- Source: Keubitbit
Keubitbit adalah grup musik etnik asal Jakarta, Indonesia. Terbentuk pada tahun 2014, nama Keubitbit sendiri diambil dari bahasa Aceh yang berarti Kesungguhan.
Grup musik ini terdiri dari tujuh anggota: Safrullah ‘Aloel’ (bass elektrik/vokal utama/pemimpin band/produser), Indra Fahmi Hakim (drum, perkusi), Raden Trio Ananda Bagus Prakoso (saksofon), Trinanda Imawan Wibisono (kibor, piano akustik), Teuku Hariansyah ‘Apoen’ (perkusi Rapa’i, gendrang), Fahmil Arabi (vokal utama), dan Didin Marlin (gitar).
Berdasarkan semangat dan nuansa musik pesisir Sumatra yang berasal dari Aceh, Keubitbit berupaya menggali lebih dalam tentang tradisi musik Aceh, yang kemudian dikemas dengan paduan musik etnik dalam bentuk modern dan kontemporer.
Genre yang dibawakan oleh Keubitbit mencakup musik dunia, musik rakyat, hingga fusion jazz.
Diskografi Keubitbit secara keseluruhan hingga saat ini mencakup tiga album pada tahun 2017, 2021, dan 2023, serta tiga singel pada tahun 2018 dan 2019. Salah satu lagu yang berjudul "Peumulia Jamee" adalah hasil kolaborasi dengan tari urban dari Aceh yang dikenal sebagai Ratoeh Jaroe.
Keubitbit meraih predikat tertinggi untuk musik dan musisi Indonesia yang pertama kali diperoleh Aceh, sekaligus menjadikan sejarah baru bagi dunia musik di Aceh dengan menerima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards untuk kategori “Karya Produksi World Music Terbaik” melalui lagu yang berjudul “Saban Sabee” pada Anugerah Musik Indonesia tahun 2020.
Latar belakang
Keubitbit terinspirasi oleh kecemasan terhadap budaya yang perlahan memudar seiring berjalannya waktu. Dengan cinta yang dulu menjadi acuan kini memudar, Keubitbit berusaha menumbuhkan kembali kerinduan terhadap proses dan peristiwa budaya.
Filosofi berkesenian Keubitbit berpusat pada penciptaan karya yang lahir dari kegelisahan atas kisah-kisah masa lalu, yang kini seringkali hanya menjadi cerita di kalangan orang tua, terlebih di kalangan generasi muda saat ini.
Keubitbit hadir sebagai jembatan antara budaya modern dan tradisional, menghadirkan keduanya berdampingan untuk dinikmati dunia.
Selain itu, Keubitbit berfokus untuk menjadi wadah di dalam negeri yang mendorong pembangunan peradaban musik baru dalam lanskap musik Indonesia, khususnya musik Aceh.
Karya-karya Keubitbit banyak mengangkat tema kondisi sosial, keragaman budaya, dan tradisi yang utamanya berakar dari Aceh, hingga berbagai masalah dari berbagai aspek kehidupan.
Keunikan Keubitbit terletak pada penggunaan perkusi dari alat musik khas Aceh, serta melodi yang memiliki nuansa musik Timur Tengah, yang kemudian dilengkapi dengan ritme unik dari Rapa'i. Penggunaan lirik lagu bahasa Aceh dengan teknik bernyanyi cepat yang dipadukan dengan musik ritmis memberikan karakter kuat pada musik Keubitbit.
Rapai atau Rapa'i (alat musik pukul tradisional dari Aceh) adalah alat musik utama yang digunakan untuk memperkuat karakter lagu-lagu Keubitbit. Keubitbit mengombinasikan alat musik yang berasal dari Aceh ini dengan alat musik modern untuk menghasilkan kesempurnaan harmoni.
Sejarah
= 2014: Pembentukan dan penampilan awal
=Ide awal Keubitbit dimulai dari Safrullah ‘Aloel’ yang datang kepada Indra Fahmi Hakim untuk menginisiasi pembentukan sebuah band atau grup musik. Sebelum ada nama Keubitbit, mereka sudah mulai membawakan musik etnik Aceh dengan dua lagu utama, "Paloeng Meuasoe" dan "Haro Hara." Namun, di tahun 2014, formasi berubah dengan masuknya rapa’i. Ketika Teuku Hariansyah ‘Apoen’ bergabung, nama Keubitbit muncul, dan grup musik ini resmi berdiri di tahun yang sama.
Formasi awal Keubitbit terdiri dari Safrullah ‘Aloel’ (bass elektrik/vokal utama/pemimpin band/produser), Indra Fahmi Hakim (drum, perkusi), Teuku Hariansyah ‘Apoen’ (perkusi Rapa’i, gendrang), Indra Maulana (Rapa’i), Ivan Alidiyan (synthesizer), dan Faiz Pradana (gitar).
Di penghujung tahun 2014, Keubitbit sebagai musisi etnik tampil dalam festival Jazz Kota Tua.
= 2015: Anggota baru dan debut di Java Jazz Festival
=Di tahun 2015, Madra Primana (kibor, piano) dan Raden Trio Ananda Bagus Prakoso (saksofon) bergabung dengan Keubitbit.
Pada tahun yang sama, Keubitbit mencoba peruntungan dengan mengikuti audisi Jakarta International Java Jazz Festival, salah satu festival musik jazz terbesar di Indonesia yang menampilkan musisi jazz nasional dan internasional. Keubitbit berhasil memenangkan audisi tersebut dan berhak tampil di panggung Java Jazz on the Move, Jakarta International Java Jazz Festival, yang membuka jalan bagi mereka untuk tampil di festival musik tersebut pada tahun-tahun berikutnya.
= 2016: Penampilan festival dan kehadiran yang semakin dikenal
=Di tahun 2016, Keubitbit kembali tampil di Jakarta International Java Jazz Festival. Selain itu, mereka juga tampil di tiga festival lainnya, yaitu Sabang Jazz Festival, Sabang Marine Festival, dan Rapai International Festival.
Di penghujung tahun, Keubitbit tampil di pusat kebudayaan Amerika Serikat di Jakarta, @america, dalam acara Youth Jazz Showcase and Masterclass.
= 2017: Album perdana dan debut internasional
=Keubitbit melakukan debutnya di Sapa Indonesia, program berita dan talkshow yang ditayangkan di Kompas TV, sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Keubitbit juga tampil di Jakarta International Java Jazz Festival serta Holland Paradiso Festival di Amsterdam, Belanda.
Namun, di tahun yang sama, Ivan Alidiyan dan Faiz Pradana resmi keluar dari Keubitbit.
Pada bulan Juni, Keubitbit merilis album debut mereka Story Of Aceh. Album ini menjadi pintu gerbang perjalanan Keubitbit untuk pertama kalinya merilis karya secara digital dan fisik. Story Of Aceh mengeksplorasi lebih dalam karya-karya leluhur di Aceh dan menjadi fondasi utama keberlanjutan karya Keubitbit hingga saat ini. Intensi dari karya ini adalah untuk menyatukan visi dan misi mencintai dunia budaya tradisional Aceh melalui suara.
= 2018: Apresiasi budaya dan rilisan single baru
=Pada tahun 2018, Keubitbit tampil di Aceh Culinary Festival.
Setelah merilis album perdana pada tahun 2017, Keubitbit kembali melahirkan sebuah singel terbaru yang beredar di platform digital berjudul "Peumulia Jamee." Berbeda dengan video klip sebelumnya, kali ini Keubitbit mengangkat tarian Ratoh Jaroe, tarian urban yang berkembang di Jakarta, yang merupakan pengembangan dari beberapa tarian duduk khas adat tradisional yang berasal dari Aceh. Ini juga menjadi bentuk apresiasi dan rasa terima kasih Keubitbit terhadap Yusri Saleh (D'gam) yang telah memperkenalkan tarian Ratoh Jaroe ke kancah internasional.
= 2019: Identitas musik
=Di tahun 2019, Keubitbit tampil di Aceh Sumatera Expo.
Pada bulan November, Keubitbit merilis singel "3 Minutes About Us," yang merupakan rangkuman dari tiga karya maestro Rafly Kande. Keubitbit mencoba merangkum tiga karya tersebut menjadi cerita perjalanan yang membentuk identitas musik Keubitbit hari ini. Pada lagu ini, Keubitbit juga menggunakan alat musik tiup tradisional atau seruling dari Aceh yang bernama Serune Kalee.
Pada bulan Desember, Keubitbit merilis singel "Saban Sabee." Lagu ini sebelumnya diproduksi pada tahun 2006 oleh Kande, sebuah band asal Aceh. Namun, Keubitbit kemudian mengambil alih lagu ini dan melakukan aransemen ulang untuk memberikan sentuhan yang lebih segar. "Saban Sabee" berhasil memukau acara penghargaan bergengsi di Indonesia, Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards, dan dinominasikan dalam kategori "Karya Produksi World Music Terbaik." Keubitbit juga memenangkan penghargaan pada kategori ini di tahun berikutnya.
= 2020: Pengakuan penghargaan dan vokalis baru
=Keubitbit masuk dalam nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2020 sebagai "Karya Produksi World Music Terbaik" untuk singel "Saban Sabee" dan berhasil memenangkan penghargaan di kategori musik dunia tersebut.
Sejak akhir tahun 2020, Fahmil Arabi memulai perjalanannya dengan Keubitbit sebagai vokalis tambahan.
= 2021: Album kolaboratif dan eksperimen musik budaya
=Keubitbit merilis album Keubitbit Live Session ft Fahmil Arabi. Album ini menjadi penanda awal perjalanan Keubitbit bersama vokalis Fahmil Arabi, mengaransemen ulang karya Maestro Rafly Kande, dan menciptakan perjalanan baru untuk musik pop Aceh.
Mereka juga merilis EP Semua Rindu Bali, sebuah eksperimen kecil yang menggabungkan nuansa Bali dengan ritme dan nada khas Keubitbit, yang terdiri dari "Malahayati," "Meuseunoeh," dan "Tarek Pukat." Dalam tiga trek ini, karya tersebut menjadi fondasi utama sebagai pintu kolaborasi dengan musik tradisional lainnya.
Pada tahun yang sama, Trinanda Imawan Wibisono memulai perjalanan bersama Keubitbit.
= 2022: Penampilan di acara pariwisata nasional
=Keubitbit tampil di malam puncak Anugerah Pesona Indonesia (API) Award, rangkaian kegiatan tahunan yang diselenggarakan untuk membangkitkan pariwisata di tanah air yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
= 2023: Tonggak internasional dan rilisan album baru
=Madra Primana resmi keluar dari Keubitbit. Sementara, Fahmil Arabi (vokalis utama) dan Trinanda Imawan Wibisono (kibor, piano akustik) resmi bergabung.
Pada bulan Maret, Keubitbit tampil di Sirius Jazz Days 2023 yang berlokasi di Sirius Park of Science and Art di Sochi, Rusia. Mereka juga tampil di 23rd International Festival The Triumph of Jazz di Moskow, Rusia. Penampilan awal di Rusia ini menandai tonggak penting bagi Keubitbit dalam memperkenalkan musik dengan sentuhan budaya, dan tradisional Indonesia (khususnya Aceh) ke panggung global, yang disajikan dengan kemasan kontemporer dan modern. Momen ini juga penting karena menandai penampilan pertama di Rusia oleh grup musik budaya dan etnik Indonesia yang menggambarkan energi dan semangat Aceh.
Selama kunjungan ke Rusia ini, Keubitbit juga menyelenggarakan lokakarya untuk mahasiswa di dua institusi pendidikan di Moskow, yaitu Universitas Negeri Moskow M. V. Lomonosov, tepatnya di Institut Negeri-Negeri Asia dan Afrika, serta Tchaikovsky Moscow State Conservatory.
Pada bulan Juni, Keubitbit merilis album Peuneurah Bumoe. Album ini berarti "Seleksi Alam" dalam bahasa Indonesia, lahir dari berbagai liku-liku masalah yang menjadi cerita dalam proses karya Keubitbit. Keubitbit percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di Bumi harus melalui Seleksi Alam. Siapa yang bertahan, dialah pemenang dari perjuangan hidup yang ingin dicapai. Karya dalam album Peuneurah Bumoe adalah hasil seleksi alam yang terjadi dalam perjalanan Keubitbit.
Di bulan yang sama, Keubitbit kembali ke Rusia untuk tampil di acara Moscow Jazz Festival 2023.
Anggota
Sejak tahun 2023, formasi Keubitbit terdiri dari enam anggota tetap resmi:
Safrullah ‘Aloel’ – bass elektrik/vokal utama/pemimpin band/produser
Indra Fahmi Hakim – drum, perkusi
Raden Trio Ananda Bagus Prakoso – saksofon
Trinanda Imawan Wibisono – kibor, piano akustik
Teuku Hariansyah ‘Apoen’ – perkusi Rapa’i, gendrang
Fahmil Arabi – vokal utama
Diskografi
= Singel
== Album
=Video musik
Penghargaan dan nominasi
Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards adalah penghargaan musik tahunan bergengsi di Indonesia, yang sering disandingkan dengan Penghargaan Grammy di Amerika dan Brit Awards di Inggris. Didirikan pada tahun 1997 oleh ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia), dan KCI (Karya Cipta Indonesia), penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi untuk keunggulan musik di Indonesia.
Keubitbit memenangkan Penghargaan AMI untuk Karya Produksi World Music Terbaik dari nominasi mereka.
Penampilan
Festival Jazz Kota Tua, Kota Tua Jakarta, Indonesia (2014)
Java Jazz on the Move, Jakarta International Java Jazz Festival, Indonesia (2015)
Jakarta International Java Jazz Festival, Indonesia (2016)
Sabang Jazz Festival, Sabang, Aceh, Indonesia (2016)
Sabang Marine Festival, Sabang, Aceh, Indonesia (2016)
International Rapa'i Festival, Aceh, Indonesia (2016)
Youth Jazz Showcase and Masterclass, @america, Jakarta, Indonesia (2016)
Live at Sapa Indonesia, Kompas TV, Indonesia (2017)
Jakarta International Java Jazz Festival, Indonesia (2017)
Holland Paradiso Festival, Amsterdam, Belanda (2017)
Fun Run Road to Aceh Marathon, Jakarta, Indonesia (2018)
Aceh Culinary Festival, Aceh, Indonesia (2018)
Aceh Sumatera Expo, Aceh, Indonesia (2019)
Anugerah Pesona Indonesia (API) Award, Indonesia (2022)
Sirius Jazz Days, Sochi, Rusia (2023)
23rd International Festival The Triumph of Jazz, Moskow, Rusia (2023)
Moscow Jazz Festival, Moskow, Rusia (2023)
Live at Soundtrip, Jakarta, Indonesia (2024)
Aceh Muslim Fashion Festival (AMFF), Jakarta, Indonesia (2024)
International Jazz Festival Dr. Emil Iliev, Borovets, Bulgaria (2024)
Label rekaman
Dibangun dari semangat kemandirian dalam berkarya, Solemnity adalah label rekaman yang didirikan pada tahun 2021 oleh Keubitbit. Nama Solemnity diambil dari terjemahan Keubitbit ke dalam bahasa Inggris, yang mengandung arti kesungguhan.
Sejak memulai langkahnya sebagai grup musik independen yang tidak terikat dengan label perusahaan, Solemnity telah menjadi rumah bagi karya-karya Keubitbit. Label ini juga bertujuan menjadi wadah bagi para musisi lain dengan gagasan dan semangat yang sejalan dengan Keubitbit, untuk menghasilkan karya-karya musik yang bermakna dan autentik.
Lihat pula
Penghargaan AMI untuk Karya Produksi World Music Terbaik
Anugerah Musik Indonesia 2020
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi
Keubitbit di Instagram
Keubitbit Atjeh Ethnic Music di YouTube
Keubitbit di TikTok
Keubitbit di Facebook
Keubitbit di Twitter
Keubitbit di Spotify
Keubitbit di Apple Music
Keubitbit di Shazam
Kata Kunci Pencarian:
- Keubitbit
- Anugerah Musik Indonesia 2024
- Anugerah Musik Indonesia 2020
- Penghargaan AMI untuk Karya Produksi World Music Terbaik