- Source: Penguraian rongorongo
Telah dilakukan berbagai upaya untuk menguraikan rongorongo yang ditemukan di Pulau Paskah pada akhir abad ke-19. Selain satu tablet yang diyakini berkaitan dengan kalender bulan, teks-teks rongorongo lain masih belum dipahami, dan bahkan kalender tersebut tidak dapat dibaca. Terdapat tiga hambatan dalam upaya penguraian:
Jumlah teks rongorongo yang tersisa hanya sedikit dan terdiri dari 15.000 glif.
Ketiadan konteks untuk menginterpretasi teks, seperti ilustrasi
Bahasa Rapanui modern sangat tercampur dengan bahasa Tahiti dan mungkin tidak merefleksikan bahasa dalam tablet tersebut-terutama bila terdapat laras bahasa seperti mantra-sementara contoh-contoh bahasa kuno yang masih tersisa sangat terbatas dan mungkin juga tidak berkorespondensi dengan tablet yang ada
Semenjak usulan Butinov dan Knorozov pada tahun 1950-an, sebagian besar filolog, ahli bahasa, dan sejarawan budaya menganggap rongorongo bukan sebagai sistem tulisan sejati, tetapi merupakan proto-tulisan, yaitu alat mnemonik berdasarkan ideogram dan rebus, seperti aksara Dongba orang Nakhi, sehingga tidak mungkin diuraikan. Pandangan ini tidak hanya didukung oleh kegagalan upaya penguraian, tetapi juga langkanya sistem tulisan yang independen di seluruh dunia. Bagi mereka yang mencoba menguraikan rongorongo sebagai sistem tulisan sejati, sebagian besar mengasumsikan sistem tulisan tersebut merupakan logogram, dan beberapa meyakininya sebagai aksara silabis atau campuran. Secara statistik rongorongo tampaknya tidak sesuai dengan logogram atau aksara silabis murni. Topik teks-teks rongorongo masih belum diketahui; sebagian besar penyelidik menduga bahwa teks tersebut terkait dengan genealogi, navigasi, astronomi, atau agrikultur. Sejarah lisan menunjukkan bahwa hanya kaum elit yang melek huruf, dan tablet-tablet tersebut dianggap suci.
Catatan dari Pulau Paskah
Pada akhir abad ke-19, setelah masyarakat Pulau Paskah mengalami kehancuran akibat penyerangan untuk perbudakan dan epidemi, dua investigator amatir mencatat pembacaan tablet rongorongo oleh penduduk Pulau Paskah. Catatan kedua investigator tersebut sering kali dianggap tidak berarti, tetapi kedua catatan merupakan satu-satunya catatan dari orang yang mungkin mengenal rongorongo secara langsung.
= Jaussen
=Pada tahun 1868, Uskup Tahiti Florentin-Étienne Jaussen menerima hadiah dari beberapa penduduk Pulau Paskah yang baru menjadi Kristen, yaitu tablet rongorongo yang kini disebut rongorongo teks D. Ia segera menyadari pentingnya tablet tersebut dan meminta Hippolyte Roussel di Pulau Paskah untuk mengumpulkan lebih banyak tablet dan menemukan penduduk pulau yang mampu membacanya. Roussel mampu memperoleh sedikit tablet walaupun tidak dapat menemukan orang yang dapat membacanya. Namun, pada tahun berikutnya, di Tahiti Jaussen menemukan pekerja dari Pulau Paskah yang bernama Metoro Tau‘a Ure yang mengaku mengenal inskripsi tersebut.
Antara tahun 1869 hingga 1874, Jaussen bekerja dengan Metoro untuk menguraikan empat tablet yang ia punya: A Tahua, B Aruku kurenga, C Mamari, dan E Keiti. Daftar glif yang mereka identifikasi diterbitkan setelah mereka meninggal, dan daftar ini kini disebut daftar Jaussen. Walaupun awalnya dianggap sebagai Batu Rosetta untuk rongorongo, daftar tersebut tidak membantu memahami aksara tersebut. Daftar tersebut juga dikritik karena selain tidak lengkap, juga melakukan kesalahan dengan menyebut lima glif sebagai "porselen", materi yang tidak dapat ditemui di Pulau Paskah. Namun, hal ini merupakan kesalahan penerjemahan: dalam bahasa Prancis, "porcelaine" memiliki dua makna, yaitu "cowrie" dan keramik Cina yang disebut "porselen".
= Thomson
=William J. Thomson menghabiskan dua belas hari di Pulau Paskah dari 19 Desember hingga 30 Desember 1886, dan saat itu ia melakukan beberapa pengamatan yang terkait dengan penguraian rongorongo.
Kalender kuno
Salah satu data etnografik yang dikumpulkan oleh Thomson adalah nama-nama malam dalam satu bulan dan nama-nama bulan dalam satu tahun. Hal ini penting karena membantu menginterpretasi satu deretan rongorongo sebagai kalender, dan perlu diingat bahwa menurut catatan Thomson terdapat tiga belas bulan, walaupun sumber lain hanya menyebut dua belas. Métraux mengkritik Thomson karena menerjemahkan Anakena menjadi Agustus sementara pada tahun 1869 Roussel mengidentifikasikannya sebagai Juli. Namun, Guy menghitung tanggal-tanggal bulan baru untuk tahun 1885 hingga 1887 dan menunjukkan bahwa daftar Thomson sesuai dengan fase-fase bulan pada tahun 1886. Ia menyimpulkan bahwa penduduk Rapanui kuno menggunakan kalender lunisolar dengan kotuti sebagai bulan embolismiknya, dan kebetulan Thomson mendarat di Pulau Paskah pada tahun dengan bulan embolismik.
Butinov and Knorozov
Pada tahun 1957, epigraf Rusia Nikolai Butinov dan Yuri Knorozov (yang pada tahun 1952 membantu penguraian aksara Maya) menunjukkan bahwa struktur repetitif pada deret lima belas glif di Gv5–6 (baris 5 dan 6 verso rongorongo teks G) tampaknya merupakan genealogi. Contohnya:
Bila glif 200 adalah gelar seperti "raja", dan jika glif 76 yang menempel adalah penanda patronimik, maka maknanya kurang lebih adalah:
Raja A, putra B, Raja B, putra C, Raja C, putra D, Raja D, putra E,
dan deretannya adalah garis keturunan
Walaupun belum ada yang dapat memastikan hipotesis Butinov dan Knorozov, hipotesis ini dianggap masuk akal. Jika hal ini benar, kita dapat mengidentifikasi deretan glif lain yang merupakan nama pribadi. Kemudian, rongorongo teks G sebagian besar terdiri dari nama-nama orang karena mengandung 564 glif 76, penanda patronimik putatif. Selain itu, deret 606.76 700 yang diterjemahkan oleh Fischer menjadi "semua burung bersetubuh dengan ikan" maknanya menjadi putra dari 606 dibunuh. Rongorongo teks G dengan 63 glif 700 , yang merupakan rebus untuk îka "korban", adalah kohau îka (daftar korban perang).
Catatan kaki
Bibliografi
Pranala luar
The Rongorongo of Easter Island. Provides primary sources: Eyraud, Pinart, William Thomson, George Cooke, Routledge; old decipherments; Barthel's encodings, line by line; all of Barthel's numbered glyphs; and an English translation of Englert's dictionary
Stéphen Chauvet (1935) Easter Island and its Mysteries, with early photos of many of the tablets, as well as the Jaussen list (p. 1, p. 2, p. 3, p. 4). The section on rongorongo is here.
Discussion by Steven Fischer, with critique by Jacques Guy Diarsipkan 2008-03-13 di Wayback Machine.
Richard Sproat's site Diarsipkan 2010-12-07 di Wayback Machine., with a concordance of matched sequences
Konstantin Pozdniakov's site, with publications