- Source: Tentara Revolusioner Nasional
Tentara Revolusioner Nasional (Hanzi sederhana: 国民革命军; Hanzi tradisional: 國民革命軍, pinyin: guómín gémìngjūn), sering disebut Tentara Revolusioner (gémìngjūn 革命军) sebelum 1928 dan Tentara Nasionalis (guómín 國軍) setelah 1928, adalah tentara nasional Republik Tiongkok bentukan Partai Kuomintang (Partai Nasionalis Tiongkok) sejak 1925 hingga 1947. Tentara ini juga merupakan tentara resmi milik Republik Tiongkok di bawah pimpinan Kuomintang sejak tahun 1925. Partai ini diganti namanya menjadi Angkatan Bersenjata Republik Tiongkok (zhōnghuà mínguó guójūn 中华民国国军) setelah Konstitusi 1947 Republik Tiongkok.
Tentara ini berawal dari pembentukan Akademi Militer Whampoa pada tahun 1925 untuk mendidik para pemimpin militer yang setia kepada Kuomintang. Cara pembentukan tentara ini dipelajari dari Partai Komunis Uni Soviet yang mendirikan akademi ini di bawah pimpinan partai serta membentuk tentara.
Tentara Revolusioner Nasional kemudian menjadi kekuatan utama Kuomintang dalam melakukan Ekspedisi Utara melawan kaum warlord di Beiyang, Perang Tiongkok-Jepang (1935-1947) dan Perang Saudara Tiongkok. Sekarang ini, Tentara Revolusioner Nasional merupakan tentara nasional Republik Tiongkok di Taiwan. Presiden Republik Tiongkok adalah panglima tertinggi dan tidak lagi dikontrol oleh Kuomintang sebagai partai politik.
Sejarah
Tentara Revolusioner Nasional (TRN) dibentuk Kuomintang (KMT) pada tahun 1925 sebagai kekuatan militer yang bertujuan untuk menyatukan Tiongkok melalui Ekspedisi Utara. Tentara ini dibangun dengan bantuan dari Komintern serta berada di dalam doktrin Tiga Prinsip Rakyat. Perbedaan antara partai, negara dan tentara kadang tidak jelas. Sejumlah besar pejabat tinggi tentara ini merupakan lulusan Akademi Militer Whampoa. Komandan pertamanya, Chiang Kai-shek, menjadi panglima tertinggi pada tahun 1925 sebelum melancarkan Ekspedisi Utara. Selain Chiang Kai-shek, komandan yang terkenal di TRN adalah Du Yuming serta Chen Cheng. Akhir era warlord di Tiongkok sering diatribusikan pada akhir Ekspedisi Utara pada tahun 1928, meskipun setelahnya masih ada aktivitas warlord yang lebih kecil.
Pada tahun 1927, setelah berakhirnya Front Persatuan Pertama antara kaum Nasionalis dan Komunis, KMT yang saat itu memimpin menghabisi anggota-anggotanya yang kiri serta menghancurkan pengaruh Soviet. Chiang Kai-shek kemudian meminta Jerman (yang secara historis merupakan kekuatan militer yang hebat) untuk mengorganisir dan memodernisasi kembali Tentara Revolusioner Nasional. Republik Weimar kemudian mengirimkan konsultan ke Tiongkok, namun karena larangan-larangan yang berlaku sejak Perjanjian Versailles, konsultan ini tidak bisa bergerak dalam bidang militer. Chiang pada awalnya meminta bantuan jenderal terkenal seperti Ludendorff dan von Mackensen, namun pemerintahan Republik Weimar menolak karena menganggap mereka terlalu terkenal dan takut akan kemarahan Sekutu. Hal ini juga diperkirakan akan menimbulkan kesan bahwa jenderal-jenderal tersebut bekerja sebagai tentara bayaran.
Ketika Adolf Hitler menjabat Kanselir Jerman pada tahun 1933 dan membatalkan Perjanjian Versailles, Partai Nazi serta Partai Kuomintang yang anti-komunis segera bekerjasama. Max Bauer adalah konsultan pertama untuk Tiongkok.
Pada tahun 1934, Jendral Hans von Seeckt, sebagai konsultan Chiang, membuat "Rencana 80 Divisi" untuk mereformasi keseluruhan tentara Tiongkok menjadi 80 divisi tentara yang terlatih dan bersenjata, yang diorganisir menurut rencana Jerman. Rencana ini tak pernah sepenuhnya dijalankan. Kaum warlord tidak bisa bersetuju antara divisi mana yang harus digabung dan dibuang. Lebih lanjut, korupsi dan penipuan juga marak, terutama di divisi-divisi dengan kekuatan lemah (kebanyakan divisi). Mereformasi tentara akan mengancam "pendapatan" para komandan divisi. Dengan demikian, pada bulan Juli 1937 hanya ada delapan divisi infantri (3, 6, 9, 14, 36, 87, 88, dan Divisi Pelatihan) yang selesai melaksanakan reorganisasi dan pelatihan.
Pada masa Perang Sino-Jepang Kedua, kaum komunis ikut berperang sebagai bagian nominal dari Tentara Revolusioner Nasional, membentuk Tentara Rute Delapan dan Tentara Keempat Baru. Kerjasama ini kemudian berakhir.
Struktur
Di posisi paling tinggi TRN adalah Lembaga Militer Nasional, juga diterjemahkan sebagai Komisi Militer. Lembaga ini dipimpin oleh Chiang Kai-shek yang juga memimpin para staf dan komando. Termasuk di dalamnya adalah Jenderal He Yingqin, staf jendral, menteri perang, daerah-daerah militer, angkatan udara dan laut, pertahanan utara dan komandan garisun, serta jasa dukungan.
Sepanjang masanya TRN merekrut sekitar 4.300.000 serdadu dalam 370 Divisi Standar (正式师), 46 Divisi Baru (新编师), 12 Divisi Kavaleri (騎兵師), delapan Divisi Kavaleri Baru (新騎兵師), 66 Divisi Sementara (暫編師) dan 13 Divisi Reserve (預備師), semuanya berjumlah 515 divisi. Banyak divisi dibentuk dari dua atau lebih divisi lainnya dan tidak aktif pada waktu yang sama.
Divisi Baru juga diciptakan untuk menggantikan Divisi Standar yang gugur awal dalam perang, dan diberikan angka divisi yang sama. Dengan demikian, jumlah divisi yang sesungguhnya aktif pada titik waktu tertentu lebih sedikit daripada total di paragraf sebelumnya. Divisi TRN rata-rata memiliki 5.000 hingga 6.000 serdadu; rata-rata divisi militer memiliki 10.000-15.000 serdadu, yang sejumlah dengan divisi Jepang. Bahkan divisi-divisi yang dilatih Jerman pun masih kalah dalam jumlah dengan divisi asal Jerman atau Jepang dengan hanya 10.000 orang.
Brosur propaganda militer Amerika Serikat di kampanye China Defensive tahun 1942-45 menyatakan:
The NRA only had small number of armoured vehicles and mechanised troops. At the beginning of the war in 1937 the armour were organized in three Armoured Battalions, equipped with tanks and armoured cars from various countries. After these battalions were mostly destroyed in the Battle of Shanghai and Battle of Nanjing. The newly provided tanks, armoured cars, and trucks from the Soviet Union and Italy made it possible to create the only mechanized division in the army, the 200th Division. This Division eventually ceased to be a mechanized unit after the June 1938 reorganization of Divisions. The armoured and artillery Regiments were placed under direct command of 5th Corps and the 200th Division became a motorized Infantry Division within the same Corps. This Corps fought battles in Guangxi in 1939–1940 and in the Battle of Yunnan-Burma Road in 1942 reducing the armored units due to losses and mechanical breakdown of the vehicles. On paper China had 3.8 million men under arms in 1941. They were organized into 246 "front-line" divisions, with another 70 divisions assigned to rear areas. Perhaps as many as forty Chinese divisions had been equipped with European-manufactured weapons and trained by foreign, particularly German and Soviet, advisers. The rest of the units were under strength and generally untrained. Overall, the Nationalist Army impressed most Western military observers as more reminiscent of a 19th- than a 20th-century army.
Di akhir Burma Campaign, serdadu TRN yang berjuang di sana memiliki batalion bersenjata yang dilengkapi tank Sherman.
Meskipun pandangan dari kritik di Eropa terhadap divisi yang dilatih orang Eropa tidak bagus, tetapi divisi Muslim Tentara Revolusioner Nasional yang dilatih oleh bangsa Tiongkok (bukan oleh Barat) dan dipimpin oleh jendral Muslim clique Ma berhasil membuat takut para kritikus Eropa dengan penampilan dan keterampilan bertarung mereka. Orang Eropa seperti Sven Hedin dan Georg Vasel sangat kagum dengan kekuatan tarung divisi TRN Muslim Tiongkok. Mereka berlatih dalam kondisi yang brutal dan menyedihkan. Divisi 36 Tentara Revolusioner Nasional dilatih sepenuhnya di Tiongkok tanpa sedikitpun bantuan Eropa, terbentuk dari kaum Muslim Tiongkok, berjuang, serta melukai berat tentara Uni Soviet dalam Invasi Soviet ke Xinjiang. Divisi ini lebih rendah dalam teknologi dan kekuatan, tetapi berhasil melukai kekuatan Rusia yang lebih tinggi.
Divisi Muslim tentara ini yang dikendalikan oleh Jendral Ma Hongkui tercatat sebagai divisi yang keras dan disiplin. Meskipun mempunyai penyakit diabetes, Ma Hongkui secara pribadi berlatih dengan tentaranya dan ikut latihan pedang.
Ketika pimpinan dari banyak tentara-tentara warlord dan provinsi bergabung dengan KMT dan dijadikan pejabat serta jendral, serdadu mereka bergabung dengan TRN. Tentara-tentara ini kemudian diubah namanya menjadi divisi-divisi TRN. Seluruh tentara kelompok Ma dimasukkan ke dalam TRN. Ketika jendral kelompok Ma, Ma Qi, bergabung dengan TRN, Tentara Ninghai berubah namanya menjadi Divisi Angkatan Darat 26 Tentara Revolusioner Nasional.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Tentara Revolusioner Nasional
- Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
- Tentara Merah Buruh dan Petani Tiongkok
- Tentara Perdamaian Nasional
- Pertempuran Taiyuan
- Pertempuran Henan Selatan
- Revolusi Prancis
- Tentara Revolusioner Zomi
- Pertempuran Suixian–Zaoyang
- Tentara Zhili (Kelompok Fengtian)
- Revolutionary Government of the Republic of Indonesia
- List of Indonesian acronyms and abbreviations
- Permesta
- Military history of Indonesia