- Source: Sistem sosial-ekologi
Sistem sosial-ekologi (SSE) adalah sistem yang dibentuk dari komponen biologi, geologi, dan fisik (bio-geo-fisik) serta beragam aktor dan institusi sosial terkait dengan komponen-komponen tersebut. Sistem sosial-ekologi sifatnya kompleks dan adaptif serta dibatasi oleh lingkup ruang atau fungsi yang terhubung dengan ekosistem dan konteks masalah tertentu.
Definisi-definisi
Belum ada definisi tetap dari SSE. Bersumber dari penelaahan sejawat, beberapa definisi yang menjelaskan karakteristik utama SSE diantaranya:
Sebuah sistem koheren tersusun dari faktor-faktor biofisik dan sosial yang kerap berinteraksi dalam pola yang resilien dan berkelanjutan;
Sebuah sistem yang didefinisikan oleh beberapa skala ruang, waktu, dan organisasi yang saling terhubung dan memiliki hierarki;
Kumpulan dari beberapa sumber daya penting (alam, sosioekonomi, dan budaya) dimana aliran dan pemanfaatanya diatur oleh kombinasi dari beberapa sistem ekologi dan sosial; dan
Sebuah sistem yang kompleks, dan senantiasa dinamis dengan beradaptasi.
SSE, sederhananya, adalah bentukan dari sistem manusia dan sistem alam yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Keterhubungan ini juga dijabarkan beberapa cendekiawan dalam istilah konsep lain seperti "sistem sosioekologi" (socioecological system), "sistem ekososisal" (ecosocial system), dan "sistem manusia-alam yang tergandeng " (coupled human-environment system).
Pendekatan integratif
Dalam beberapa dekade terakhir, titik temu antara ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam masih sangat terbatas untuk membantu memahami sistem sosial-ekologi. Sebagaimana ekologi mainstream telah mencoba mengecualikan unsur manusia dalam kajian ekologi, lingkungan alam juga telah dikesampingkan dalam kajian pengetahuan sosial dimana lingkup analisis dibatasi hanya pada manusia. Meskipun beberapa cendekia (misal: Bateson 1979) telah mencoba menerapkan teori pemisahan budaya-alam; umumnya kajian sosial masih terpusat dalam penyelidikan proses yang terjadi dalam ranah sosial saja, masih memperlakukan ekosistem hanya sebagai "kotak hitam" serta berasumsi jika sistem sosial menunjukkan kemampuan adaptasi atau terorganisir dengan baik sebagai institusi maka sistem sosial akan mengelola sumber daya alam dengan cara yang lestari.
Keadaan di atas berubah pada tahun 1970- dan 80-an ketika munculnya cabang-cabang keilmuan dibawah sains sosial yang secara eksplisit mengikutsertakan lingkungan alam dalam pembingkaian masalah yang dikaji. Cabang keilmuan tersebut diantaranya:
Environmental ethics, yang muncul sebab perlunya dicetuskan sebuah filosofi etika tentang relasi antara manusia dan alam sebab, secara baku, cabang filosofi etika hanya berlaku untuk hubungan antara manusia.
Political ecology, yang meluaskan perhatian ekologis dengan menempatkan pengaruh aktivitas politik dan budaya dalam analisis beragam ekosistem yang dipengaruhi kuat, tetapi tidak selalu, oleh konstruksi sosial.
Environmental history, yang muncul dari aktivitas akumulasi besar sumber daya alam sebagai wujud dokumentasi antara masyarakat dengan alam.
Ecological economics, yang meninjau hubungan antara ekonomi dan ekologi dengan menjembatani dua disiplin ilmu tersebut untuk memperkenalkan sudut pandang ekonomika ke dalam kajian ekosistem.
Common property, yang mengkaji antara manajemen sumber daya dengan organisasi sosial, menganalisis bagaimana beragam institusi dan sistem hak kepemilikan menghadapi dilema 'tragedy of the commons'.
Traditional ecological knowledge, yang merujuk kepada pemahaman ekologis yang dirumuskan bukan oleh para pakar atau cendekia, tetapi oleh orang-orang yang hidup dan menggunakan sumber daya alam di suatu tempat.
Pondasi konsep dan sejarah
Ostrom|Elinor Ostrom bersama sejumlah besar rekan-rekan penelitinya mengembangkan kerangka konsep "Social-Ecological Systems" (Sistem Sosial-Ekologi) yang komprehensif di saat teori common-pool resources dan collective self-governance sedang berkembang. SSE juga bertumpu kuat pada konsep ekologi sistem(berbeda dengan ekosistem) dan teori kompleksitas. Studi tentang SSE banyak berkaitan, tetapi tidak selalu, dengan masalah utama sosial (misal: kesetaraan dan kesejahteraan manusia) yang kerap mendapatkan sedikit perhatian di dalam penerapan teori sistem adaptif kompleks; dan sebagian teori kompleksitas (misal: fisika kuantum) juga memiliki relevansi, tetapi sedikit, di dalam memahami SSE.
Teori SSE menggabungkan ide-ide dari teori yang berkaitan dengan kajian tentang resilience (daya lenting), robustness (kekokohan), sustainability (keberlanjutan), dan vulnerability (kerentanan) (contoh kajian: Levin 1999,Berkes et al. 2003 Gunderson dan Holling 2002, Norberg dan Cumming 2008); termasuk teori lainya yang bisa menjelaskan atribut dan dinamika SSE dengan lebih luas lagi seperti teori sistem dinamik dan sistem multi-agen) Walaupun teori SSE juga mengacu secara spesifik pada berbagai bidang keilmuan seperti biogeografi pulau, teori pencarian-makanan yang optimal, dan teori mikroekonomi; cakupan SSE kini jauh lebih luas daripada teori-teori tersebut.
Sebagai konsep yang relatif baru, secara garis besar teori SSE muncul dari kombinasi beberapa bidang keilmuan dan dari gagasan tentang kompleksitas. Kemunculan ini dihadirkan dalam karya banyak sarjana, khususnya dari Institut Santa Fe (2002). Sebab ini, teori sistem kompleks dianggap sebagai 'orang tua intelektual' dari teori SSE. Namun, sebab (1) beragam konteks sosial dari penelitian SSE serta (2) penerjemahan hasil penelitian SSE menjadi rekomendasi yang berpengaruh pada orang banyak di dunia nyata; cara pandang penelitian SSE menjadi jauh lebih 'sadar diri' dan lebih 'pluralistik' dibanding cara pandang yang diterapkan dengan teori kompleksitas yang mendahului SSE.
Penelitian SSE telah menjadi sebuah bidang interdisipliner tersendiri yang berkembang dengan pesat. Penelaahan SSE - yang umumnya menggunakan cara pandang sistem kompleks - telah menjadi upaya yang menghubungkan berbagai disiplin ilmu, ke dalam pengetahuan baru, yang dianggap dapat diterapkan untuk menyelesaikan beberapa masalah lingkungan yang paling serius saat ini. Dalam hal ini, di dalam sebuah sistem yang kompleks, pengelolaan sistem dapat dimutakhirkan dengan: (1) membuat sistem yang adaptif dan fleksibel; dan mampu menghadapi ketidakpastian (uncertainty) dan kejutan (surprises); dan dengan (2) membangun kapasitas adaptasi dari beragam aktor dan komponen di dalam sistem, terhadap perubahan sosial atau ekologis di dalam SSE. SSE, dengan demikian, juga bersifat kompleks dan adaptif yang berarti mengelola SSE akan memerlukan (1) pengujian secara kontinu, (2) pembelajaran tentang perubahan dan ketidakpastian di dalam sistem, dan (3) mengembangkan pengetahuan (misal: data, informasi, pengalaman) dan pemahaman; yang kesemuanya dibutuhkan untuk menghadapi untuk menghadapi perubahan dan ketidakpastian di dalam SSE.
Istilah "social-ecological systems" pertama kali dipopulerkan di 1998 oleh buku yang ditulis Fikret Berkes dan Carl Folke sebab mereka ingin menegaskan kebutuhan proporsi yang seimbang antara penelaahan dimensi sosial dan ekologi dalam proses analisis penelitian, ketimbang penelaahan yang condong pada satu macam dimensi atau sistem saja.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Sistem sosial-ekologi
- Ekologi manusia
- Ekologi
- Teori sistem ekologi
- Ilmu sosial
- Sosialisme
- Etika lingkungan
- Masalah sosial
- Lingkungan hidup
- Pembangunan berkelanjutan