- Source: Pahonjean, Majenang, Cilacap
Pahonjean adalah desa di kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.
Karakteristik
Desa Pahonjean adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jateng. Pahonjean Berbatasan langsung dengan Desa Adimulya Wanareja, Desa Mulyadadi, desa salebu, dan desa Cibeunying
Desa ini memiliki pembagian wilayah yang nama nya adalah sebagai berikut:
•1.Pahonjean Tengah
•2.Pahonjean Barat
•3.Pahonjean Timur
•4.Pahonjean Selatan
•5.Pahonjean Utara
Dari pembagian wilayah tersebut diambil berdasarkan kemajuan Wilayah masing-masing, dari wilayah tersebut semua memiliki keunikan masing-masing yaitu:
Di pahonjean tengah terdapat sebuah Balai desa Pahonjean sebagai tempat berbagai acara di dusun tersebut
Di pahonjean Barat terdapat masjid yang megah yang bernama masjid At-Taqwa
Di pahonjean Timur terdapat sebuah sungai yang rawan banjir yang bernama sungai Cijalu
Di pahonjean Selatan terdapat hamparan sawah yang luas
Dan di Pahonjean Utara terdapat pasar hewan pahonjean atau pasar hewan seluruh kecamatan Majenang
Tokoh Penting
adalah Seseorang yang memiliki jasa terhadap budaya dan masyarakat ia melestarikan budaya Indonesia yang contoh nya seperti tari Pendet, tari sekapur sirih, tari Ebeg, tari sintren, tari kuda lumping, dan tari serimpi, ia juga melestarikan budaya Non tari contoh nya menyanyikan lagu tradisional, dan Bermain wayang kulit, dan dia juga pernah mendapatkan penghargaan di Cirebon, beliau wafat pada tanggal 15 Mei 2022
Sistem Penulisan Desa Pahonjean
Dalam desa Pahonjean, terdapat sebuah sistem penulisan yang unik dan khas yang masih dilestarikan hingga saat ini. Sistem penulisan ini digunakan oleh warga Pahonjean khususnya saat berkomunikasi melalui tulisan, seperti pesan di platform chat seperti WhatsApp, Tulisan sehari hari atau Tulisan yang digunakan Non-formal. Berikut adalah contoh dan deskripsi lebih lanjut tentang sistem penulisan tersebut:
1. Perpendek bahasa:
orang pahonjean biasa nya suka memperpendek bahasa mereka dikarenakan kata dan penulisan nya yang terlalu panjang, ribet, dan susah untuk di baca, mereka biasa memperpendek nya dengan cara berikut:
peihuongjenein-
menjadi
pewongjen-
dan ini agar memudahkan kan standar kebahasaan nya agar lebih hemat dalam penulisan, dan ada juga contoh lain nya sebagai berikut:
Soure Aenae-
menjadi
Soe anae-
dari kata berikut memiliki arti sore ini
2. Penggantian Huruf Fokal lain:
Selain itu, ada juga penggantian huruf fokal lain dalam sistem penulisan Pahonjean. Berikut adalah penggantian yang digunakan:
- Huruf "A": Disebut sebagai "Ei".
- Huruf "I": Disebut sebagai "Ae".
- Huruf "U": Disebut sebagai "Ngu".
- Huruf "E": Disebut sebagai "En".
- Huruf "O": Disebut sebagai "Ou".
Jadi, jika mereka ingin menulis kalimat "Saya tinggal di Pahonjean", dalam sistem penulisan Pahonjean akan menjadi "Seiyei-taenggeil-dae- peihuongjenein".
3. pengakhir penulisan
dan orang pahonjean tidak selalu lupa dengan tanda garis (-) ini menunjukkan bahwa sebuah kata telah selesai atau telah berakhir contoh nya soure-(sore) , Nngunggngu-(Nungguin) , dan lnguas-(Luas) Namun sekarang sudah tanda tersebut hanya untuk Pengakhiran Contohnya dari kata diatas dan berfungsi juga sebagai pemberhentian kalimat contoh nya seperti titik (.)dalam bahasa indonesia
4. Cara menulis
Jika kita ingin Menulis Sistem atau aturan penulisan pahonjean maka sebagai berikut caranya:
A. Biasa nya orang pahonjean menganti huruf Vokal dengan Penyebutan Vokal nya contoh nya:
Dulu Menjadi Dngulngu- namun bisa juga kita perpendek juga menjadi Dgulu-
Bagaimana Menjadi Beigeimeinei- bisa diperpendek menjadi Begemenei-
Bisa menjadi Baesei- diperpendek menjadi Bae-
Tunggu menjadi Tngunggngu- menjadi Tngugu-
Dari hal diatas kita harus menulis Huruf Vokal menggunakan Vokal pahonjean dan kita juga bisa memperpendek nya karena terlalu panjang dan perpendek nya harus sama, kurang atau lebih satu dari bahasa Indonesia huruf nya, contoh nya "Dgulu-" lebih dari satu huruf dari "dulu", dan "Bisa" kurang dari satu huruf dengan "Bae-", dan bisa sana dengan huruf dari "bagaimana" menjadi "Begemenei-"
Deskripsi ini menggambarkan cara unik di mana masyarakat Pahonjean berkomunikasi dengan menggabungkan dan mengubah huruf-huruf fokal dalam bahasa Jawa dan Sunda yang mereka gunakan sehari-hari. Melalui sistem penulisan ini, mereka memadukan kedua budaya tersebut dan menciptakan sistem penulisan yang menggambarkan keunikan identitas Pahonjean.
Demografi
Agama
Terdapat adanya 3 agama yang diakui di pahonjean dan berikut statistik datanya:
Islam = 86,89%
Islam Kejawen= 12,19%
Kristen = 0,05%
dari total populasi dan Harap dicatat bahwa persentase dapat dibulatkan dengan desimal yang lebih sedikit bergantung pada preferensi penghitungan dan presentasi data.
Suku bangsa
terdapat ada 3 etnis suku di desa ini yang terbilang Pokok berikut presentasi nya:
Jawa = 70,13%
Sunda = 28,05%
Betawi = 0,93%
Lainnya= 0,876%
Hal itu bedasarkan jumlah populasi dari pahonjean, Harap dicatat bahwa persentase tersebut dihitung berdasarkan data yang diberikan dan dapat berubah jika data populasi diperbarui atau jika terdapat kategori lain yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan.
Asal Nama atau kata
Kata Pahonjean berasal dari bahasa Sunda, kata dasarnya adalah Honje (Bahasa Jawa: Onje atau kecombrang), yang biasanya merupakan campuran rujak uleg atau rujak bebek. Cerita asal usul Pahonjean karena adanya hutan honje. Orang yang menulis babad di Tanah Ponjean adalah orang Sunda, mereka menyebutnya Pa-Honje-an, yang secara kasar berarti tanah yang bentuknya seperti pohon honje itu. Akibat asimilasi budaya, kemudian terjadi pergeseran budaya, Pahonjean yang dulunya banyak orang Sunda, kini menjadi banyak orang Jawa. Orang Jawa kesulitan mengucapkan “Pahonjean” dan menyingkatnya menjadi Ponjean.
Tarian
1. Tari Ebeg Pahonjean:
Deskripsi: Tari Ebeg Pahonjean adalah tarian tradisional yang menggambarkan semangat dan keberanian seorang suku Sunda yang mendiami tanah Pahonjean sebelum kedatangan orang Jawa. Tarian ini menampilkan gerakan energik dan dramatis yang melibatkan penari-penari yang mengenakan kostum kuda-kudaan dan alat musik tradisional seperti kendang, gong, dan angklung. Properti yang digunakan dalam tari ini meliputi kain kuda-kudaan, pedang, perisai, serta atribut lain yang melambangkan keberanian dan kekuatan.
2.Tari Sintren:
Deskripsi: Tari Sintren adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Cirebon namun juga dilestarikan di pahonjean. Tarian ini menggambarkan seorang penyanyi utama atau "sintren" yang berhasil memukau dan menghibur penonton dengan suara dan gerakan mereka. Tari Sintren melibatkan gerakan tarian yang lemah gemulai dan ekspresif, dengan penekanan khusus pada gerakan tangan dan ekspresi wajah. Properti yang digunakan dalam tarian ini adalah kostum tradisional yang indah, seperti kain batik, selendang, dan hiasan kepala yang mencerminkan budaya dan tradisi Pahonjean.
3. Tari Kawasiling Bangbungsiling
Deskripsi: Tari Kawasiling Bangbungsiling adalah tarian yang menggambarkan kedatangan orang-orang Jawa ke Pahonjean saat masih merupakan tanah yang dikuasai oleh suku Sunda. Tarian ini menggabungkan gerakan dan elemen budaya dari kedua suku tersebut. Penari dalam tarian ini mengenakan pakaian tradisional yang menggabungkan motif dan nuansa Sunda dan Jawa. Properti yang digunakan dalam tari ini bisa termasuk payung, kipas, selendang, dan atribut lain yang mencerminkan pertemuan antara kedua budaya.
Upacara adat ritual
1. Upacara udan nyawalan
Deskripsi: Ritual Hujan Syawal dilakukan setiap bulan Syawal di Pahonjean. Pada hujan pertama bulan Syawal, warga mengenakan kebaya putih dan berkumpul di luar rumah atau di tempat tertentu. Jika hujan turun, mereka melakukan hujan-hujanan sebagai bentuk kesyukuran dan doa untuk berkah dan rejeki di bulan yang baru. Jika tidak turun hujan, warga bersama-sama membagikan makanan atau sumbangan sebagai tanda solidaritas dan kebaikan atas berkah yang diberikan dalam bulan Syawal.
2.Upacara Nyanyi bengi
Deskripsi: Ritual Sinden Pahonjean adalah ritual yang dilakukan oleh warga Pahonjean pada tengah malam, tepat pukul 00.00. Warga berkumpul di tempat nyanyian yang telah ditentukan sambil membawa sesaji dan makanan. Mereka menyanyikan lagu-lagu tradisional Sindhen (jenis nyanyian Jawa) untuk menghormati leluhur dan sebagai ungkapan rasa syukur. Sinden adalah seorang penyanyi utama yang memimpin nyanyian dengan suara merdu dan penuh penghayatan. Ritual ini juga menjadi ajang sosialisasi dan kebersamaan warga, di mana mereka berbagi makanan dan menguatkan hubungan sosial dalam komunitas.
Kata Kunci Pencarian:
- Pahonjean, Majenang, Cilacap
- Majenang, Cilacap
- Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Cilacap
- Cibeunying, Majenang, Cilacap
- Padangjaya, Majenang, Cilacap
- Padangsari, Majenang, Cilacap
- Sadahayu, Majenang, Cilacap
- Sadabumi, Majenang, Cilacap
- Jenang, Majenang, Cilacap
- Salebu, Majenang, Cilacap