- Source: Pangan kahat
Pangan kahat atau makanan kelaparan, makanan kemiskinan, makanan bencana kelaparan, adalah makanan yang murah atau tersedia yang digunakan untuk memberi makan orang-orang pada saat bencana kelaparan dan kebuluran, baik yang disebabkan oleh kemiskinan ekstrim, seperti pada saat depresi ekonomi atau perang, atau oleh bencana alam seperti kekeringan.
Contoh
Sejumlah bahan makanan erat kaitannya dengan kelaparan, perang, atau masa-masa sulit sepanjang sejarah:
Kacang maya, dibudidayakan oleh kebudayaan kuno Maya
di Polynesia, tanaman dari genus Xanthosoma, dikenal dengan nama setempat ʻape, disebut sebagai pangan kahat ketika tanaman pertanian taro gagal panen.
Beberapa spesies algae, including Palmaria palmata, Pelvetia and Irish moss (Chondrus crispus), dimakan oleh masyarakat pesisir ketika Wabah Kelaparan Besar Irlandia tahun 1846–1848. Jauh ke daratan, pangan kahat meliputi stinging nettle, wild mustard, sorrel, dan watercress. Di wilayah Skibbereen, orang-orang memakan daging keledai. Yang lainnya memakan daging anjing, kucing, burung liar dari genus Crex, daging babi busuk, dan bahkan daging manusia. Konsumsi tumbuhan liar dari genus Argentina, Rumex, Calluna, Trifolium, serta anemon laut, wortel liar, prem duri, kacang babi, keong caping, siput, tangkira besar, buah dafnah, buah pasir-pasir Eropa, dandelion juga tercatat dalam sejarah. Banyak catatan menyebutkan mereka yang meninggal memiliki noda berwarna kehijauan di mulut mereka karena seringnya memakan rerumputan dan dedaunan.
Umbi lily sego dimakan oleh Pionir mormon ketika panen mereka gagal.
Umbi tulip dan bit merah dimakan ketika sebagian wilayah Belanda diduduki oleh Jerman, periode yang disebut dengan Wabah Kelaparan Belanda tahun 1944-1945.
Di sejumlah masa kekeringan dan bencana kelaparan di Rusia dan Uni Soviet, nettle, Atriplex, dan tumbuhan liar lainnya mereka gunakan untuk membuat roti dan sup.
Di Islandia, kawasan pedesaan Swedia, dan bagian barat Finlandia, jamur menjadi penganan di era Perang Dunia II. Sebelumnya mereka menganggap makanan ini adalah pakan sapi dan juga dikaitkan dengan stigma makanan orang miskin atau makanan di kala peperangan.
Di Scandinavia, kambium (phloem) dari tumbuhan meranggas dikeringkan, digiling, dan ditambahkan ke adonan tepung demi menghemat stok tepung yang ada, membentuk roti kulit kayu. Diperkirakan makanan ini berasal dari tradisi orang Sami.
Adirondack, yang merupakan sebutan untuk orang suku asli yang mendiami Adirondack Mountains di New York, diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa Mohawk 'ha-de-ron-dah' yang bermakna 'pemakan pohon'. Dan nama ini digunakan oleh Iroquoian sebagai sebutan merendahkan / derogatory untuk kelompok Algonqui yang tidak menerapkan pertanian sehingga harus memakan kulit pohon agar selamat dari musim dingin..
Daging kucing dimakan di Italia utara, kawasan Piedmont, Emilia-Romagna, dan Liguria di masa Perang Dunia II.
Juga ketika Pengepungan Paris selama Perang Franco-Prussian, menu yang tersedia dalam kafe-kafe di Paris mencakup daging anjing, kucing, tikus, kuda, keleda, unta, bahkan gajah.
Selama Pendudukan Malaya oleh Jepang, karena kelangkaan beras yang parah, penduduk setempat mulai beralih memakan umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar, dan ubi kelapa.
Selama Pertempuran Bataan di Filipina selama Perang dunia II, warga Filipina dan tentara Amerika Serikat memakan daging anjing, daging kera, daging biawak, pythons, keledai, kuda, burung kakaktua, burung hantu, buaya, dan carabao saat suplai makanan mereka terganggu.
Di kawasan iklim semi kering di Timur Laut Brasil, tunas dan daun kaktus Opuntia cochenillifera umumnya menjadi bahan pakan ternak. Tetapi di kala musim kering yang panjang, masyarakat memakannya sebagai jalan terakhir.
Dalam sejarah Maladewa, dedaunan semak gurita dan gagabusan dimakan di sebagai pangan kahat.
Bunga dan buah kaper telah dijadikan pangan kahat di Etiopia Selatan dan Sudan, juga ketika pengepungan Yerusalem di tahun 1948.
Selama krisis kemanusiaan di Kamboja, masyarakat memakan tarantula, kalajengking, ulat sutra, dan belalang. Tarantula goreng kemudian menjadi penganan populer di kalangan wisatawan yang mengunjungi Kamboja.
Selama Pendudukan Jerman di Polandia pada Perang Dunia II masyarakat membuat tepung dan bubuk kopi dari akorn. Akorn juga dijadikan pengganti kentang.
Homini atau jagung yang diproses dengan alkali menjadi makanan di kala Depresi Besar Amerika Serikat. Karena itu, makanan ini menjadi tabu di selatan Amerika Serikat, terutama kalangan penyintas depresi.
Malva pusilla, dikenal di Palestina sebagai pangan kahat khobeza (bahasa Arab: خُبَيْزَة khubayzah, bermakna 'roti kecil'). Di bulan April tahun 2024, the New York Times bahwa masyarakat Gaza yang sedang terkepung invasi Israel memakannya untuk menghalau rasa lapar.
Lihat pula
Keju pemerintah Amerika Serikat
Roti Khubeza
Makanan pokok
Makanan dan minuman yang tabu
Referensi
Pranala luar
Media tentang Famine food di Wikimedia Commons