia 2024
- Soeharto
- Indonesia
- Rabi'ah al-Adawiyyah
- Umar bin Khattab