- Source: Psikosis pascapersalinan
Psikosis pascapersalinan (PPP), yang juga dikenal sebagai psikosis nifas atau psikosis peripartum, adalah kondisi di mana gejala psikotik muncul secara tiba-tiba segera setelah persalinan, umumnya dalam dua minggu pertama tetapi kurang dari empat minggu setelahnya. PPP tergolong dalam "Brief Psychotic Disorder" dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Volume V (DSM-V). Gejalanya meliputi delusi, halusinasi, gangguan dalam bicara (seperti bicara yang tidak koheren), dan/atau perilaku motorik yang tidak normal (seperti katatonia). Gejala lain yang sering terkait dengan PPP termasuk kebingungan, ketidakaturan pikiran, gangguan tidur yang parah, fluktuasi suasana hati (termasuk depresi, agitasi, mania, atau kombinasi di antaranya), serta ciri-ciri kognitif seperti perubahan kesadaran (waxing and waning) atau disorientasi.
Penyebab PPP masih belum dipahami sepenuhnya, meskipun bukti untuk kategori besar gangguan kejiwaan pascapersalinan (misalnya, depresi pascapersalinan) semakin menunjukkan bahwa perubahan hormonal dan respons imun tubuh mungkin berperan, sebagaimana faktor genetik dan gangguan irama sirkadian. Meskipun faktor-faktor risikonya belum dipastikan, beberapa penelitian menyarankan bahwa kurangnya tidur, kehamilan pertama (primiparitas), dan riwayat PPP sebelumnya dapat berkontribusi. Tinjauan terkini menambahkan bukti bahwa riwayat diagnosis psikiatrik sebelumnya, khususnya gangguan bipolar, baik pada individu maupun keluarganya, dapat meningkatkan risiko PPP setelah persalinan. Saat ini, belum ada alat skrining atau penilaian standar untuk mendiagnosis PPP; diagnosis biasanya ditetapkan oleh dokter yang merawat berdasarkan gejala yang dialami pasien, dengan menggunakan kriteria diagnostik DSM-V sebagai panduan (lihat Diagnosis).
Meskipun kejadian PPP hanya sekitar 1 hingga 2 dari setiap 1.000 kelahiran, perkembangan cepat gejala psikotik, terutama yang melibatkan delusi kesalahan identifikasi atau paranoia, meningkatkan kekhawatiran terhadap keselamatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, PPP dianggap sebagai keadaan darurat psikiatri, sering kali memerlukan perawatan rawat inap segera. Perawatan mungkin mencakup penggunaan obat-obatan seperti benzodiazepin, litium, dan antipsikotik, serta prosedur seperti terapi elektrokonvulsif (ECT). Dalam kasus-kasus di mana seorang wanita hamil memiliki riwayat gangguan bipolar atau episode PPP sebelumnya, penggunaan obat profilaksis (terutama lithium) selama atau segera setelah melahirkan telah terbukti dapat mengurangi kejadian episode psikotik atau bipolar pada periode pasca melahirkan.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Psikosis pascapersalinan
- Sindrom sernak bayi
- Depresi pascapersalinan
- Gangguan psikiatri pada persalinan
- Ergometrin