- Source: Sultanah Siti Aisyah
Dewa Masmawa Sultanah Siti Aisyah atau Datu Bini atau Karaëng Bontowa 02 atau I Sugiratu Karaeng Bontoparang (binti almarhum Amas Madina Sultan Muharam Harun Al Rasyid I) adalah Sultanah atau Sultan Sumbawa ke-7 yang bertahta tahun 1759–1762.
Dari pernikahan I Sugi-[ratu] Karaeng Bontoparang dengan Sultan Muhammad Kaharuddin I tidak diperoleh keturunan sehingga ketika Sultan Muhammad Kaharuddin I mangkat pada tahun 1758, permufakatan adat menetapkan I Sugiratu Karaeng Bontoparang sebagai Sultanah Sumbawa bergelar Dewa Masmawa Sultanah Siti Aisyah.
Sultanah Siti Aisyah hanya menduduki tahta Kesultanan Sumbawa lebih kurang dua tahun, pada tahun 1761 atas keputusan adat sang Sultanah diturunkan dari tahta karena terlampau sering berseteru dengan para Menteri dan Pejabat Kesultanan.
Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai Naskah No. 34
Turunan Raja-Raja di Sumbawa
Bahwa ini peringatan turun-temurun bangsa raja yang empunya kerajaan Sumbawa, itulah raja yang bernama Raja Maja Paruwa yang memperanakkan dua orang perempuan, yaitu seorang yang diperistrikan oleh Raja Banjar, maka beranak seorang laki-laki, itulah menjadi Raja Taliwang yang hilang di Tallo'. Kemudian berapa lama antaranya maka matilah istrinya Raja Banjar itu anak Raja Maja Paruwa, maka takdir Allah taala maka diperistrikan pula adik istrinya anak Raja Maja Paruwa, maka diperanakkan lagi seorang laki-laki, itulah yang dinamai Datu Loka menjadi Raja Sumbawa, itulah yang pergi di Mengkasar memperistrikan anak Raja Tallo' Taminar Lampana, yaitu cucunya oleh Yang Dipertuan Kita Mantau Uma Jati ialah Sirajudin, memperanakkan empat orang, seorang bernama Balasawo, dan seorang lagi Raja Sumbawa yang hilang di Bali, dan seorang perempuan bernama [Datu] Tengah, dan seorang lagi bernama Datu Jereweh.
Adapun yang bernama Balasawo itu tiada beranak, dan Raja Sumbawa yang hilang di Bali beranak seorang perempuan bernama Datu Bini. Maka Datu Bini diperistrikan oleh Raja Mengkasar bernama Karaeng Bonto Langkasa, maka beranak seorang perempuan bernama Siti Hadijah, itulah diperistrikan oleh Datu Pengantin anak Raja Taliwang dengan Raja Banjar. Maka ialah beranak seorang laki-laki, itulah Raja Sumbawa yang besar badannya. Maka Raja Sumbawa yang besar badannya itu diperanakkan lagi seorang laki-laki bernama Lalu Muhammad, menjadi Raja Sumbawa sekarang ini adanya.
Seperkara lagi Datu Jereweh saudaranya oleh yang hilang di Bali, maka beranak seorang laki-laki bernama Datu Susun, itulah menjadi raja yang memperistrikan anak raja yang hilang di Bali bernama Datu Bini itu akan tetapi tiada beranak. Dan lagi seperti saudaranya bernama Datu Tengah, itulah yang beranak empat orang, pertama-tama Tuan Kita Manuru Daha, dan kedua Tuan Kita bernama Abdullah yang hilang di Bali, ketiga perempuan Paduka Tallo', dan keempat laki-laki Raja Sumbawa yang empunya kubur di Tanah Taraha, itulah pangkatnya yang tiada berhingga menjadi Raja Sumbawa sampai sekarang ini. Intaha demikianlah adanya. Datu Tengah diperistrikan oleh Tuan Kita Sultan Hasanuddin ma Bata Bou.— Bo' Sangaji Kai.
Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:56) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai pada Naskah No. 34 yang ditulis sejaman Lalu Muhammad (Sultan Muhammad Kaharuddin II) menyebutkan bahwa Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin I Datu Susun merupakan keturunan Raja Maja Paruwa dan Muhammad Kaharuddin I tidak memiliki keturunan dari perkawinannya dengan Datu Bini I Sugiratu Karaeng Bontoparang Sultanah Siti Aisyah:
Pernikahan
Pada tanggal 7 November 1733, Sultan Muhammad Kaharuddin I menikahi saudari sepupunya I Sugiratu Karaeng Bonto Parang Sultanah Siti Aisyah, yang sudah berstatus janda (setelah bercerai pada 7 Desember 1730 dengan Karaeng Bontolangkasa' 06) dengan dua anak, yakni:
♀ Datu Bonto Paja lahir 29 Desember 1725
♂ I Lotting Shalahuddin lahir 5 Agustus 1730
Kedua orang anak tersebut merupakan buah pernikahan I Sugiratu Karaeng Bonto Parang Sultanah Siti Aisyah dengan suami pertama I Mappasempa' Daeng Mamaro Karaeng Bontolangkasa' 06.
Kematian
Sejak turun tahta, I Sugiratu Karaeng Bonto Parang Sultanah Siti Aisyah menetap di Kesultanan Bima dan mangkat disana.
Makamnya terdapat di komplek para Raja Bicara Bima di Makam Bata Kampung Na’e, kota Bima.
Kekerabatan dengan Kesultanan Banjar
I Sugiratu Karaeng Bonto Parang Sultanah Siti Aisyah dan Raja-raja di kesultanan Sumbawa menurut naskah Hikayat Raja-raja Banjar dan Kotawaringin dan Majelis Adat - Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS) serta Bidang Kebudayaan - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, memiliki leluhur seorang bangsawan dari Kesultanan Banjar yang bernama Raden Subangsa bergelar Pangeran Taliwang yang memiliki seorang putra di Taliwang bernama Raden Mataram alias Amas Mattaram yang menjadi Datu Taliwang alias Karaeng Taliwang dan seorang putera lainnya di Sumbawa Besar bernama Raden Bantan alias Amas Bantani alias Mas Bantan yang menjadi Sultan Sumbawa ke-3 bergelar Datu Loka.
Leluhur
Kata Kunci Pencarian:
- Sultanah Siti Aisyah
- Kesultanan Sumbawa
- Sultanah Shafiyatuddin
- Lalu Onye Datu Ungkap Sermin
- Sultan Amrullah dari Sumbawa
- Muhammad Kaharuddin II
- Muhammad Jalaluddin Syah II
- Lalu Kaidah Mele Habirah
- Muhammad Kaharuddin I
- Dewa Masmawa Sultan Mahmud
- Sultana (title)
- List of wars of succession
- Hans Isaac
- Tuanku Tengku Fauziah
- List of University of Malaya people
- 2017 in Malaysia