- Source: Panavision
Panavision adalah sebuah produsen peralatan gambar bergerak asal Amerika yang didirikan pada tahun 1953. Perusahaan yang berkantor pusat di Woodland Hills, California ini fokus pada produksi kamera dan lensa. Dibentuk oleh Robert Gottschalk sebagai sebuah kemitraan kecil untuk memproduksi lensa proyeksi anamorfik selama ledakan layar lebar pada dekade 1950-an, Panavision kemudian mengembangkan jajaran produknya untuk memenuhi permintaan dari pembuat film modern. Perusahaan ini memperkenalkan produk pertamanya pada tahun 1954. Awalnya merupakan sebuah penyedia aksesoris untuk CinemaScope, lensa layar lebar anamorfik buatan perusahaan ini kemudian menjadi pemimpin pasar. Pada tahun 1972, Panavision membantu merevolusi pembuatan film dengan memproduksi kamera film Panaflex 35 mm. Perusahaan ini kemudian juga memperkenalkan kamera lain, seperti Millennium XL (1999) dan Genesis (2004).
Panavision beroperasi sebagai sebuah perusahaan penyewaan peralatan, dengan semua peralatan yang disewakan adalah miliknya sendiri, tidak seperti sebagian besar kompetitornya.
Awal mula
Robert Gottschalk mendirikan Panavision pada akhir tahun 1953, melalui kemitraan dengan Richard Moore, Meredith Nicholson, Harry Eller, Walter Wallin, dan William Mann. Panavision kemudian resmi didaftarkan sebagai sebuah badan hukum pada tahun 1954. Panavision terutama didirikan untuk memproduksi lensa proyeksi anamorfik guna memenuhi permintaan dari bioskop yang menayangkan film CinemaScope. Pada saat Panavision dibentuk, Gottschalk memiliki sebuah toko kamera di Westwood Village, California, yang mana sejumlah kliennya adalah sinematografer. Beberapa tahun sebelumnya, ia dan Moore—yang bekerja bersama di toko kamera—bereksperimen dengan fotografi bawah air. Gottschalk kemudian menjadi tertarik dengan teknologi lensa anamorfik, yang memungkinkannya untuk mendapat jangkauan perekaman yang lebih lebar pada kamera bawah airnya. Teknologi tersebut dibuat selama Perang Dunia I untuk meningkatkan jangkauan pandangan dari periskop tank. Citra dari periskop "ditekan" secara horizontal oleh lensa anamorfik. Setelah itu, citra tersebut dikembalikan ke kondisi semula dengan menggunakan elemen optis anamorfik tambahan, sehingga operator tank dapat memperoleh jangkauan pandangan yang lebih luas tanpa distorsi signifikan. Gottschalk dan Moore membeli sejumlah lensa tersebut dari C. P. Goerz, sebuah perusahaan optik asal New York, untuk digunakan di fotografi bawah airnya. Dengan makin populernya pembuatan film layar lebar, Gottschalk pun melihat peluang untuk memasok lensa anamorfik ke industri film—awalnya untuk proyektor, dan kemudian untuk kamera. Nicholson, teman Moore, kemudian mulai bekerja sebagai juru kamera untuk menguji coba fotografi anamorfik.
Pada dekade 1950-an, industri gambar bergerak terancam dengan munculnya televisi yang membuat masyarakat malas untuk pergi ke bioskop, sehingga mengurangi pendapatan dari pembuat film. Studio film kemudian berupaya menarik penonton dengan menyediakan hal yang tidak dapat disediakan oleh televisi, seperti dengan menggunakan film warna, film tiga dimensi, suara stereofonik, dan film layar lebar. Cinerama adalah salah satu proses film layar lebar pertama pada saat itu. Proses tersebut membutuhkan tiga kamera untuk merekam dan tiga proyektor tersinkronisasi untuk menampilkan gambar pada satu layar yang lebar dan berlekuk. Selain tantangan logistik dan finansial dalam menyediakan peralatan dengan jumlah tiga kali lipat, proses tersebut menyebabkan munculnya garis vertikal di antara tiga gambar yang diproyeksikan. 20th Century Fox kemudian mengakuisisi hak atas sebuah proses yang mereka beri nama CinemaScope, yang lebih murah, lebih sederhana, dan lebih rapi. Pada proses tersebut, film direkam dengan menggunakan lensa anamorfik. Film lalu diproyeksikan dengan menggunakan lensa anamorfik yang ditambahkan pada proyektor, sehingga gambar yang diproyeksikan berukuran dua kali lipat lebih besar daripada gambar asli yang ada di film. Pada saat film CinemaScope pertama, yakni The Robe (1953), diumumkan mulai diproduksi, Gottschalk, Moore, dan Nicholson telah dapat mendemonstrasikan karya mereka yang direkam dengan menggunakan sistem bawah air anamorfik.
Gottschalk lalu mengetahui dari salah satu pemasoknya bahwa Bausch & Lomb, yang telah dikontrak oleh Fox untuk memproduksi lensa CinemaScope, kesulitan dalam memenuhi pesanan lensa untuk peralatan proyeksi anamorfik di bioskop.Gottschalk lalu bermitra dengan William Mann, yang dapat memproduksi optik, dan Walter Wallin, seorang ahli optis yang merupakan kenalan Mann. Desain lensa anamorfik yang mereka pilih adalah prismatik, bukannya silindris seperti desain lensa CinemaScope buatan Bausch & Lomb. Desain prismatik memungkinkan faktor ekstensi lensa anamorfik (seberapa besar gambar dikembalikan ke ukuran semula) untuk diatur secara manual, sehingga memudahkan petugas proyeksi dalam beralih antara trailer nonanamorfik ("datar" atau "bulat") dan fitur anamorfik. Hasilnya adalah sistem anamorfis, yang dirancang oleh Wallin, dan digunakan pada lensa Panatar. Paten untuk sistem tersebut pun diajukan pada tanggal 11 Agustus 1954, dan akhinya disetujui lima tahun kemudian.
Masuk ke pasar
Produk pertama Panavision, yakni lensa proyeksi Super Panatar, diluncurkan pada bulan Maret 1954. Dengan harga $1.100, produk tersebut pun diminati oleh pasar. Super Panatar berupa kotak yang dipasang pada lensa proyeksi dengan menggunakan cangkang khusus. Sistem prismatik variabel pada Super Panatar memungkinkan berbagai format film ditampilkan dengan menggunakan proyektor yang sama dan hanya dengan sedikit penyesuaian pada lensa. Panavision kemudian meluncurkan Ultra Panatar, versi lebih ringan dari Super Panatar yang dapat dibaut langsung di depan lensa proyeksi. Lensa buatan Panavision pun perlahan-lahan menggantikan CinemaScope sebagai sistem anamorfik terkemuka untuk proyeksi di bioskop.
Pada bulan Desember 1954, perusahaan ini meluncurkan sebuah lensa khusus untuk laboratorium film, yakni Micro Panatar. Saat dipasang pada pencetak optis, Micro Panatar dapat membuat cetakan "datar" (nonanamorfik) dari negatif anamorfik. Micro Panatar pun memungkinkan film untuk didistribusikan ke bioskop yang tidak memasang sistem anamorfik. Sebelum Micro Panatar diluncurkan, studio film terkadang merekam film dengan menggunakan satu kamera anamorfik dan satu kamera bulat, guna memungkinkan bioskop non-layar lebar untuk menayangkan film buatannya. Penghematan biaya produksi film yang dihasilkan dari penggunaan Micro Panatar pun sangat besar.
Panavision kemudian meluncurkan lensa kamera Auto Panatar untuk produksi film anamorfik 35 mm. Lensa kamera buatan CinemaScope awalnya terkenal bermasalah dalam close-up dengan munculnya penyimpangan optis yang biasa dikenal sebagai "gondok", yakni pelebaran wajah akibat hilangnya efek anamorfik seiring dengan makin dekatnya subyek ke lensa. Karena proses anamorfik masih baru berkembang, produksi film yang menggunakan CinemaScope pun awalnya menghindari penyimpangan tersebut dengan cara menghindari close-up. Dengan makin populernya proses anamorfik, penyimpangan tersebut pun menjadi masalah. Panavision lalu menciptakan solusi, yakni dengan menambahkan elemen lensa putar yang bergerak seiring dengan cincin fokus. Elemen tersebut pun mengeliminasi distorsi dan memungkinkan fotografi anamorfik close-up alami. Auto Panatar, yang diluncurkan pada tahun 1958, kemudian menjadi populer dengan cepat, sehingga membuat lensa buatan CinemaScope tertinggal. Inovasi tersebut kemudian membuat Panavision mendapat Academy Awards pertamanya. Tidak lama kemudian, teks "Filmed in Panavision" (seakan-akan Panavision adalah sebuah format layar lebar) pun mulai muncul di bagian akhir dari film.
Sejak tahun 1954, Panavision mengerjakan proses layar lebar baru yang diminta oleh MGM. Sistem kamera MGM menggunakan kamera gambar bergerak Mitchell FC "Fox Grandeur" 70mm buatan tahun 1930, yang telah dimodifikasi untuk mengakomodasi film 65mm dan lensa modern. Sistem yang dihasilkan menggunakan kamera Grandeur film 65 mm yang dilengkapi dengan lensa APO Panatar, sebuah lensa anamorfik terintegrasi (bukannya prime lens standar yang dilengkapi dengan anamorfoser). Sistem tersebut pun menghasilkan faktor tekan anamorfik sebesar 1,25x. Film yang menggunakan proses tersebut memiliki rasio aspek potensial sebesar 2,76:1 saat ditayangkan dengan menggunakan cetakan proyeksi anamorfik 70 mm. Diperkenalkan sebagai MGM Camera 65, sistem tersebut hanya digunakan di sejumlah film, dengan yang pertama adalah film Raintree County (1956). Namun, film tersebut hanya diluncurkan dengan cetakan anamorfik 35 mm, karena bioskop 70 mm telah dipesan untuk film Around the World in Eighty Days (1956), yang direkam dengan sistem nonanamorfik Todd-AO. Pada bulan Januari 1959, poster untuk rilisan 70 mm dari Sleeping Beauty buatan Disney diberi teks "Process lenses by Panavision" di samping logo Super Technirama 70. Film pertama yang ditayangkan dengan anamorfik 70 mm, yakni Ben-Hur, diluncurkan oleh MGM pada tahun 1959 dengan merek dagang MGM Camera 65. Panavision juga mengembangkan sebuah proses layar lebar nonanamorfik yang disebut sebagai Super Panavision 70, yang pada dasarnya mirip dengan Todd-AO. Super Panavision pertama kali tayang pada tahun 1959 dengan The Big Fisherman, yang diluncurkan oleh divisi Buena Vista dari Disney.
Kamera
Pada tahun 1962, empat pendiri Panavision telah keluar dari perusahaan ini untuk berkarir di perusahaan lain. Pada tahun yang sama, produksi film Mutiny on the Bounty oleh MGM dengan menggunakan Camera 65 mengalami pembengkakan biaya, sehingga MGM harus melikuidasi asetnya untuk menutupi biaya produksi film tersebut. Sebagai hasil dari likuidasi, Panavision mengakuisisi divisi peralatan kamera dari MGM, serta hak atas sistem Camera 65 yang telah Panavision kembangkan untuk MGM. Nama teknologi tersebut kemudian diubah menjadi Ultra Panavision. Hanya enam film yang kemudian dibuat dengan sistem tersebut, yakni It's a Mad, Mad, Mad, Mad World (1963), The Fall of the Roman Empire (1964), Battle of the Bulge (1965), The Greatest Story Ever Told (1965), The Hallelujah Trail (1965), dan Khartoum (1966). Sistem tersebut kemudian dihidupkan kembali pada tahun 2015 untuk The Hateful Eight karya Quentin Tarantino. Karena anamorfoser 1,25× untuk proyektor 70 mm telah langka, sebagian besar cetakan 70 mm dari film tersebut pun dirancang untuk diproyeksikan dengan lensa bulat nonanamorfik. Hasilnya adalah rasio aspek 2,20:1, lebih sempit dari rasio aspek yang direncanakan.
Walaupun Fox tetap memakai CinemaScope selama beberapa waktu, sejumlah aktor tidak menyukai sistem tersebut. Untuk produksi Von Ryan's Express oleh Fox pada tahun 1965, Frank Sinatra diberitakan meminta agar lensa Auto Panatar lah yang digunakan. Fox kemudian memutuskan untuk menggantikan CinemaScope dengan Auto Panatar pada tahun yang sama, dan Von Ryan's Express pun menjadi film pertama Fox yang menggunakan lensa buatan Panavision. Beberapa tahun setelah Gottschalk meninggal, kepala desainer Bausch & Lomb, yang terlibat dalam proyek CinemaScope, kemudian bekerja sebagai desainer di Panavision, dan setelah membuka sejumlah lensa tua, menyadari bahwa untuk memenuhi permintaan lensa proyeksi Panavision, Gottschalk bahkan sampai harus meretrofit lensa CinemaScope buatan Bausch & Lomb untuk dijadikan Panavision dengan memasang astigmatik baru.
Pada pertengahan dekade 1960-an, Gottschalk mengubah model bisnis Panavision, yakni hanya menyewakan lensa dan kamera yang mereka produksi, tidak lagi menjualnya.
Catatan
Referensi
Pranala luar
Situs web resmi
Panavision's Future is in Need of Focus by Richard Verrier, The Los Angeles Times, July 20, 2009
= Klip video
=Panavision YouTube channel
Kata Kunci Pencarian:
- Panavision
- Ultra Panavision 70
- The Last Challenge
- Chances Are (film)
- Kissin' Cousins
- Death in Venice (film)
- The Reivers (film)
- The Outlaw Josey Wales
- In Harm's Way
- Sounder (film)
- Panavision
- Super Panavision 70
- Ultra Panavision 70
- Panavision cameras
- 70 mm film
- Anamorphic format
- Genesis (camera)
- Frederick Field (retailer)
- William Eubank
- Saban Capital Group