- Source: Sastra wangi
Sastra Wangi adalah sebutan yang diberikan untuk karya sastra Indonesia karya penulis perempuan. Istilah sastra wangi pertama kali muncul setelah tebitnya novel Saman (1998) karya Ayu Utami. Hal yang mendasar munculnya sastra wangi adalah tema seks yang diusung oleh para penulisnya. Sastra wangi menjadi sarana para penulisnya untuk menyampaikan ideologi dan cara pandang feminis. Para pengarang yang karyanya dikategorikan sastra wangi melihat pengistilahan ini sebagai suatu bentuk ejekan. Alasan mereka, pemberian istilah ini adalah penilaian hanya berdasarkan penampilan fisik saja.
Ideologi
Dari segi isi, sastra wangi sangat berani dan secara terbuka bahkan vulgar berbicara tentang alat kelamin. Memang pada tahun 70-an muncul karya sastra yang bertema seksualitas yang menggairahkan, tetapi tidak benar-benar menyentuh sekitar selangkangan secara terbuka. Dari segi ideologi, penulis sastra wangi mengangkat ajaran moral, kritik terhadap pemerintah, dan sikap atau pernyataan gender. Dalam novel-novel sastra wangi tokoh perempuan digambarkan menyuarakan hak dan otoritas tubuh keperempuanannya. Novel-novel sastra wangi menyuarakan perlawan terhadap dominasi maskulin. Dasar ideologi yang paling kuat dalam sastra wangi adalah feminisme yang menolak cara pandang partiarkis. Selain itu muncul juga pendobrakan konsep hubungan pranikah, perselingkuhan, dan lembaga pernikahan.
Ayu Utami mengatakan bahwa tulisan-tulisannya adalah upaya menciptakan wacana mengenai seksualitas dari sudut pandang perempuan. Sementara Djenar Maesa Ayu menyatakan karya-karyanya sebagai usaha untuk jujur terhadap diri sendiri, yaitu apa yang ia alami dan rasakan.
Kontroversi
Kebebasan mendiskusikan masalah seks menjadi sumber utama kontroversi karya-karya sastra wangi. Para penulis sastra wangi dianggap mengangkat isu yang oleh generasi sebelumnya dianggap tabu. Mereka dianggap dapat menghasilkan tulisan hebat dan menciptakan gaya penulisan baru, bahkan sebagai pembebasan perempuan juga aliran feminisme. Karya-karya penulis sastra wangi mendapat sambutan sangat positif dalam banyak segi, seperti media, penghargaan sastra termasuk jumlah eksemplar yang terjual. Kontroversi muncul ketika Katrin Bandel mempertanyakan kepantasan karya-karya tersebut yang mendapat tanggapan begitu positif. Menurut Katrin, sensasi seputar perempuan dan seks dalam satra wangi memberi efek yang merugikan bagi kesusastraan Indonesia Katrin Bandel menyebut dua pengarang perempuan yang layak diragukan apakah mereka sungguh melakukan pendobrakan tabu bahkan pembebasan perempuan adalah Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu. Seksualitas adalah isu yang cukup sentral dibicarakan melalui banyak bentuk dalam karya sastra. Namun, memang sastra wangi sedang menjadi tren sejak tahun 2000-an sebagai karya yang membicarakan seksualitas secara menantang dan penuh sensasi. Sementara itu sebagian penulis sastra wangi sepakat bahwa gunjingan yang mereka dapatkan disebabkan karena mereka adalah perempuan, yang sejauh ini dipandang mesti bersikap halus dan lembut.
Para penulis
Berikut ini para penulis sastra wangi di Indonesia:
Ayu Utami
Dewi Lestari
Djenar Maesa Ayu
Fira Basuki
Nova Riyanti Yusuf
Rujukan
Kata Kunci Pencarian:
- Sastra wangi
- Sastra Indonesia
- Prabu Siliwangi
- Sastra Sunda
- Saman (novel)
- Ayu Utami
- Wangi Gitaswara
- Sri Tanjung
- Dewi Lestari
- Asma Nadia
- Sastra wangi
- Djenar Maesa Ayu
- Ayu Utami
- Contemporary literature
- Saman (novel)
- List of literary movements
- Dewi Lestari
- Indonesian literature
- Fira Basuki
- Nova Riyanti Yusuf