- Source: Oking Jaya Atmaja
Mayor Raden Oking Jaya Atmaja (ejaan lama: Oking Djaja Atmadja, 1918 - 1963), dikenal sebagai Mayor Oking, adalah tokoh militer dan pejuang kemerdekaan Indonesia.
Kehidupan awal
Oking dilahirkan di Cileungsi pada tahun 1918 dari keluarga bangsawan. Ayahnya, Raden Enjoeh Djayaatmadja, berasal dari Kampung Loji, Cibarusah dan ibunya, R Nenden berasal dari Cileungsi.
Pada masa kecilnya, Oking dikenal memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat di mana ia sering menjadi pemimpin ketika bermain dengan teman sebayanya. Memasuki usia remaja, Oking bekerja sebagai juru tagih cukai sampai Jepang masuk pada tahun 1942.
Karier militer
= 1945 - 1949
=Seusai proklamasi kemerdekaan Indonesia, Oking bergabung dengan pasukan Siliwangi dan menjadi Komandan Kompi. Ia memimpin pasukannya melawan Inggris ketika ingin menyerang Sukabumi melalui Pelabuhan Ratu dan berhasil memukul mundur pasukan musuh. Di samping itu juga, ia juga melancarkan serangan geriliya ke pasukan NICA yang bermarkas di Kampung Loji. Tindakannya membuat ia menjadi buronan NICA.
Pada tahun 1948, Oking bermarkas di Cibatu dan kemudian ia bersama pasukannya pindah ke Yogyakarta sebagai bagian dari Long March Siliwangi. Ia kemudian memimpin pasukannya dalam penumpasan Pemberontakan PKI 1948. Pada tanggal 13 September 1948 pukul 10:00, pasukan Oking diserang oleh pemberontak PKI di Stasiun Solo Balapan. Pertempuran berlangsung selama empat jam dan menewaskan dua tentaranya. Oking mengalami cidera di lengan kanan sehingga menyebabkan tangan kananya diamputasi di rumah sakit Solo. Setelah dirawat dirumah sakit, Soedirman bertemu Oking dan memeluknya.
Usai Belanda menguasai Yogyakarta, pasukan Oking yang menjadi bagian Siliwangi kembali ke Jawa Barat dengan berjalan kaki. Setibanya di Jawa Barat, pasukan Siliwangi bermarkas di Telukjambe, Karawang.
= 1950 - 1963
=Pada tanggal 31 Desember 1949, Oking diangkat menjadi Komandan Batalyon 314/Salempada. Ia mengemban jabatan tersebut sampai tanggal 5 Juli 1950 dan jabatannya diserahkan ke Mayor Mursid. Oking juga terlibat dalam operasi penumpasan Pemberontakan Darul Islam di Gunung Salak.
Oking juga merekomendasikan Raden Mardjuki untuk menjadi Camat Cibarusah. Berkat rekomendasinya, Mardjuki diangkat menjadi Camat Cibarusah pada tahun 1951. Pada tahun 1955, ia maju sebagai calon anggota Konstitunate untuk wilayah Jawa Barat dari partai Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 7 Oktober 1963 karena sakit. Oking dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Dreded Bogor.
Kehidupan pribadi
Oking menikah dengan Oyoh Yohariah dan dikaruniai enam orang anak.
Penghargaan
Abdul Haris Nasution memberikan perintah kepada Bupati Bogor untuk menamakan Oking sebagai nama jalan di Citeureup dan Bekasi. Pada tahun 1972, DPRD Kabupaten Bogor menyetujui usulan Nasution dan nama Oking diabadikan sebagai nama jalan di Bekasi dan Bogor.
Referensi
Bibliografi
Dinas Sejarah Kodam VI/Siliwangi, Dinas Sejarah Kodam VI/Siliwangi (1979). Siliwangi dari masa ke masa. Bandung: Angkasa.