- Source: Kota Metro
Kota Metro adalah kota di Provinsi Lampung, Indonesia. Kota ini berjarak sekitar 52 km dari ibu kota provinsi, yaitu Kota Bandar Lampung, serta merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Lampung.
Kota Metro masuk dalam daftar 10 kota di Indonesia dengan biaya hidup terendah ke-9 di Indonesia serta urutan kedua di Pulau Sumatra berdasarkan Survei BPS tahun 2017.
Kota Metro juga merupakan target cetak biru Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia sebagai kawasan strategis dan target pengembangan kota metropolitan setelah Kota Bandar Lampung.
Sejarah
= Masa pendudukan Belanda
=Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya kolonisasi dan dibentuk sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Sebelum tahun 1936, Trimurjo adalah bagian dari Onder Distrik Gunungsugih yang merupakan bagian dari wilayah Marga Nuban. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung. Namun, pada awal tahun 1936 Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan migran orang-orang Jawa (kolonis) ke wilayah ini untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan. Kelompok pertama tiba pada tanggal 4 April 1936.
Pada tanggal 9 Juni 1937, nama daerah itu diganti dari Trimurjo ke Metro dan pada tahun yang sama berdiri sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan) dengan Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik (asisten demang) pertama. Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sedangkan Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada Distrik adalah Onder Afdeling yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda.
Tugas dari Asisten Demang mengkoordinasi Marga yang dikepalai oleh Pesirah dan di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh seorang Pembarap (Wakil Pesirah), seorang Juru Tulis dan seorang Pesuruh (Opas). Pesirah selain berkedudukan sebagai Kepala Marga juga sebagai Ketua Dewan Marga. Pesirah dipilih oleh Penyimbang-penyimbang Kampung dalam Marganya masing-masing. Kediaman asisten wedana Metro pada masa Hindia Belanda Marga terdiri dari beberapa Kampung yaitu dikepalai oleh Kepala Kampung dan dibantu oleh beberapa Kepala Suku. Kepala Suku diangkat dari tiap-tiap Suku di kampung itu. Kepala Kampung dipilih oleh Penyimbang-penyimbang dalam kampung. Pada waktu itu Kepala Kampung harus seorang Penyimbang Kampung, jikalau bukan Penyimbang Kampung tidak bisa diangkat dan Kepala Kampung adalah anggota Dewan Marga.
Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi. Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon. Pengembangan berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat.
Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi. Desainnya dikenal dengan nama tanggul (bahasa Prancis "leeve", sekarang bentukan ini dikenal dengan "ledeng") selebar 30 meter dan sedalam 10 meter saluran irigasi dari Sungai Sekampung ke Metro. Buruh disediakan oleh pendatang, yang diwajibkan dan bekerja dalam shift. Konstruksi dimulai pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1941.
Metropolis-Metro dipilih dan ditetapkan sejak tahun 1935 telah direncanakan dengan matang oleh kolonial belanda sebagai Megaproyek Kolonisasi Sukadana. Pada tahun 1935, ditetapkanlah nama Metropolis-Metro dan menjadi ibukota dari Kolonisasi Sukadana.
= Asal nama
=Versi pertama nama "Metro" yaitu berasal dari nama resminya yaitu "Metropolis" yang ditetapkan sebagai pusat ibukota Kolonisasi Sukadana. Dalam penggunaannya, nama Metropolis disingkat menjadi Metro. Nama Metropolis-Metro diberikan langsung oleh Hendrik Roelof Rookmaaker yang mulai bertugas sebagai penjabat gubernur wedana pada 22 Juni 1933. Nama tersebut dipilih karena proyeksinya di masa depan, kota terencana ini akan menjadi kota besar seperti halnya Metropolis (metropolitan). Versi kedua atau yang populer yaitu nama Metro berasal dari kata “Meterm” atau "Metreum" dalam Bahasa Belanda yang artinya "titik tengah" atau “titik pusat wilayah". Pendapat ini muncul dikarenakan letak geografis Metro yang berada di tengah antara desa kolonis pertama yaitu Rancangpurwo dan desa induk Trimurjo. Versi ketiga nama Metro berasal dari kata "Mitro" (Bahasa Jawa) yang berarti artinya teman, mitra, kumpulan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang dari berbagai daerah di luar wilayah Sumatra yang masuk ke daerah Lampung. Pada zaman kemerdekaan nama Kota Metro tetap Metro. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati pada tahun 1945, yang pada waktu itu Bupati yang pertama menjabat adalah Burhanuddin (1945-1948)
= Masa pendudukan Jepang
=Setelah invasi Jepang di Indonesia pada tahun 1942, semua personil Belanda dievakuasi atau ditangkap. Program (trans)migrasi dilanjutkan di bawah nama Kakari Imin, dan 70 (trans)migran asal Jawa digunakan sebagai kerja paksa dalam pembangunan landas pacu di Natar (kelak menjadi Bandar Udara Internasional Radin Inten II) dan Astra Ksetra (kelak menjadi Pangkalan TNI Angkatan Udara Pangeran Mohammad Bunyamin), serta berbagai bunker dan aset strategis lainnya; mereka yang menolak akan ditembak.
Warga lainnya kurang gizi, dengan hasil panen mereka yang diambil oleh pasukan pendudukan Jepang. Penyakit menyebar secara merajalela ke seluruh warga, yang dibawa oleh kutu. Kematian umum terjadi, sedangkan para perempuan termasuk istri-istri para pekerja paksa, diambil sebagai wanita penghibur.
Pada zaman Jepang, Residente Lampoengsche Districten diubah namanya oleh Jepang menjadi Lampung Syu. Lampung Syu dibagi dalam 3 (tiga) Ken, yaitu:
Teluk Betung Ken
Metro Ken
Kotabumi Ken
Wilayah Kota Metro sekarang, pada waktu itu termasuk Metro Ken yang terbagi dalam beberapa Gun, Son, Marga-marga, dan Kampung-kampung. Ken dikepalai oleh Kenco, Gun dikepalai oleh Gunco, Son dikepalai oleh Sonco, Marga dikepalai oleh seorang Margaco, sedangkan Kampung dikepalai oleh Kepala Kampung.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha untuk merebut kembali Metro. Ketika mereka pertama kali tiba, mereka tidak dapat masuk jembatan ke kota Tempuran karena telah dihancurkan oleh pasukan 26 TNI di bawah komando Letnan Dua (Letda) Bursyah; konvoi Belanda terpaksa mundur. Namun, hari berikutnya Belanda kembali dalam jumlah yang lebih besar dan menyerang dari Tegineneng, akhirnya memasuki kota dan menewaskan 3 tentara Indonesia. Untuk mengenang peristiwa ini, dibangunlah sebuah monumen di Tempuran, Lampung Tengah, tepatnya di pintu masuk Kota Metro.
= Masa kemerdekaan Indonesia
=Setelah Indonesia merdeka dan dengan berlakunya pasal 2 Peraturan Peralihan UUD 1945, maka Metro Ken menjadi Kabupaten Lampung Tengah termasuk Kota Metro di dalamnya. Berdasarkan Ketetapan Residen Lampung No. 153/ D/1952 tanggal 3 September 1952 yang kemudian diperbaiki pada tanggal 20 Juli 1956 ditetapkan:
Menghapuskan daerah marga-marga dalam Keresidenan Lampung.
Menetapkan kesatuan-kesatuan daerah dalam Keresidenan Lampung dengan nama "Negeri" sebanyak 36 Negeri.
Hak milik marga yang dihapuskan menjadi milik negeri yang bersangkutan.
Dengan dihapuskannya Pemerintahan Marga maka sekaligus sebagai nantinya dibentuk Pemerintahan Negeri. Pemerintahan Negeri terdiri dari seorang Kepala Negeri dan Dewan Negeri, Kepala Negeri dipilih oleh anggota Dewan Negeri dan para Kepala Kampung. Negeri Metro dengan pusat pemerintahan di Metro (dalam Kecamatan Metro).
Dalam praktik, dirasakan kurangnya keserasian antara pemerintahan, keadaan ini menyulitkan pelaksanaan tugas pemerintahan oleh sebab itu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung pada tahun 1972 mengambil kebijaksanaan untuk secara bertahap Pemerintahan Negeri dihapus, sedangkan hak dan kewajiban Pemerintahan Negeri beralih kepada kecamatan setempat.
= Penetapan Hari Jadi
=Sejarah kelahiran Kota Metro bermula dengan dibangunnya sebuah induk desa baru yang diberi nama Trimurjo. Dibangunnya desa ini dimaksudkan untuk menampung sebagian dari kolonis yang didatangkan oleh perintah Hindia Belanda pada tahun 1934 dan 1935, serta untuk menampung kolonis-kolonis yang akan didatangkan berikutnya. Pada zaman pelaksanaan kolonisasi selain Metro, juga terbentuk onder distrik yaitu Pekalongan, Batanghari, Sekampung, dan Trimurjo. Kelima onder distrik ini mendapat rencana pengairan teknis yang bersumber dari Way sekampung yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh para kolonisasi-kolonisasi yang sudah bermukim di onder distrik yang biasa disebut bedeng-bedeng dimulai dari Bedeng 1 bertempat di Trimurjo dan Bedeng 67 di Sekampung, yang kemudian nama bedeng tersebut diberi nama, contohnya Bedeng 21, Yosodadi.
Kedatangan kolonis pertama di desa Trimurjo yaitu pada hari Sabtu tanggal 4 April 1936 yang ditempatkan pada bedeng-bedeng kemudian diberi penomoran kelompok bedeng, dan sampai saat ini istilah penomorannya masih populer dan masih dipergunakan oleh masyarakat Kota Metro pada umumnya.
Jika datang ke Kote Metro dan desa di kabupaten sekitar kota ini lebih mudah menemukan daerah dengan istilah angka-angka/bedeng, yaitu:
Bedeng 1, bedeng 4, bedeng 5, bedeng 10: untuk menyebut wilayah di kelurahan Trimurjo;
Bedeng 2, bedeng 3: untuk menyebut wilayah di kelurahan Adipuro;
Bedeng 6c, 6 polos, 6b, 6d: untuk menyebut wilayah di desa Liman Benawi;
Bedeng 7a, 7c, 8: untuk menyebut wilayah di desa Depokrejo;
Bedeng 11a, 11b, 11c, 11d, 11f: untuk menyebut wilayah di kelurahan Simbarwaringin;
Bedeng 12a, 12b, 12c, 12d: untuk menyebut wilayah di desa Tempuran;
Bedeng 13a, 13 polos, 20: untuk menyebut wilayah di desa Purwodadi;
Bedeng 14-1, 14-2, 14-3, 14-4: untuk menyebut wilayah di kelurahan Ganjaragung dan Ganjar asri;
Bedeng 15a, 15 polos: untuk menyebut wilayah di kelurahan Iringmulyo;
Bedeng 16a, 16b, 16d: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyosari;
Bedeng 16c: untuk menyebut wilayah di kelurahan Mulyojati;
Bedeng 17a, 17 polos, 18, 19: untuk menyebut wilayah kelurahan Untoro;
Bedeng 21a, 21 polos: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosodadi;
Bedeng 21c: untuk menyebut wilayah kelurahan Yosomulyo;
Bedeng 22: untuk menyebut wilayah kelurahan Hadimulyo;
Bedeng 23: untuk menyebut wilayah kelurahan di Metro Utara;
Bedeng 24: untuk menyebut wilayah di kelurahan Tejosari dan Tejoagung;
Bedeng 25, 26: untuk menyebut wilayah di kelurahan Margorejo;
Bedeng 27: untuk menyebut wilayah di kelurahan Sumbersari;
Bedeng 28, 29: untuk menyebut wilayah di kelurahan Purwosari;
Bedeng 30-67: untuk menyebut wilayah di daerah Batanghari dan Sekampung.
Bedeng di Kota Metro kini sering disebut juga dengan sebutan Distrik yang membuat semakin menguatkan akan kentalnya sejarah bekas kolonisasi penjajahan Belanda di kota ini. Di Kota Metro banyak masyarakat yang menyebutkan nomor bedeng/distrik tersebut dikarenakan lebih mudah dan familiar.
Setelah ditempati oleh para kolonis dari pulau Jawa, daerah bukaan baru yang termasuk dalam kewedanaan Sukadana yaitu Marga Unyi dan Buay Nuban ini berkembang dengan pesat. Daerah ini menjadi semakin terbuka dan penduduk kolonis pun semakin bertambah, sementara kegiatan perekonomian mulai tambah dan berkembang.
Berdasarkan keputusan rapat Dewan Marga tanggal 17 Mei 1937 daerah kolonisasi ini diberikan kepada saudaranya yang menjadi koloni dengan melepaskannya dari hubungan marga. Dan pada Hari selasa tanggal 9 Juni 1937 nama desa Trimurjo diganti dengan nama Metro. Tanggal 9 Juni inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kota Metro, sebagaimana yang telah dituangkan dalam perda Nomor 11 Tahun 2002 tentang Hari Jadi Kota Metro.
= Masa 1945-1986
=Sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1986, Metro berstatus kecamatan yakni kecamatan Metro Raya dengan 6 (enam) kelurahan dan 11 (sebelas) desa.
Adapun 6 kelurahan itu adalah:
Kelurahan Metro
Kelurahan Mulyojati
Kelurahan Tejosari
Kelurahan Yosodadi
Kelurahan Hadimulyo
Kelurahan Ganjar Agung
Sedangkan 11 desa tersebut adalah:
Desa Karangrejo
Desa Banjar Sari
Desa Purwosari
Desa Margorejo
Desa Rejomulyo
Desa Sumbersari
Desa Kibang
Desa Margototo
Desa Margajaya
Desa Sumber Agung
Desa Purbosembodo
= Masa 1986 - 2000
=Atas dasar Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1986 tanggal 14 Agustus 1986 dibentuk Kota Administratif Metro yang terdiri dari Kecamatan Metro Raya dan Bantul yang diresmikan pada tanggal 9 September 1987 oleh Menteri Dalam Negeri.
Pada perkembangannya, 5 desa di sebelah selatan aliran Sungai/Way Sekampung dibentuk menjadi sebuah kecamatan baru, yaitu Kecamatan Metro Kibang dan dimasukkan ke dalam wilayah pembantu Bupati Lampung Tengah wilayah Sukadana (sekarang masuk menjadi Kabupaten Lampung Timur).
Dengan kondisi dan potensi yang cukup besar serta ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, Kotif Metro tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan juga pusat pemerintahan, maka sewajarnyalah dengan kondisi dan potensi yang ada tersebut Kotif Metro ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Metro.
Harapan memperoleh Otonomi Daerah terjadi pada tahun 1999, dengan dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang diundangkan tanggal 20 April 1999 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1999 di Jakarta bersama-sama dengan Kota Dumai (Riau), Kota Cilegon (Jawa Barat kemudian Banten), Kota Depok (Jawa Barat), Kota Banjarbaru (Kalsel), dan Kota Ternate (Maluku Utara).
Kota Metro pada saat diresmikan terdiri dari 2 kecamatan, yang masing-masing adalah sebagai berikut:
Kecamatan Metro Raya, membawahi:
Kelurahan Metro
Kelurahan Ganjar Agung
Kelurahan Yosodadi
Kelurahan Hadimulyo
Kelurahan Banjarsari
Kelurahan Purwosari
Kelurahan Karangrejo
Kecamatan Bantul, membawahi:
Kelurahan Mulyojati
Kelurahan Tejosari
Desa Margorejo
Desa Rejomulyo
Desa Sumbersari
= Masa 2000 sampai sekarang
=Kota Metro terbagi atas 5 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi pemerintahan Kota Metro dimekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan.
Metro Barat : 11,28 km²
Metro Pusat : 11,71 km²
Metro Selatan : 14,33 km²
Metro Timur : 11,78 km²
Metro Utara : 19,64 km²
Kecamatan Metro Pusat
Kelurahan Metro
Kelurahan Imopuro
Kelurahan Hadimulyo Timur
Kelurahan Hadimulyo Barat
Kelurahan Yosomulyo
Kecamatan Metro Timur
Kelurahan Iringmulyo
Kelurahan Yosodadi
Kelurahan Yosorejo
Kelurahan Tejosari
Kelurahan Tejoagung
Kecamatan Metro Barat
Kelurahan Mulyojati
Kelurahan Mulyosari
Kelurahan Ganjar Asri
Kelurahan Ganjar Agung
Kecamatan Metro Utara
Kelurahan Banjar Sari
Kelurahan Karang Rejo
Kelurahan Purwosari
Kelurahan Purwoasri
Kecamatan Metro Selatan
Kelurahan Sumbersari
Kelurahan Margorejo
Kelurahan Margodadi
Kelurahan Rejomulyo
Geografis
= Batas wilayah
=Kota Metro memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
= Kondisi tanah
=Berdasarkan karakteristik topografinya, Kota Metro merupakan wilayah yang relatif datar dengan kemiringan <6°, tekstur tanah lempung dan liat berdebu, berstruktur granular serta jenis tanah podzolik merah kuning dan sedikit berpasir. Sedangkan secara geologis, wilayah Kota Metro di dominasi oleh batuan endapan gunung berapi jenis Qw.
= Iklim
=Wilayah Kota Metro yang berada di Selatan Garis Khatulistiwa pada umumnya beriklim humid tropis dengan kecepatan angin rata-rata 70 km/hari. Ketinggian wilayah berkisar antara 25–60 m dari permukaan laut (dpl), suhu udara antara 26 °C 34 °C, kelembaban udara 80%-91% dan rata-rata curah hujan per tahun 2.264 sampai dengan 2.868 mm.
= Penggunaan lahan
=Pola penggunaan lahan di Kota Metro secara garis besar dikelompokan ke dalam dua jenis penggunaan, yaitu lahan terbangun (build up area) dan tidak terbangun. Lahan terbangun terdiri dari kawasan pemukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, sedangkan lahan tidak terbangun terdiri dari persawahan, perladangan, dan penggunaan lain-lain.
Kawasan tidak terbangun di Kota Metro didominasi oleh persawahan dengan sistem irigasi teknis yang mencapai 2.982,15 hektar atau 43,38% dari luas total wilayah. Selebihnya adalah lahan kering pekarangan sebesar 1.198,68 hektar, tegalan 94,49 hektar, dan sawah non irigasi sebesar 41,50 hektar
= Rencana perluasan wilayah
=Dengan alasan historis, kota Metro menegaskan dukungan sepenuhnya atas ekspansi hingga ke Kecamatan Punggur (Lampung Tengah), Pekalongan (Lampung Timur), Trimurjo (Lampung Tengah), dan Metrokibang (Lampung Timur). Namun pihak Lampung Tengah menunggu izin dari pemerintah pusat untuk menyerahkan beberapa kecamatannya.
Pemerintahan
= Daftar Walikota Metro
=Kota Metro dipimpin oleh seorang Wali kota dikarenakan keadaan dan status wilayah yang ada di Kota Metro. Saat ini, jabatan wali kota Metro dijabat oleh penjabat sementara dengan jabatan wakil wali kota saat ini lowong. Berikut ini adalah daftar Wali Kota Metro:
= Dewan Perwakilan
=Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Metro dalam tiga periode terakhir.
Pada Pemilu Legislatif 2014, DPRD Kota Metro adalah sebanyak 25 orang dan tersusun dari perwakilan 9 partai.
= Perangkat Pemerintahan
=Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 yang peresmiannya dilakukan di Jakarta pada tanggal 27 April 1999. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Metro pada mulanya dibentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2001 yang terdiri dari 9 Dinas Otonom Daerah, yaitu: 10 Bagian Sekretariat Daerah, 4 Badan dan 2 Kantor. Dalam perkembangan berikutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, Pemerintah Daerah Kota Metro melakukan penataan organisasi Perangkat Daerah sebagaimana diatur dalam Perda Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.
= Kecamatan
=Kota Metro terdiri dari 5 kecamatan dan 22 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 165.368 jiwa dengan luas wilayah 61,79 km² dan sebaran penduduk 2.676 jiwa/km².
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Metro, adalah sebagai berikut:
Pelayanan publik
= Rumah sakit, puskesmas, dan klinik
== Perpustakaan
=Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota tepatnya di Kawasan II Pusat Pemerintahan Kota Metro. Bangunan ini dilengkapi sumber pustaka, arsip daerah dan sejarah, Koneksi Internet WiFi fiber optic kecepatan tinggi dan air conditioner (AC). Perpustakaan ini dibangun sejak tahun 2002. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi masyarakat Kota Metro dan kabupaten sekitarnya.
= Rumah ibadah
=Masjid Taqwa Kota Metro
Majid Al-Mujahidin Komplek Muhammadiyah Metro
Masjid Agung Nurul Huda, Ganjar Agung Kota Metro
Gereja Kristen Indonesia Metro
Gereja Katolik Hati Kudus Yesus 21a Metro
Vihara Buddha Dharma Dipa, 15a Kota Metro
Pura Giri Natha, 16c Metro Barat
= Fasilitas olahraga dan Ruang Terbuka Hijau
=Taman Merdeka Kota Metro (atau Alun-Alun Metro)
Gedung Olah Raga (GOR) Jurai Siwo
Lapangan Tenis Rumdis Wali kota Metro
Stadion Tejosari Metro Timur
Samber Park Metro Pusat
Lapangan Hadimulyo Barat
Lapangan Hadimulyo Timur (Lap. SD)
Lapangan Futsal di berbagai tempat seperti Intan Sport dan Wawai Sport Center
Taman Mulyojati Metro Barat
RHT Karang Rejo Metro Utara
= Landmark atau ikon kota
=Tugu Pena, Alun Alun Kota Metro
Menara Meterm, Taman Merdeka Metro, Metro
Menara PAM, Kota Metro
Tugu pesawat Latsitardanus, Kota Metro
Monumen Buku dan Pena, perbatasan Kelurahan Ganjar Agung, Kota Metro dan Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah
Masjid Taqwa, Kota Metro
Monumen Pengantin Lampung
Tugu Gemerlang, Iringmulyo Metro
= Hutan kota
=Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Hutan kota yang terdaftar yaitu:
Hutan Kota Linara Tejoagung - Metro Timur
Hutan Kota Stadion Tejosari – Metro Timur
Hutan Kota Terminal 16 C Mulyojati – Metro Barat
Hutan Kota Tesarigaga Ganjarasri dan Ganjaragung - Metro Barat
Hutan Kota Rejomulyo, SMAN 6 Metro Selatan
= Taman kota
=Taman Merdeka, Alun Alun Kota Metro
Taman Demokrasi di Kelurahan Ganjar Agung, Metro Barat
Taman Mulyojati, Metro Barat
Taman Hutan Kota 16C Metro Barat
Taman Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Keluruhan Iringmulyo Metro Timur
Taman Wawai, Dinas Pertanian dan Perikanan, Ganjar Agung, Metro Barat
Pariwisata
= Objek Wisata
=Waterpark and Waterboom Palem Indah
Taman Metro Indonesia Indah (TMII)
Taman Wisata Metro Garden
Kolam Renang Stadion Tejosari
Bendungan Dam Way Raman
Jembatan Gantung 28, Metro Utara
Grand Venetian Family Karaoke
Jembatan Gantung Pelita, Rejomulyo, Metro Selatan
Timezone Center, Chandra Dept. Store Lt.3 Kota Metro
Goa Prasejarah Wara, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
Goa Prasejarah Macan Putih, 24 Stadion Tejosari, Metro Timur
Wisata Alam Sawah Bertingkat, 26 Metro Selatan
Wisata Alam Sumbersari, Rejomulyo Metro Selatan
Flying Fox Zipline Sumbersari, Metro Selatan
= Event khusus atau acara besar
=Walaupun Kota Metro merupakan kota kecil, tetapi event dan acara besar sering ditemui setiap tahunnya. Selain mempromosikan Kota Metro,Event ini juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata daerah.
Metro Fair
Metro Fair adalah pameran tahunan yang ada di Kota Metro. Metro Fair biasanya berlangsung selama satu minggu penuh atau lebih dari awal Juni untuk memperingati hari jadi Kota Metro.
Metro Fair pertama diadakan pada tahun 2000. Sampai saat ini setiap tahun penyelenggaraannya tidak pernah terputus. Dari 2000 sampai 2016 Metro Fair sering berlangsung di Lapangan Samber. Namun dalam beberapa tahun yang lalu, Metro Fair pernah diadakan di Stadion Tejosari, 24 Metro Timur namun pengunjung yang datang sedikit akibat jarak tempuh yang jauh dan kurangnya akomodasi angkutan umum ke tempat acara.
MTQ Tingkat Kota Metro
Ajang MTQ sudah lama ada di Kota Metro. Kota Metro pernah menjadi tuan rumah MTQ Provinsi Lampung ke 43. Ajang MTQ Kota Metro tidak hanya lagu yang dilombakan, juga termasuk cerdas cermat, pidato, kaligrafi, dan lain sebagainya.MTQ juga diselenggarakan antar dan di dalam instansi tertentu.
Festival Putri Nuban
Nama Festival Putri Nuban (FPN) mulai dikenalkan sejak tahun 2013, ketika Kota Metro genap berusia 76 tahun. Festival ini turut merayakan hari ulang tahun Kota Metro yang biasanya digelar setiap tanggal 9 Juni yang disebut Metro Fair. Penamaan Nuban sendiri berasal dari nama keresidenan/marga yang memberikan sebagian wilayahnya (termasuk Keresidenan Sukadana) kepada kolonis pada masa penjajahan dahulu sebagai pengingat jasa dan kerendahan hati kebuayan nuban kepada kolonis yang datang di bumi Lampung.
= Bioskop
=Kota Metro mempunyai satu bioskop yang berdiri bangunan sendiri. Bioskop BES Cinema asal Pangkalpinang, Bangka Belitung ini diresmikan pada bulang September 2024 dan menayangkan film terbaru. Namun tempo dulu sekitar tahun 1990-an telah bediri 4 bioskop yaitu Nuban Ria Theater, Metropole Theather, Department Store Chandra, dan Bioskop Metro Theater Shopping (Pertokoan Metro). Namun kini tak ada satupun yang masih bertahan. Bahkan, bangunan bioskop sudah digantikan dengan bangunan yang baru atau dialih fungsikan seperti Bioskop Nuban Ria yang dihancurkan dan diganti dengan Ruko Nuban Center senada dengan Metropole Theater, Department Store Chandra yang beralih fungsi sebagai kanal fashion di Departement Store Chandra.
= Kuliner
=Keripik pisang
Keripik pisang merupakan oleh-oleh khas Lampung yang dijual di Yosodadi, Distrik 21 Metro Timur, Supermarket lokal, serta deretan Toko oleh-oleh di Distrik 21. Perbedaan dari keripik pisang khas lampung lainnya dengan Kota Metro yaitu jenis keripik yang sekali makan (Bit size) dan berpori (berlubang lubang) seperti waffle dengan rasa yang bermacam-macam, contohnya yang paling populer yaitu keripik pisang rasa coklat, original, keju, susu, melon, moka, dan lain-lain dengan berbagai merk dan kemasan.
Kemplang
Kemplang merupakan sebuah jenis kerupuk yang digoreng dengan pasir atau dipanggang yang menimbulkan rasa khas. Kemplang dapat dijumpai di daerah Distrik 22a tepatnya Kelurahan Hadimulyo Timur dan Distrik 15b Timur, Kelurahan Imopuro Metro Pusat.
Seruit dan pindang
Makanan Asli Khas Lampung dan Sumatera Selatan ini banyak sekali dijumpai di Kota Metro, Seperti di Pindang Manap OKI (Distrik 29), Sambol Lalak Ibung Err (Distrik 21c), Rumah Makan Omega (Kodim Distrik 22 Hadimulyo Barat), RM Seruit Hj. Yohana (24 Tejoagung) dan masih banyak lainnya.
Demografi
Berdasarkan sensus BPS, kota ini memiliki populasi penduduk sebanyak 160,729 jiwa (sensus 2016), dengan luas wilayah sekitar 68,74 km2.
= Agama
=Di Kota Metro memiliki masyarakat yang terdiri dari pemeluk agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.
= Etnis dan suku bangsa
=Mayoritas penduduk kota Metro berasal dari etnis Jawa. Etnis berikutnya yang cukup mudah ditemui di Kota Metro yaitu Suku Lampung, Suku Sunda, Suku Ogan, Suku Semendo, Suku Batak, Suku Minang, Suku Palembang, Etnis Melayu dan Etnis Tionghoa. Etnis Jawa di Kota Metro tersebar di hampir semua kawasan kota dan umumnya telah membaur dengan etnis lain sejak masa kolonialisme.
= Bahasa
=Masyarakat Metro yang plural menggunakan berbagai bahasa seperti bahasa setempat yang disebut Bahasa Lampung dan beberapa bahasa daerah lainnya seperti Bahasa Jawa, Bahasa Minang, Bahasa Sunda namun umumnya masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia. Program kolonisasi yang dilakukan Belanda terhadap transmigran dari jawa serta pembukaan lahan yang dilakukan oleh kolonis yang dibawa oleh Belanda tersebut, membuat di Kota Metro banyak dijumpai Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
= Mata pencaharian penduduk
=Mata pencaharian penduduk Kota Metro pada tahun 2005 bergerak pada sektor pemerintahan (28,56%), sektor perdagangan (28,18), sektor pertanian (23,97%), transportasi dan komunikasi (9,84%) serta konstruksi (5,63%). Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, seperti Lampung Tengah dan Lampung Timur yang mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di pagi, siang dan sore hari penduduk Metro lebih padat dibanding jumlah penduduk resminya.
Kesehatan
= Rumah sakit
=Pendidikan
Sebagai Kota Pendidikan, Kota Memiliki fasilitas pendidikan yang mendukung dan sangat baik
= Perguruan tinggi negeri
=Universitas Lampung (Kampus B Fakultas FKIP)
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjung Karang (Kampus Metro Program Studi Kebidanan)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
= Perguruan tinggi swasta dan akademi
=Universitas Ma'arif Lampung (UMALA) Metro Lampung
Universitas Muhammadiyah Metro
STKIP PGRI Metro
Institut Agama Islam Agus Salim Metro Lampung
Politeknik Gajah Sakti Metro
STKIP Rosalia
STKIP Kumala Lampung Metro
STISIPOL Dharma Wacana Metro
STIPER Dharma Wacana Metro
STKIP Dharma Wacana
STMIK Dharma Wacana Metro
Akademi Keperawatan Dharma Wacana
Referensi
Bacaan lanjutan
Prahana, Naim Empel (1997). Cerita rakyat dari Lampung (dalam bahasa Indonesian). 2. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 979-669-015-2. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Sudarmono; Edi Ribut Harwanto, ed. (2004). Metro: Desa Kolonis Menuju Metropolis (dalam bahasa Indonesian). Metro, Indonesia: Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Metro. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
Pranala luar
(Indonesia) Situs web resmi Kota Metro
Kata Kunci Pencarian:
- Kota Metro
- Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Metro
- Daftar Wali Kota Metro
- Daftar pemilihan umum kepala daerah di Indonesia 2024
- Daftar Wakil Wali Kota Metro
- Lampung
- Pemilihan umum Wali Kota Metro 2024
- Metro Barat, Metro
- Institut Agama Islam Negeri Metro
- Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya
- Kota, Rajasthan
- Metro (city)
- Kota Kinabalu
- Persikomet Metro
- KAI Commuter Cikarang Loop Line
- Kota Greenfield Airport
- Delhi–Mumbai Expressway
- Nusantara (city)
- Jakarta MRT
- 2024 Indonesian regional and municipal elections