- Source: Situasi kemanusiaan selama perang di Donbas
Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak April 2014 antara Angkatan Bersenjata Ukraina dan separatis dari Rеpublik Donetsk dan Republik Lugansk yang berada di wilayah Donbas telah menyebabkan banyak situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di wilayah konflik ini. Konflik ini menyebabkan para warga menjadi pengungsi internal dan juga berpindah ke Rusia untuk menyelamatkan diri dari konflik yang terjadi. Beberapa lembaga juga mencatat terjadi perilaku melawan hukum seperti pembunuhan berencana, penyiksaan dan penculikan yang terjjadi pada beragam orang, seperti wartawan, pendatang asing dan para pendukung kesatuan Ukraina.
Konflik yang berkepanjangan ini juga menimbulkan beberapa dampak yang besar terhadap kondisi kehidupan para warga seperti masalah kesehatan fisik ataupun mental, keamanan serta sanitasi air yang terganggu. Kejahatan-kejahatan perang juga diperkirakan terjadi selama perang dari kedua pihak, yaitu pihak pemerintah Ukraina ataupun pihak separatis.
Korban jiwa
Setelah Donbas menyatakan kemerdekaanya pada tanggal 12 Mei melalui hasil referendum, beberapa konflik terjadi antara angkatan bersenjata Ukraina dan para separatis di Donbas yang membunuh beberapa warga sipil di pihak Donbas. Laporan BBC melaporkan bahwa sekitar 1.000 orang warga sipil dan tentara terbunuh akibat konflik ini. Berdasarkan laporan pertama pada tanggal 28 Juli 2014 oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), bila dihitung secara kasar, diperkirakan bahwa 1.129 orang telah terbunuh dan 3.442 korban luka-luka selama periode konflik dari pertengahan April 2014 hingga 26 Juli 2014. Jumlah korban jiwa pun meningkat menjadi dua kali lipat mencapai 2.593 orang dengan rata-rata 36 orang meninggal setiap harinya berdasarkan laporan OHCHR sampai tanggal 27 Agustus 2014. Korban luka-luka juga bertambah dan mencapai 5.956 dari laporan yang sama.Peristiwa serangan roket juga terjadi dan menyerang konvoi pengungsi yang jumlah korbannya tidak diketahui pada tanggal 18 Agustus 2014. Pelaku serangan ini tidak dapat ditentukan karena kedua belah pihak saling menuduh pihak lawan sebagai pelaku, baik Pemerintah Ukraina dan separatis.
Laporan selanjutnya dari OHCHR yang diterbitkan pada tanggal 20 November 2014 menyatakan bahwa jumlah korban meninggal mencapai 4.317 dengan 9.921 orang luka-luka.
Pengungsi
Berdasarkan laporan dari Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi, ada 54.000 pengungsi internal yang tinggal di Ukraina hingga 27 Juni 2014. Salah satu lokasi yang menjadi tujuan adalah Oblast Poltava. Selain Poltava, pengungsi dari Slavyansk juga menyelamatkan diri di Svyatogorsk. Svyatogorsk diperkirakan ditinggali 15.000 hingga 20.000 pengungsi yang berasal dari Slavyansk pada akhir Mei 2014. Mayoritas dari para pengungsi tidak memiliki akses air, bahan bakar, listrik dan stok makanan yang terbatas. Meskipun banyak penduduk Slavyansk yang memilih pindah, tetapi mayoritas penduduk tetap memilih tinggal di Slavyansk karena masalah dana, transportasi dan rasa takut terhadap angkatan bersenjata. Sejak dari tanggal 30 Mei 2014, 1.589 pengungsi tinggal sementara di stasiun rel kereta api dan hotel kereta api di jalur rel Selatan dengan mayoritas pengungsi yang berjumlah 1.409 orang tinggal di stasiun kereta Kharkiv-Pasazhyrskiy. Odessa juga menjadi lokasi tujuan yang pada periode tersebut telah menampung 2000 keluarga pengungsi internal yang menyelamatkan diri.
Beberapa pengungsi dari Donbas memilih untuk menyelamatkan diri dan pindah ke Rusia dan tinggal di hotel, hostel dan kamp musim panas. Berdasarkan sumber dari pejabat Rusia, pada akhir Mei 2014, jumlah pengungsi yang pergi ke Rusia mencapai 70.000 pengungsi sejak Perang di Donbas dimulai. Para pengungsi ini memilih untuk menyelamatkan diri dengan berpindah ke wilayah-wilayah lain di Ukraina. Laporan ini juga menyebutkan bahwa para pengungsi berkumpul di wilayah Rostov Na Donu yang berjumlah 12.900 orang pengungsi dengan hampir setengahnya merupakan anak-anak dan sementara pengungsi lainnya yang berjumlah 6.500 orang berada di Bryansk. Diperikirakan bahwa ada 110.000 orang yang pindah ke Rusia sejak akhir tahun sampai pada tanggal 27 Juni 2014.
Penculikan dan penyiksaan
Sejak perang dimulai, beberapa warga ditahan dan ditangkap untuk dipekerjakan secara paksa oleh para orang-orang yang terafiliasi dengan Republik Donetsk. Alasan penangkapan cukup beragam dari masalah politik hingga karena melanggar jam malam atau tertangkap mabuk. Para korban dipekerjakan untuk menggali parit dan mengisi kantung pasir. Tawanan berasal dari beragam profesi dari wartawan, pengusaha, pejabat dan seniman. Salah satu alasan penawanan adalah meminta uang tebusan yang jumlahnya berkisar dari 30.000 dolar 200.0000 dolar amerika Serikat. Uang ini digunakan untuk membiayai operasi kegiatan dan transportasi para separatis. Salah satu korban bernama Shasha yang harus memberikan uang tebusan senilai 60.000 dolar untuk menebus kebebasannya. Dia mengaku mengalami penyiksaan selama 24 jam secara terus menerus.
Pada tanggal 26 April 2014, 8 orang dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) diculik oleh pihak separatis yang dipimpin oleh Vyacheslav Ponomarev yang terdiri dari 7 orang pengamat militer dan 1 orang penerjemah. Mereka ditahan karena dianggap sebagai mata-mata NATO. Satu orang keluar terlebih dahulu pada tanggal 27 April karena mengalami diabetes. 7 Orang lainnya akhirnya dibebaskan bersama 5 orang tentara ukraina pada tanggal 3 Mei 2014. Meskipun begitu, masih ada 12 tawanan lagi yang masih disekap dari 74 orang yang pernah ditangkap oleh Ponomarev sejak 13 April dan membunuh tiga orang di antaranya. Pada perayaan hari kemenangan pada tanggal 9 Mei, Ponomarov masih menahan 19 orang tawanan dari 92 orang ditangkapnya sejak 13 April dan membunuh hingga 7 orang tawanan.
Ponomarev akhirnya digantikan oleh Igor Girkin pada tanggal 10 Juni karena dituduh menyelewengkan dana milik pemerintah. Dia menolak tuduhan ini dan menuduh gerakan Republik Donetsk lah yang menyelewengkan dana dengan mencuri bantuan kemanusiaan dan dana yang dikumpulkan oleh orang Rusia.
Kondisi tempat tinggal
Berdasarkan laporan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, anak-anak di lokasi perang mengalami peningkatan kecemasan akibat perang yang berlangsung. Berdasarkan fakta ini, penelitan terkait dampak psikososial yang terjadi kepada para anak dan didapatkan hasil bahwa setengah populasi anak terpapar kejadian menyeramkan serta kekerasan. Pada awal Juni 2014, terjadi ketegangan beragama di wilayah Donetsk. Salah satu pendeta Gereja Baptis menyatakan bahwa kebatrikan Moskwa dari Gereka Ortodoks Ukraina ingin mengusir dan ikut campur dalam urusan denominasi gereja-gereja lain di Ukraina.
Laporan dari pengawas dari OSCE menyatakan bahwa mereka menerima pernyataan dari Volodymyr Pavlenko bahwa pada tanggal 20 Juni 2014, sistem air limbah di Sloviansk roboh sehingga menyebabkan mengalirnya 10.000 liter air limbah yang belum diproses ke Sungai Sukhyi Torets yang merupakan anak sungai dari Donets. Kondisi semakin diperparah dengan pasokan listrik yang mati karena serangan terhadap infrastrukturnya selama perang berlangsung, Pavlenko memperkirakan bahwa kondisi ini berpotensi mempengaruhi Rusia dan Ukraina pada saat itu. Pasokan air, bantuan sosial serta pelayanan kesehatan juga terganggu akibat konflik yang terus berlangsung. Risiko penyakit menular terus meninkat karena akibat dari terbatasnya pasokan vaksin akibat terhambatnya pengiriman dan harga yang terus meningkat karena penurunan kurs mata uang.
Darurat militer juga diterapkan pada tanggal 16 Juli 2014.
Kejahatan perang
Berdasarkan pernyataan dari Komite Internasional Palang Merah selaku penegak dari Konvensi Jenewa menyatakan pada tanggal 22 Juli 2014 bahwa konflik Ukraina dan para separatis resmi dianggap sebagai perang sehingga harus mematuhi Hukum kemanusiaan internasional. Lalu, besoknya organisasi tersebut menyebut konflik ini sebagai perang saudara. Pada laporan oleh Human Right Watch di tanggal 27 Juli 2014, mereka memberi peringatan bahwa penggunaan roket grad di wilayah dengan populasi warga sipil yang banyak melanggar hukum kemanusiaan internasional dan berpotensi menjadi kejahatan perang karena akurasinya yang tidak presisi. Peringatan ini berdasarkan perisitiwa serangan roket ini membunuh tiga orang warga sipil di Stasiun Kereta Donetsk pada tanggal 21 Juli dan melukai 4 orang warga di distrik Kuibyshevskyi pada tanggal 19 Juli 2022.Laporan yang sama juga mengimbau agar Rusia juga mengakui terjadinya pemukulan, penyiksaan yang dilakukan oleh para ekstrimis pendukung rusia terhadap orang-orang yang pro terhadap Kiev atau kesatuan Ukraina. Organisasi juga menyaksikan penggalian kembali makam masal yang ditemukan setelah para separatis meninggalkan Sloviansk. Diperkirakan beberapa orang dari 14 mayat yang digali meninggal akibat dibunuh oleh para separatis. Perkiraan ini diperkuat dengan ditemukannya surat perintah eksekusi mati terhadap Aleksey Borisovich Pichko karena mencuri.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Situasi kemanusiaan selama perang di Donbas
- Perang Rusia–Ukraina
- Invasi Ukraina oleh Rusia
- Grup Wagner
- Deklarasi Versailles
- Pengakuan internasional terhadap Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk
- Nikita Khrushchev
- Said Ismagilov
- Oleksandra Matviichuk
- Krisis pengungsi Ukraina