- Source: Sramana
Sramana (Dewanagari: श्रमण; ,IAST: Śramaṇa,; Pali: समण samaṇa) adalah gerakan keagamaan dari India yang tidak berbasis Weda, mirip namun berbeda dengan Brahmanisme. Tradisi Sramana mengantarkan kemunculan Yoga, Jainisme, Buddhisme, dan beberapa mazhab nastika dalam agama Hindu seperti Carwaka dan Ajiwika, dan juga konsep populer seperti saṃsāra (siklus kelahiran dan kematian) dan moksa (kebebasan dari siklus tersebut) dalam agama-agama India.
Etimologi
Kata Samaṇa dalam bahasa Pali dan Śramaṇa dalam bahasa Sanskerta mengacu kepada tradisi pertapaan yang berasal dari zaman pertengahan milenium ke-1 SM. Gerakan ini individual, berbasis pengalaman, tradisi dengan bentuk bebas, dan tidak bergantung kepada masyarakat awam; bersaing dengan para pendeta brahmana—bertolak belakang dengan Sramana—yang lebih menekankan penguasaan kitab suci dan pelaksanaan ritual.
Kata Samaṇa dan Śramaṇa diduga berawal dari akar kata śram, artinya "mengerahkan upaya, tenaga, atau bersitegang". Maka "Śramaṇa" artinya "orang yang bekerja keras" atau "tenaga kerja" dalam bahasa Sanskerta dan Pali. Tradisi Śramaṇa lebih tepat digunakan dengan istilah parivrajaka, artinya pengelana tuna wisma. Sejarah rohaniwan pengelana pada masa India Kuno agak sulit dilacak. Istilah 'parivrajaka' mungkin dapat diterapkan bagi seluruh rohaniwan yang berkelana di India.
Gerakan Sramana
Beberapa gerakan Sramana diketahui pernah ada di India, bahkan sebelum abad ke-6 SM, dan dipengaruhi oleh tradisi astika ataupun nastika dalam filsafat India.
Gerakan Sramana mulai naik pamor pada masa Mahavira dan Buddha Gautama, ketika ritualisme Weda telah menjadi tradisi dominan di beberapa wilayah India. Sramana mengadopsi cara-cara alternatif yang mengganti upacara-upacara Weda untuk mencapai kebebasan hidup dan meninggalkan kehidupan berumah tangga. Gerakan ini biasanya mengadakan tiga macam aktivitas: kecermatan, meditasi, dan teori-teori yang terkait. Sebagai otoritas spiritual, Sramana merupakan varian bagi otoritas brahmana tradisional. Beberapa ahli berpendapat bahwa istilah Sramana muncul dalam kitab-kitab Brahmana sebagai ordo keagamaan di luar tradisi Weda (contohnya Astika).
Mahāvīra, Jina ke-24, dan Buddha Gautama merupakan pemimpin bagi kelompok-kelompok Sramana. Menurut sastra Jaina dan pustaka Pali agama Buddha, ada pemuka Sramana lainnya pada masa tersebut. Dalam Mahāparinibbāna Sutta (DN 16), seorang Sramana bernama Subhadda menyatakan:
...para petapa tersebut, para samaṇa dan brahmana yang memiliki kelompok dan pengikut, yang merupakan guru, pendiri mazhab-mazhab yang masyhur dan tenar, dan dipandang sebagai orang suci oleh masyarakat, seperti Pūraṇa Kassapa, Makkhali Gosāla, Ajita Kesakambalī, Pakudha Kaccāyana, Sañjaya Belaṭṭhaputta, dan Nigaṇṭha Nātaputta...
Nigaṇṭha Nātaputta (Pāli; Skt.: Nirgrantha Jñātaputra) menyebut nama Mahāvīra. Dengan memperhatikan nama-nama guru yang tersebut di atas sebagaimana dicantumkan dalam kitab Pali, sastra Jaina hanya menyebutkan Pūraṇa Kassapa, Makkhali Gosāla, dan Sañjaya Belaṭṭhaputta.
Beberapa brahmana bergabung dengan gerakan Sramana, seperti Cānakya dan Śāriputra. Agak mirip pula, sebuah kelompok yang terdiri dari sebelas brahmana mengakui Jainisme dari Mahavira, dan menjadi murid-muridnya atau Ganadhara.
Gagasan Sramana untuk berkelana mulai berubah mula-mula pada agama Buddha. Para bhikṣu mulai tinggal dalam asrama (Pali, Skt. vihāra), mulanya selama musim hujan, tetapi akhirnya tinggal permanen. Pada Jainisme, tradisi berkelana juga berkurang, tetapi diperbarui lagi pada abad ke-19.
Catatan
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Sramana
- Filsafat India
- Buddhisme
- Ājīvika
- Enam guru sesat
- Agama Hindu
- Biksu
- Cincin
- Agama darmik
- Moksa
- Śramaṇa
- Magadha
- Yoga
- Zarmanochegas
- Criticism of Hinduism
- Yaśodharā
- Indian people
- The Buddha
- Buddhism
- Historical Vedic religion