- Source: Prakarsa Transportasi Biji-bijian Laut Hitam
Prakarsa transportasi biji-bijian Laut Hitam adalah persetujuan antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh PBB dan Turki untuk mengurangi dampak krisis pangan global akibat perang antara kedua negara. Prakarsa ini berisi kesepakatan yang memungkinkan ekspor makanan komersial dalam jumlah besar dari tiga pelabuhan utama Ukraina di Laut Hitam yaitu Odesa, Chornomorsk, dan Yuzhne melalui Pusat Koordinasi Gabungan (PKG).
Pada bulan Juli 2022, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi perantara perjanjian antara Ukraina, Turki, dan Rusia yang memungkinkan Ukraina untuk mengirimkan jutaan ton biji-bijian yang terhenti sejak invasi Rusia. Pengiriman ini dilakukan melalui perairan internasional Laut Hitam. Prakarsa transportasi ini dibuat untuk membantu negara-negara di seluruh dunia terutama negara dengan pendapatan rendah seperti Kenya, Afganistan, Bangladesh, Yaman, Etiopia, dan Somalia. Sehingga harga bahan makanan bisa kembali turun dan bencana kelaparan di negara-negara di atas dapat dicegah.
Total jumlah negara yang menjadi tujuan pengiriman biji-bijian ini adalah 38 negara dengan kurang lebih 8,6 juta ton kargo yang dibawa oleh lebih dari 500 kapal.
Latar belakang
Ukraina merupakan salah satu produsen biji-bijian untuk kebutuhan dunia yang terbesar. Dari data Departemen Pertanian Amerika Serikat per Juli 2022, Ukraina memegang 4,9% pasar dunia untuk gandum, 4,9% untuk pasar dunia jagung, 20,7% pasar dunia untuk biji bunga matahari, dan 5,9% pasar dunia untuk jawawut. Ukraina merupakan negara produsen jagung terbesar ketujuh yaitu sebesar 31,5 juta ton, produsen gandum terbesar kesepuluh yaitu sebesar 20,5 juta ton, produsen biji bunga matahari terbesar kedua yaitu sebesar 10,1 juta ton, dan produsen jawawut terbesar ketujuh yaitu sebesar 6,4 juta ton.
Invasi Rusia menyebabkan tertahannya sekitar 25 ton stok biji-bijian Ukraina baik itu di pelabuhan maupun di ladang akibat blokade yang dilakukan oleh angkatan laut Rusia. Blokade yang hanya akan dibuka oleh Rusia apabila pihak Barat mengurangi sanksi terhadap mereka terutama untuk ditutupnya akses ke pelabuhan Uni Eropa. Ketua Asosiasi Biji-bijian Ukraina, Mykola Gorbachov, menyatakan bahwa hanya tersisa sekitar 13-15 ton kapasitas penyimpanan akibat tertahannya pengiriman.
Meskipun pengiriman melalui jalur darat yaitu dengan truk dan kereta api serta jalur sungai tetap dilakukan, tetapi kemampuan angkutnya hanya seperenam dari daya muat kapal. Kondisi ini menyebabkan kurangnya suplai biji-bijian di pasar dunia karena Ukraina merupakan salah satu pengekspor utama. Rusia sebagai pengekspor biji-bijian terbesar pun membutuhkan gandum untuk stok pangan selama berperang sehingga memengaruhi jumlah ekspornya. Kurangnya stok di pasar dunia menyebabkan kenaikan harga biji-bijian yang sebelumnya telah mengalami kenaikan akibat dampak Covid-19. Kenaikan harga yang mencapai 30% akan berimbas kepada negara-negara Afrika dan Timur Tengah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, António Guterres, menyatakan akan ada sekitar ratusan juta orang di negara berkembang yang terancam kelaparan dari terbatasnya ekspor biji-bijian dari Ukraina. Kelangkaan pangan ini akan menyebabkan 181 juta orang di 41 negara mengalami krisis pangan terutama di wilayah Asia-Pasifik, wilayah Afrika sub-Sahara, wilayah Timur Dekat, dan Afrika Utara.
Selama perang, dalam rangka melindungi Pelabuhan Odesa, Ukraina memasang ranjau di sepanjang pantai Laut Hitam. Hal ini dilakukan karena Odesa merupakan pelabuhan utama Ukraina. Rusia juga diketahui menyebar ranjau di Laut Hitam dekat Ochakiv. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menyatakan bahwa Ukraina membutuhkan misi yang jelas dari negara-negara yang dapat mereka percayai untuk melakukan patroli di sepanjang jalur pengiriman biji-bijian. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, juga menegaskan tidak akan mengizinkan kapal-kapal Rusia memasuki pelabuhannya karena mereka tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap seterunya itu.
Lini masa
Sebelum perang Rusia-Ukraina pecah, Presiden Erdogan telah memulai mediasi antara kedua negara. Setelah invasi Rusia, Erdogan tetap berusaha memfasilitasi negosiasi untuk gencatan senjata. Ancaman kelaparan global akibat pasokan biji-bijian dan pupuk dari Ukraina yang terhenti sejak perang, membuat Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menjadwalkan kunjungan ke Turki, Rusia, dan Ukraina untuk mencari jalan keluar.
= April
=Pada tanggal 25 April, Sekjen PBB, António Guterres, bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di Ankara. Deputi juru bicara Guterres, Farhan Haq, menjelaskan tujuan pertemuan ini adalah untuk membahas upaya mengakhiri perang. Keduanya juga membahas dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap isu global dan regional yang berhubungan dengan energi, pangan, dan keuangan. Selanjutnya Guterres bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskwa pada tanggal 26 April. Tujuan utama pertemuan ini adalah untuk menyerukan pembentukan koridor kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil di Mariupol. Guterres juga membahas dampak perang terhadap krisis energi dan pangan. "Kondisi ini merupakan puncak masalah sebagai kelanjutan dari pandemi Covid-19 dan ketidakseragaman akses terhadap sumber daya untuk kebutuhan pemulihan, yang terutama berdampak pada negara berkembang di seluruh dunia. Dengan begitu, semakin cepat kesepakatan perdamaian dicapai, semakin baik hasilnya bagi Ukraina, Rusia, dan seluruh dunia," jelas Guterres. Sehubungan dengan pembahasan perang dan dampaknya secara global dan regional, Presiden Putin menyatakan bahwa pihaknya siap bekerja sama dengan semua orang dan mencapai kesepakatan melalui jalur diplomasi.
Agenda Guterres selanjutnya adalah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv pada tanggal 27 April 2022. Selain membicarakan tentang bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi pascaperang, Zelenskyy dan Guterres juga membahas tentang krisis pangan. Zelenskyy menyadari peran Ukraina sebagai produsen utama biji-bijian dunia. Perang Ukraina-Rusia telah menyebabkan kenaikan harga biji-bijian yang akan menimbulkan bencana kelaparan pada setidaknya 47 juta orang di 81 negara. Keduanya membicarakan upaya-upaya yang akan ditempuh agar Rusia membuka blokade pelabuhan agar ekspor biji-bijian bisa dilakukan.
= Mei
=Pada tanggal 19 Mei 2022, Wakil Federasi Rusia, Vassily A. Nebenzia, membantah tuduhan terhadap Rusia sebagai penyebab krisis pangan global. Nebenzia menyebutkan Rusia justru berusaha membuka koridor kemanusiaan yang menjamin kapal-kapal Ukraina bisa bergerak dengan aman di perairan teritorial. Dalam rangka memastikan keamanan perjalanan kapal-kapal asing dari Pelabuhan Mariupol ke Laut Hitam, Rusia akan menambahkan koridor maritim dengan panjang 115 mil (menjadi 139 mil) dan lebar 2 mil (menjadi 3 mil). Keputusan ini dituangkan dalam surat resmi tertanggal 26 Mei 2022.
= Juni
=Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Senegal sekaligus Ketua Uni Afrika, Macky Sall, di Sochi, pada tanggal 3 Juni 2022 untuk membahas tentang pengiriman biji-bijian. Rusia juga menjamin keamanan ekspor gandum Ukraina melalui pelabuhan di Azov dan Laut Hitam. Koordinasi lanjutan Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoygu, dengan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, pada tanggal 7 Juni 2022 adalah untuk membahas tentang pengiriman biji-bijian, biji bunga matahari, dan hasil pertanian lainnya melalui koridor laut Ukraina. Keesokan harinya, 8 juni 2022, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Çavuşoğlu, bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Turki untuk ekspor biji-bijian jika Ukraina melakukan pembersihan ranjau di pelabuhannya.
= Juli
=Melalui akun Twitter-nya, tertanggal 11 Juli 2022, Zelenskyy menyatakan bahwa dia dan Erdogan berdiskusi tentang urgensi dibukanya blokade pelabuhan agar ekspor biji-bijian dapat dilakukan kembali. Pertemuan delegasi militer Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB di Istanbul pada tanggal 13 Juli 2022 menghasilkan kesepakatan untuk bersama-sama mengawasi pengiriman di pelabuhan dan menjamin keamanan prosesnya. Dalam kunjungan Putin di Iran pada tanggal 19 Juli 2022, Presiden Federasi Rusia itu bertemu dengan Erdogan dan membicarakan tentang rencana agar ekspor biji-bijian Ukraina bisa berjalan kembali.
Duduk di meja yang terpisah, Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan yang dimediasi oleh PBB dan Turki pada tanggal 22 Juli 2022. Berlangsung di Istanbul, Rusia diwakili oleh Menteri Pertahanan Sergey Shoygu sedangkan Ukraina diwakili oleh Menteri Infrastruktur Oleksandr Kubrakov. Kesepakatan ini juga dihadiri Presiden Erdogan, Sekjen PBB Antonio Guterres, dan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar. Peluru kendali Rusia menghantam Pelabuhan Odesa kurang dari 24 jam setelah penandatanganan kesepakatan. Meskipun demikian, pihak Ukraina menyatakan ekspor biji-bijian tetap berjalan.
Ukraina lewat Otoritas Pelabuhan Laut Ukraina atau Ukrainian Sea Ports Authority (USPA) menyiapkan tiga pelabuhan yaitu Pelabuhan Odesa, Chornomorsk, dan Pivdennyi (sebelum tahun 2017 bernama Yuzhnyi) di tanggal 25 Juli 2022. Pada tanggal 27 Juli, Pusat Koordinasi Gabungan (PKG) dibentuk di Istanbul. Keesokan harinya, di tanggal 28 Juli 2022, Kepala Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Martin Griffiths, menyatakan kemungkinan kapal pengiriman pertama dari Ukraina berangkat di hari Jumat meskipun teknis keamanannya belum sepenuhnya selesai terutama yang berhubungan dengan ranjau di Laut Hitam.
Setelah inspeksi di Pelabuhan Chernomorsk pada tanggal 29 Juli 2022, Zelenskyy menyatakan kapal untuk pengiriman pertama telah siap dan menunggu untuk diberangkatkan. Zelenskyy juga menambahkan bahwa kloter pertama pengiriman adalah kapal-kapal yang diisi di awal terjadinya perang, tetapi tidak bisa berangkat. Pada tanggal 31 Juli 2022, juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalın, menyatakan bahwa besar kemungkinan kapal pertama dari Ukraina akan meninggalkan pelabuhan pada hari Senin, 1 Agustus 2022.
= Agustus
=Kapal kargo bermuatan 26.000 ton jagung berangkat dari Pelabuhan Odesa untuk pertama kalinya di tanggal 1 Agustus 2022. Kapal yang memuat bahan pangan kemanusiaan untuk Etiopia dan Yaman, berangkat dari Pelabuhan Yuzhne pada tanggal 12 Agustus 2022.
= September
=Per 7 September 2022, jumlah total kapal yang berangkat dari Ukraina mencapai angka 100 dan per 20 September 2022 jumlah total kapal yang berangkat dari Ukraina mencapai angka 200.
= Oktober
=Per 4 Oktober 2022 jumlah total kapal yang berangkat dari Ukraina mencapai angka 300 dan menembus angka 400 di tanggal 19 Oktober 2022 Pada tanggal 29 Oktober 2022, Federasi Rusia menangguhkan keikutsertaannya untuk sementara waktu sehubungan dengan adanya tuduhan serangan terhadap kapal-kapal mereka.
= November
=Pada tanggal 2 November 2022, Menteri Pertahanan Rusia, Shergey Shoygu, mengumumkan kembali berpartisipasi dalam prakarsa biji-bijian Laut Hitam. Per tanggal 14 November 2022, jumlah total kapal yang berangkat dari Ukraina mencapai angka 500. Zelenskyy mengajukan permintaan untuk menambah 2 pelabuhan untuk pengiriman barang, yaitu Pelabuhan Mykolayiv dan Olviya. Hal ini disampaikan pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, Indonesia pada tanggal 19 November 2022. Permintaan perpanjangan kesepakatan ekspor selama 120 hari ke depan oleh Ukraina dan PBB, disetujui oleh Rusia pada tanggal 19 November 2022.
Perjanjian
Penandatanganan prakarsa transportasi biji-bijian laut Hitam dilakukan di Istana Dolmabahçe, Istanbul, Turki, pada tanggal 22 Juli 2022. Pada awalnya, perjanjian ini ditetapkan untuk kurun waktu 120 hari dengan memberikan koridor maritim yang aman untuk ekspor dari Ukraina, khususnya untuk biji-bijian. Tujuan utamanya adalah untuk menenangkan pasar dengan cara menjamin ketersediaan suplai biji-bijian sehingga inflasi harga pangan dapat dikurangi dan dikendalikan.
Dalam perjanjian ini disepakati kapal Ukraina akan menjadi pemandu bagi kapal yang akan mengangkut produk pertanian keluar masuk pelabuhan. Hal ini karena selama perang, Ukraina menyebar ranjau di Laut Hitam yang berada di dalam wilayahnya. Membersihkan ranjau di sepanjang pantai membutuhkan waktu yang cukup lama. Poin selanjutnya dalam perjanjian adalah Rusia menyetujui gencatan senjata selama proses pengiriman, ekspor gandum dan pupuk dari Rusia akan difasilitasi, dan PBB bersama Turki menjadi pemeriksa kapal untuk memastikan tidak terjadi penyelundupan senjata. Meskipun telah terjadi kesepakatan sehubungan dengan ekspor biji-bijian, tetapi perjanjian antara Rusia dan Ukraina tidak terjadi secara langsung. Rusia yang diwakili oleh Menteri Pertahanan Sergey Shoygu terlebih dahulu menandatangani kesepakatan Moskwa dengan pihak Turki dan PBB lalu Ukraina yang diwakili oleh Menteri Infrastruktur Oleksandr Kubrakov menandatangani kesepakatan Kyiv yang identik.
= Pusat Koordinasi Gabungan (PKG) atau Joint Coordination Centre (JCC)
=Pusat Koordinasi Gabungan dibentuk di Istanbul dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, pada tanggal 27 Juli 2022. Pusat koordinasi yang berkantor di Universitas Pertahanan Nasional di Distrik Besiktas, Istanbul, terdiri atas 20 orang perwakilan senior dari Turki, Rusia, Ukraina, dan PBB. Dari masing-masing penandatangan perjanjian, terdapat 5 orang perwakilan dengan Turki sebagai tuan rumah dan PBB sebagai sekretarisnya.
Pembentukan PKG bertujuan untuk mengawasi dan mengoordinasi pelaksanaan transportasi biji-bijian. Di lapangan, semua kapal dagang komersial yang akan diberangkatkan diwajibkan untuk mendaftar pada PKG. Hal ini bertujuan agar kapal dapat diawasi dan diinspeksi untuk memastikan pengiriman yang aman. PKG juga mengatur keluar masuk kapal melalui koridor yang telah ditentukan setelah lolos inspeksi.
Kapal-kapal barang Ukraina akan membawa kargonya ke perairan internasional Laut Hitam. Selanjutnya kapal-kapal ini akan melewati Selat Bosporus melalui koridor yang telah disepakati sebelumnya. Setelah melewati inspeksi PKG, kapal dari dan menuju Ukraina bergerak tanpa adanya kapal perang militer atau pesawat udara tanpa awak di dalam batas zona yang ditetapkan oleh PKG. Untuk memastikan keamanan kapal dan awaknya, PKG dan Sekretaris Jenderal Organisasi Maritim Internasional, Kitack Lim, membentuk Satuan Tugas Darurat.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Prakarsa Transportasi Biji-bijian Laut Hitam
- Pelabuhan Odesa
- Dampak kemanusiaan dari invasi Rusia ke Ukraina 2022
- Australia
- Pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat
- Estonia
- Jerman Nazi
- Argentina
- Sejarah dunia
- Peradaban Maya