- Source: Sejarah Afrika Selatan
Afrika Selatan adalah sebuah republik di selatan Afrika. Negara ini berbatasan dengan Namibia, Botswana dan Zimbabwe di utara, Mozambique dan Swaziland di timur laut.
Pada masa silam, negara ini dikecam karena dasar apartheidnya tetapi sekarang Afrika Selatan adalah sebuah negara demokratik dengan penduduk kulit putih terbesar di benua Afrika. Afrika Selatan merupakan negara multiras dan mempunyai 11 bahasa resmi. Afrika Selatan terkenal sebagai penghasil berlian, emas dan platinum yang utama di dunia.
Sejarah Purba
Manusia modern tinggal di Afrika Selatan selama 100.000 tahun, manakala keturunan mereka berada disini selama 3,3 juta tahun. Sebuah lokasi yang kaya dengan peninggalan fosil adalah di Gua Sterkfontein dekat Johannesburg dan Pretoria. Kini dikenali sebagai ayunan manusia atau Cradle of Humankind. Bukti-bukti terbaru manusia primitif adalah lukisan-lukisan gua yang dihasilkan oleh sekumpulan orang dari Zaman Batu, yaitu kaum kerabat suku Khoekhoen dan San.
Kedatangan orang Eropa
Penempatan Eropa yang pertama di Afrika Selatan ialah di Table Bay (kini Cape Town) oleh Serikat Hindia Timur Belanda (VOC) pada tahun 1652. Pada asalnya ia didirikan sebagai pusat persinggahan untuk kapal-kapal yang melaluinya. Namun, koloni ini kian berkembang ketika petani-petani Belanda membuka ladang-ladang mereka di penempatan ini. Selepas itu, budak-budak diimport dari Afrika Timur, Madagascar dan India Timur, untuk bekerja di ladang mereka.
Pada tahun 1679, Serikat VOC mengambil keputusan untuk meningkatkan pengeluaran pertanian di penempatan ini dengan menggalakkan lebih banyak penduduk Eropa pindah ke penempatan ini. Para pendatang berbangsa Jerman dan Belanda ditawarkan ladang percuma apabila mereka datang ke Cape. Pada tahun 1688 beberapa ratus orang berbangsa Huguenots yang lari dari penindasan kerajaan Prancis berpindah ke Cape dan diberi tanah di penempatan ini. Pendatang-pendatang tersebut kemudiannya menerima budaya serta bahasa Belanda dengan hati yang terbuka. Sebagai peladang mereka menanam gandum yang banyak dan bijirin yang lain untuk dijual ke VOC. Disamping itu, mereka menanam pokok anggur untuk dijadikan anggur dan brandi - produk yang mempunyai permintaan yang tinggi oleh pelayar-pelayar Belanda dan juga dapat diekspor ke Eropa. Namun, ekonomi yang penting untuk para pendatang adalah peternakan, yang memerlukan kawasan padang rumput yang luas sebab tanah di Cape kurang subur. Pada akhir abad itu, ladang rumput yang gersang menjadi suatu masalah besar bagi pendatang-pendatang di penempatan ini.
Akibatnya, pada tahun 1700 petani-petani ini menerobos masuk ke wilayah kerajaan Bantu, 700 kilometer ke timur Cape Town. Ini menimbulkan konflik antara pihak pendatang dengan suku Bantu dan Xhosa dan memulai peperangan selama satu abad, dimana pihak Belanda berhasil menaklukan kerajaan Xhosa. Pada masa yang sama, tempat-tempat di luar jangkauan Belanda melancarkan kerajaan yang baru yaitu kerajaan Zulu.
Pada 1820 an, pemimpin Zulu yang terkenal yaitu Shaka mendirikan kerajaan yang besar di tenggara Afrika yaitu Lesotho dan kerajaan Sotho-Tshwane yang lain. Sementara itu bermula pada 1830 an, kaum kerabat pendatang Belanda yang pertama, yang dikenali sebagai Boer Voortrekkers memulakan migrasi ke bahagian utara Afrika Selatan.
Pihak Inggris menduduki Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) pada 1806 dan kemudian daerah Natal. Sepanjang abad 1800, pengaruh Eropa mula berkembang kearah timur. Pada pertengahan 1800, kumpulan Voortrekkers (Bahasa Afrikaan yang bermaksud perintis) mendirikan dua republik kaum kulit putih, Zuid-Afrikaansche Republiek (ZAR) atau Republik Afrika Selatan di Transvaal dan Orange Free State.
Revolusi Tambang
Penemuan berlian di utara Cape pada 1860 an menarik berpuluh ribu orang ke bandar Kimberley. Pada 1871, pihak Inggris merampas semua Tambang berlian di negara ini. Mereka juga menakluki daerah-daerah kulit hitam yang berakhir dengan perang Anglo-Zulu pada 1879, di mana kerajaan Zulu jatuh ketangan penjajah Inggris.
Pembukaan Tambang emas Witwatersrdan pada tahun 1886 merupakan titik perubahan bagi sejarah Afrika Selatan. Permintaan bagi hak franchise untuk pendatang penutur bahasa Inggeris yang bekerja diTambang emas baru yang kaya ini merupakan alasan yang digunakan oleh Inggris bagi memulakan peperangan dengan Transvaal dan Orange Free State pada tahun 1899. Pihak Boers pada mulanya menyebabkan kekalahan teruk kepada Inggris tetapi akhirnya kekuatan kerajaan Inggris melemahkan pasukan gurila (yang dikenali sebagai komando) dan peperangan berakhir pada tahun 1902. Kebijakan membumi hanguskan Inggris termasuk membakar ladang dan penahanan anak dan isteri Boer dan penduduk kulit hitam yang berada dalam laluan mereka. Beribu-ribu mati dalam kemah tahanan. Pihak Boers sadar bahawa penentangan berterusan akan menyebabkan mereka lenyap dari bumi Afrika Selatan. Oleh itu, pada 31 Mei, 1902 pihak Boers dan Inggris menandatangani Perjanjian Vereeniging di Pretoria. Perjanjian ini memberikan kuasa penuh kepada pihak Inggris untuk memerintah Afrika Selatan. Manakala, pihak Inggris bersetuju untuk membayar hutang perang kerajaan Boer sebanyak £3,000,000. Disamping itu, penduduk Belanda diberi hak kerakyatan istimewa di Afrika Selatan.
Penyatuan Afrika Selatan
Pada tahun 1910, Kesatuan Afrika Selatan didirikan dari empat daerah yaitu Cape, Natal, Transvaal dan Free State. Kesatuan ini adalah lebih kepada kesatuan kaum kulit putih dari segi hak dan kuasa politik. Manakala, penduduk kulit hitam dikesampingkan. Akibatnya, kaum kulit hitam menentang kesatuan ini. Walaupun terdapat penentangan yang hebat terhadap kerajaan berbentuk perkauman, Akta Tanah Pribumi (Natives Land Act) digubal pada tahun 1913. Akta ini menetapkan kawasan-kawasan penempatan yang dipanggil "homeland" yang dapat diduduki oleh kaum kulit hitam. Penempatan ini hanya merangkumi 13% kawasan di seluruh Afrika Selatan. Selain itu, lebih banyak akta diskriminasi digubal, seperti pemberian kerja yang memihak kepada kaum kulit putih. Pada 1930 an, diskriminasi perkauman menjadi semakin teruk akibat kebangkitan semangat nasionalisme di kalangan bangsa Afrikaner.
Partai politik pertama di Afrika Selatan adalah Partai Afrika Selatan yang didirikan oleh Louis Botha dan Jan Smuts pada 1910. Dua tahun kemudian, Kongres Kebangsaan Afrika atau African National Congress (ANC) pula didirikan untuk membangkang diskriminasi penduduk kulit hitam dari pelibatan politik. Beberapa tahun selepas itu, Partai Kebangsaan atau National Party (NP) dibawah pimpinan Barry Hertzog menggantikan Partai Afrika Selatan. Pada 1934, kedua-dua partai bergabung dan dikenali sebagai partai Afrika Selatan Bersatu (United Party South Africa). Gabungan ini berhasil menyatukan suku Afrikaner dan Inggris. Namun, perkongsian kuasa ini berakhir pada 1939 sewaktu Perang Dunia II meletus. Perpecahan ini berlaku kerana kesatuan tersebut menyokong pihak Inggris, manakala suku berhaluan kanan Partai Kebangsaan, bersimpati pula dengan regim Nazi di Jerman.
Kebangkitan Apartheid
Pada tahun 1948, selepas berakhirnya Perang Dunia II, Partai Kebangsaan (NP) yang pro-Afrikaner, mengambil alih kuasa dan membawa bersama mereka ideologi apartheid, suatu pendekatan kuku besi dalam melaksanakan kebijakan perkauman, yang lebih zalim dari kebijakan-kebijakan perkauman kerajaan sebelumnya.
Sementara itu, pihak pembangkang berkulit hitam pula melalui perubahan yang besar. Pada 1943, satu kumpulan belia yang lebih agresif dan komited melancarkan sayap baru yang dipanggil "ANC Youth League", yang telah melahirkan banyak tokoh-tokoh politik hebat seperti Nelson Mandela, Oliver Tambo dan Walter Sisulu.
Pada 1961, kerajaan NP dibawah pimpinan Perdana Menteri HF Verwoerd mengisytiharkan Afrika Selatan sebagai sebuah republik selepas memenangi pungutan suara rakyat kulit putih. Selepas itu kerajaan melancarkan segregasi secara besar-besaran dengan mengharamkan perkawinan berlainan bangsa dan menghendaki setiap rakyatnya mendaftar diri berdasarkan bangsa atau warna kulit.
Segregasi perumahan kemudiannya dikuatkuasakan dimana komunitas berkulit hitam dipaksa berpindah kepada kawasan yang ditetapkan untuk kaum kulit hitam. Kerajaan Afrika Selatan juga merangka kebijakan untuk pembangunan berasingan, dan membahagi-bahagikan penduduk Afrika kepada "negeri-negeri" tiruan dengan "homeland"nya yang tersendiri dengan janji setiap negeri akan diberikan "kemerdekaan". Hampir 3.5 juta penduduk kulit hitam menjadi mangsa pemindahan ini dan ia menyebabkan meningkatnya kawasan setinggan di Arika Selatan. Rakyat kulit hitam dijadikan rakyat kelas dua dengan adanya "pass laws" dan kawalan influx yang dilaksanakan dengan ketat. Ini membangkitkan kemarahan dari pihak ANC dan pada 1949 mereka melancarkan Program Tindakan yang menolak dominasi kaum kulit putih dan menggalakkan tindakan protes, mogok dan demonstrasi.
Kata Kunci Pencarian:
- Afrika Selatan
- Sejarah Afrika Selatan
- Afrika
- Daftar presiden Afrika Selatan
- Uni Afrika Selatan
- Daftar Wakil Presiden Afrika Selatan
- Konstitusi Afrika Selatan
- Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (Afrika Selatan)
- Daftar Perdana Menteri Afrika Selatan
- Sejarah
- Makassar people
- List of equipment of the Indonesian Army
- Foreign relations of Indonesia
- Ministry of Foreign Affairs (Indonesia)
- Kebayoran Baru
- List of Transjakarta corridors
- Tourism in Indonesia