- Source: Li Hongzhang
Li Hongzhang (juga ditulis dalam bahasa Inggris sebagai Li Hung Chang), GCVO, (15 Februari 1823 – 7 November 1901) adalah seorang politisi, jenderal, dan diplomat pada akhir Kekaisaran Qing.
Li Hongzhang dilahirkan di Provinsi Anhui, Tiongkok Timur pada tahun 1823. Pada usia 24 tahun, ia masuk dalam Hanlinyuan, yang hampir sama dengan akademi ilmu pengetahuan zaman modern. Di Hanlinyuan, Li Zhongzhang mendapat bimbingan dari banyak sarjana dan guru besar, di antaranya Zeng Guofan, salah seorang negarawan dan sarjana paling terkemuka waktu itu. Zeng Guofan memberi pengaruh paling besar terhadap Li Hongzhang. Pada usia 30-an, Li Hongzhang bersama Zeng Guofan diberi tugas menindas pasukan pemberontakan petani. Dalam proses itu, Li Hongzhang membentuk Pasukan Huai, pasukan daerah yang langsung dipimpin oleh Li Hongzhang. Biarpun Li Hongzhang adalah seorang sarjana, tetapi ia amat pandai dalam memimpin pasukan. Dengan pimpinannya yang cerdas dan tegas, pasukannya mencapai kemenangan demi kemenangan. Berkat bakat yang ditampilkannya, Li Hongzhang berkali-kali dipuji oleh Zeng Guofan. Pangkatnya pun terus naik.
Pada usia 40-an, Li Hongzhang sudah dilantik menjadi menteri senior pemerintah Dinasti Qing, dan berhak berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan penting pemerintah baik di bidang urusan dalam negeri maupun di bidang diplomasi, ekonomi dan militer. Pasukan Huai yang dibentuk Li Hongzhang berturut-turut dikirim pemerintah Qing ke berbagai daerah sebagai pasukan nasional. Waktu itu kelompok yang terdiri dari Li Hongzhang serta jenderal-jenderal Pasukan Huai dan sejumlah negarawan pengikutnya sudah berkembang menjadi kelompok politik dan militer yang paling kuat di Tiongkok.
Setelah memasuki abad ke-19, masyarakat feodal Tiongkok bisa ibaratkan seperti matahari yang hampir jatuh di cakrawala barat. Namun bersamaan dengan itu, negara-negara Barat dengan pesat bangkit. Setelah mengalami kekalahan dalam Perang Candu Pertama pada tahun 1840, pemerintah Dinasti Qing terpaksa menandatangani perjanjian yang timpang dengan Inggris. Setelah itu, Tiongkok yang dikuasai Dinasti Qing berturut-turut mengalami kekalahan dalam perang melawan kekuatan asing, sehingga harus menandatangani serentetan perjanjian yang berat sebelah. Dan justru dengan latar belakang itulah, eksklusivitas pun mulai tumbuh di kalangan pimpinan Dinasti Qing. Akan tetapi, Li Hongzhang dan sejumlah negarawan yang memiliki pandangan maju waktu itu secara lebih dulu menyadari keunggulan negara-negara Barat dalam hal kekuatan militer. Ia menganjurkan agar Tiongkok belajar dan becermin pada ilmu pengetahuan dan teknologi canggih Barat. Atas pikirannya itu, Li Hongzhang dan tokoh-tokoh yang berpandangan serupa kemudian disebut sebagai "Angkatan Belajar Barat." Gerakan yang diprakarsainya pun disebut sebagai "Gerakan Belajar Barat".
Gerakan Belajar Barat pada tahap awalnya bertujuan memberdayakan negara, dan mengutamakan pengembangan industri militer modern. Waktu itu Li Hongzhang mendirikan pabrik amunisi dan senjata yang paling besar skalanya di Tiongkok. Sementara itu ia mengundang teknisi Barat sebagai pembimbing untuk memproduksi perlengkapan militer modern. Dengan demikian berakhirlah sejarah penggunaan senjata pisau dan busur. Li Hongzhang membentuk pula armada terbesar Tiongkok, dan mendirikan banyak pangkalan angkatan laut dengan bimbingan teori pertahanan modern Barat. Usahanya ini membuka lembaran pertahanan nasional modern Tiongkok. Di samping di bidang militer, Li Hongzhang dan para reformis "Gerakan Belajar Barat" juga mengusahakan industri sipil. Di antaranya, Li Hongzhang membuka perusahaan pengangkutan laut ukuran besar pertama dalam sejarah Tiongkok, memimpin pembangunan jalan kereta api pertama Tiongkok, memasang jalur transimisi listrik darat pertama, mendirikan kantor telegram pertama, serta mendirikan pabrik tekstil pertama di Tiongkok. Atas prakarsa Li Hongzhang, Tiongkok untuk pertama kali mengirim mahasiswa untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Sebagai penasehat diplomatik utama dan pengambil kebijkan luar negeri pemerintah Dinasti Qing, Li Hongzhang dengan aktif mendorong pengiriman duta besar untuk luar negeri. Di bidang urusan dalam negeri, Li Hongzhang menyadari bahwa kekuasaan Dinasti Qing pada saat itu ibarat "perahu yang bocor" dan nyaris tenggelam. Untuk menyelamatkan "perahu" itu, ia menghimbau pemerintah agar selekasnya melakukan reformasi. Pandangannya tentang reformasi adalah yang paling bijaksana dan paling agresif di antara para pejabat pemerintah Dinasti Qing waktu itu.
Li Hongzhang dengan jelas menyadari kesenjangan besar antara kekuatan ekonomi dan militer Tiongkok dengan negara-negara Barat. Oleh karena kesenjangan itulah, Li Hongzhang menganjurkan prinsip berhati-hati dalam mengumumkan perang dengan negara lain. Kebijakan luar negeri pemerintah Dinasti Qing sangat dipengaruhi oleh pikiran itu, namun prinsip "berhati-hati dalam mengumumkan perang" akhirnya secara tragis menjelma menjadi pikiran untuk terus berkompromi, bahkan menyerahkan diri kepada politik kekuatan asing. Pada akhir abad ke-19, Li Hongzhang berkali-kali menandatangani perjanjian berat sebelah dengan negeri asing atas nama pemerintah Dinasti Qing. Tahun 1901, Li Hongzhang menandatangi Perjanjian Xinchou. Berdasarkan perjanjian itu Tiongkok memberikan ganti rugi sebesar 450 juta tahil perak kepada negara-negara Barat. Dua bulan seusai penandatanganan perjanjian itu, pemerintah Rusia kembali menuntut ganti rugi dan hak istimewa yang lebih besar, sehingga Li Hongzhang marahnya bukan main. Ia lalu jatuh sakit, dan kemudian meninggal dunia dalam usia 78 tahun.
Oleh karena peristiwa-peristiwa memalukan yang dialami Tiongkok pada akhir masa kekuasaan Dinasti Qing, maka penilaian sejarawan terhadap Li Hongzhang kemudian menjadi agak berbeda. Ada orang yang menjelek-jelekkannya sebagai "pengkhianat negara," tetapi ada juga yang menilainya orang yang berbakat tetapi dilahirkan pada waktu yang salah. Li Hongzhang sendiri menyebut dirinya sebagai "penambal perahu." Bagi sejarah zaman modern Tiongkok, Li Hongzhang tentu saja mempunyai posisi penting, dan merupakan tokoh kunci yang mendorong maju modernisasi Tiongkok.
Sumber
http://indonesian.cri.cn/1/2007/04/05/1@62080.htm Diarsipkan 2014-04-13 di Wayback Machine.
http://indonesian.cri.cn/1/2007/04/05/1@62080_1.htm Diarsipkan 2014-04-13 di Wayback Machine.
Referensi
Hummel, Arthur William, ed. Eminent Chinese of the Ch'ing Period (1644–1912). 2 vols. Washington: United States Government Printing Office, 1943.
Liu, Kwang-ching. "The Confucian as Patriot and Pragmatist: Li Hung-Chang's Formative Years, 1823–1866." Harvard Journal of Asiatic Studies 30 (1970): 5–45.
Samuel C. Chu and Kwang-Ching Liu, Li Hung-Chang and China's Early Modernization. Armonk, New York: M. E. Sharpe, 1994. viii, 308 pp. ISBN 1-56324-242-7.
Mutsu, Munemitsu. (1982). Kenkenroku (trans. Gordon Mark Berger). Tokyo: University of Tokyo Press. 10-ISBN 0-86008-306-3/13-ISBN 978-0-86008-306-1; OCLC 252084846
Pranala luar
Mrs. Archibald Little (1903). Li Hung Chang: his life and times. Cassell & Co. Diakses tanggal 8 December 2011.
Alicia E. Neve Little (1903; rpr. 2010). Li Hung-Chang: His Life and Times. Cambridge University Press. ISBN 1-108-02400-9. Diakses tanggal 8 December 2011.
Hung-chang Li, Hirobumi Itō, Verbal Discussions During Peace Negotiations between the Chinese Plenipotentiary, Viceroy Li Hung-Chang, and the Japanese Plenipotentiaries, Count Ito and Viscount Mutsu, at Shimonoseki, Japan, March–April, 1895 (Tientsin Press, 1895). GOOGLE BOOK: [1]. Transcripts of the talks and negotiations.
Kata Kunci Pencarian:
- Li Hongzhang
- Perjanjian Li–Lobanov
- Bendera Korea Selatan
- Huguang
- Zeng Guofan
- Yuan Shikai
- Feng Guifen
- Zhang Zhidong
- Armada Beiyang
- Perang Tiongkok–Jepang Pertama
- Li Hongzhang
- Beiyang Army
- Li Jingfang
- Self-Strengthening Movement
- Mutual Defense Pact of the Southeastern Provinces
- Zeng Guofan
- Siege of the International Legations
- Yuan Shikai
- Treaty of Shimonoseki
- Once Upon a Time in China III