- Source: Timor (mobil)
PT Timor Putra Nasional (TPN), umumnya dikenal sebagai Timor, adalah produsen mobil Indonesia yang beroperasi antara tahun 1996 dan 2000 yang awalnya dibentuk oleh pengusaha Tommy Soeharto. Perusahaan ini didirikan sebagai tanggapan atas Instruksi Presiden (Inpres) mengenai pengembangan industri mobil nasional. Pemerintah Indonesia kemudian menunjuk TPN sebagai 'perintis mobil nasional'.
Selama beroperasi, TPN mengimpor mobil-mobil buatan Kia Motors dari Korea Selatan, baik melalui jalur impor utuh maupun impor kit. TPN harus mengakhiri operasinya setelah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan bahwa program mobil nasional tidak sesuai dengan aturan WTO.
'Timor' merupakan singkatan dari Tenaga/Teknologi Industri Mobil Rakyat, meskipun beberapa sumber mengatakan nama Timor juga dipilih sebagai penghormatan kepada Pulau Timor yang saat itu masih dikuasai oleh Indonesia karena pendudukan Timor Timur masih berlangsung, sedangkan 'Putra Nasional' berarti 'putra bangsa'.
Sejarah
Perusahaan ini didirikan sebagai tanggapan atas Instruksi Presiden (Inpres) No.2/1996 tanggal 28 Februari 1996 tentang Pembangunan Industri Mobil Nasional, yang menginstruksikan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi untuk segera mewujudkan industri mobil nasional. Keppres tersebut menyebutkan bahwa perusahaan dapat diberikan status 'perintis mobil nasional' jika produknya menggunakan merek sendiri, merek milik Indonesia, diproduksi di dalam negeri, dan menggunakan komponen buatan dalam negeri. Kandungan lokal harus mencapai minimal 20%, 40% dan 60% masing-masing pada tahun pertama, kedua dan ketiga operasi. Fasilitas produksi yang digunakan untuk pembuatan mobil-mobil ini harus sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan Indonesia dan perjanjian kerjasama dengan produsen mobil asing tidak boleh mencakup perjanjian yang membatasi ekspor. Perusahaan 'pionir' dibebaskan dari bea atas komponen impor (sebesar 65%) dan produk mereka dibebaskan dari pajak barang mewah (35% untuk kendaraan sedan) untuk jangka waktu empat tahun.
Status 'pionir' kemudian diberikan kepada TPN, karena perusahaan itu 99 persen dimiliki dan dikendalikan oleh Tommy Soeharto, putra bungsu presiden Soeharto. TPN diberikan status 'pionir' dan dukungan keuangan dari pemerintah jika perusahaan memenuhi persyaratan yang diminta oleh Menteri Perekonomian untuk memproduksi 15.000 mobil pada September 1996. Belakangan, terungkap bahwa pemerintah Indonesia telah menyetujui produksi mobil TPN di Indonesia lebih dari tiga bulan sebelum pengumuman Inpres pada Februari 1996.
Tommy kemudian menjajaki opsi untuk memulai usaha patungan dengan pabrikan asing. Lada dan Iran Khodro sempat dipertimbangkan, tapi akhirnya Tommy memilih Kia Motors sebagai mitra TPN. Menurut TPN, pihak perusahaan memilih Kia karena tidak seperti pabrikan lain, pabrikan asal Korea Selatan itu mengizinkan TPN memproduksi, memodifikasi, mengubah logo, dan mengekspor kendaraannya.
Pada tanggal 8 Juli 1996, TPN memperkenalkan Timor S515 sebagai produk pertama mereka di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat. Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Memperindag) Tungki Ariwibowo serta Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua BKPM Sanyoto Sastrowardoyo hadir meresmikan peluncuran itu. Mobil itu berbasis sedan Kia Sephia yang diganti nama dan logonya, dan awalnya diimpor dari Korea Selatan karena pabrik lokalnya belum dibangun.
Untuk memuluskan rencana impor, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1996 yang mengizinkan PT TPN mengimpor mobil nasional tanpa dikenakan bea masuk. Saat masyarakat mempertanyakan praktik tersebut, Tommy mengklaim mobil tersebut dirakit di Korea Selatan oleh pekerja migran Indonesia dan mengundang awak media ke pabrik Kia disana. Antara Juni 1996 dan Juli 1997, sebanyak 39.715 unit mobil diimpor oleh TPN dari Kia Motors. Mobil-mobil tersebut kemudian didistribusikan secara nasional melalui PT Timor Distributor Nasional. Pada keseluruhan tahun 1997, TPN menguasai 35,82 persen pangsa pasar di segmen sedan kompak.
Pada 24 Februari 1997, TPN juga memulai pembangunan pabrik perakitan dan pabrik komponen di Kawasan Industri Mandala Putra, Cikampek, Jawa Barat. Pabrik senilai US$ 1 miliar itu direncanakan akan dibangun dan dioperasikan oleh PT Kia Timor Motors, perusahaan patungan yang dimiliki 70% oleh TPN dan 30% oleh Kia Motors dan akan memiliki kapasitas untuk memproduksi 50.000 mobil per tahun. Sementara, pabrik komponen akan dioperasikan oleh PT Timor Industri Komponen.
Pada 11 April 1997, TPN meluncurkan Timor S515i, versi injeksi dari Timor S515. Sebulan kemudian, pada 15 Mei 1997 perakitan lokal Timor S515i dimulai di pabrik perakitan yang dimiliki PT Indauda Putra Nasional di Tambun, Bekasi.
TPN berencana untuk mengimpor 45.000 mobil per tahun, namun krisis finansial Asia pada tahun 1997 berdampak pada Timor dan Kia Motors. Pada awal tahun 1998, 15.000 unit dari hampir 40.000 unit yang telah diimpor masih belum terjual di Jakarta, hanya 2.493 unit yang terjual pada tahun 1998 dibandingkan dengan 19.471 unit pada tahun sebelumnya. Penurunan penjualan ini sejalan dengan penjualan mobil secara keseluruhan di Indonesia yang turun dari hampir 400.000 pada tahun 1997 menjadi sekitar 53.000 pada tahun 1998.
Selama kerusuhan Mei 1998 di pulau Jawa, banyak pemilik Timor yang melepas logo 'T' agar tidak menjadi sasaran pengunjuk rasa yang mengaitkan Timor dengan Soeharto. Dealer yang masih memiliki ribuan mobil Timor yang belum terjual setelah krisis harus melakukan rebranding termasuk mengubah warna tema dealer sebagai upaya untuk menjauhkan anggapan kedekatan dengan Soeharto dan keluarga Cendana.
= Sengketa WTO
=Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa memprotes program mobil nasional dan keistimewaan mobil Timor. Gugatan kemudian dibawa ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Program tersebut dinyatakan tidak sesuai dengan aturan WTO oleh Badan Penyelesaian Sengketa WTO pada tahun 1998 karena program mobil nasional ini melanggar perjanjian WTO tentang Subsidi dan Bea Imbalan yang menyebutkan bahwa pembebasan pajak merupakan subsidi harus bergantung pada penggunaan barang dalam negeri. Akibatnya, Timor harus berhenti beroperasi berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No 20 1998 yang dikeluarkan pada 21 Januari 1998. TPN juga diperintahkan untuk membayar kembali pajak barang mewah yang belum dibayar dari saat mereka mengimpor mobil bebas pajak sebesar US$1,3 miliar.
= Pasca sengketa WTO
=Pada tahun 2000, Kia Motors mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali Timor dengan merestrukturisasi Timor Putra Nasional. Kia berencana menanamkan modalnya ke TPN dan menyelesaikan pabrik Cikampek, dengan syarat dari Menteri Perdagangan Korea Selatan Han Duck-soo bahwa TPN harus bersih dari pengaruh Tommy Soeharto. Investasi tersebut tidak terealisasi karena Kia menggunakan pabrik National Assemblers milik Indomobil untuk merakit mobil secara lokal.
Setelah tidak aktif, perusahaan ini menghadapi banyak tuntutan hukum, sebagian besar dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan tersebut resmi bubar pada 5 November 2021 setelah seluruh asetnya disita pemerintah menyusul keputusan hukum terhadap Tommy Soeharto.
Efek terhadap industri otomotif
Karena harga mobil Timor jauh dibawah pesaingnya, penjualan Timor mendominasi pasar namun merugikan penjualan dan pangsa pasar pesaing. Timor dibanderol sekitar Rp 35 juta, sekitar setengah dari harga pesaingnya di segmen yang sama. Sebagai perbandingan, Toyota Corolla berukuran serupa dihargai sekitar Rp 70 jutaan. Pada akhir semester pertama 1997, mobil Timor telah menguasai 26% pangsa pasar mobil sedan. Ford dan Chrysler menarik investasi mereka dari Indonesia, karena merasa produk mereka tidak akan mampu bersaing dengan Timor yang disubsidi pemerintah. Pada saat itu, Ford berencana untuk merakit Ford Escort secara lokal, sementara Chrysler berencana untuk memproduksi Chrysler Neon. Sementara itu, General Motors yang telah mengoperasikan pabrik di Indonesia mengumumkan pada Juni 1996 bahwa mereka akan menunda rencana investasi mereka.
Produk
= Timor S5
=Seri Timor S5 adalah rangkaian produk pertama yang dirilis oleh TPN. Berbasis dari Kia Sephia, 'S' adalah singkatan dari sedan sedangkan '5' adalah pengenal untuk membedakannya dengan produk yang dibatalkan di masa depan, seri Timor S2. Modelnya terdiri dari S515 (SOHC karburator), S515i (DOHC, injeksi), dan S516i LE (edisi terbatas, dilisensikan oleh Prodrive) sama-sama menggunakan mesin turbo.
Dibandingkan dengan Kia Sephia, seri Timor S5 dilengkapi dengan fitur yang lebih sedikit untuk memangkas harga. Tidak ada opsi transmisi otomatis, airbag atau ABS yang dimiliki Sephia versi global.
Timor SW516i
Beberapa station wagon 'SW516i' diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas oleh New Armada, perusahaan karoseri yang berbasis di Magelang, Jawa Tengah. Berbasis sedan S516i, model ini tergolong langka, tetapi saat itu resmi dijual di dealer Timor. TPN berencana memproduksi 50 SW516i, namun hanya 30 yang terealisasi.
= Prototipe
=Timor S2
Seri Timor S2, khususnya S213i adalah prototipe hatchback yang dikembangkan sendiri oleh TPN. Pengembangan mobil ini digagas dan diawasi oleh Soeparto Soejatmo, direktur teknik TPN. Desain eksterior dirancang oleh Zagato, perusahaan desainer asal Italia, dan mobil ini ditenagai oleh mesin bensin injeksi 1.3 L 16V DOHC dengan tenaga sekitar 82 hp yang dipasangkan dengan transmisi manual 5 percepatan. Suspensi belakang adalah suspensi independen dengan per daun tunggal. Prototipe selesai pada tahun 2000 namun tidak pernah diproduksi massal.
Lihat pula
Mobil nasional (Indonesia)
Bimantara (mobil)
Pranala luar
Timor Putra Nasional Diarsipkan 2007-06-23 di Wayback Machine.
Klub Timor-er Diarsipkan 2016-04-06 di Wayback Machine.
Referensi
Kata Kunci Pencarian:
- Timor (mobil)
- Timor
- Mobil nasional (Indonesia)
- Proton (mobil)
- Daftar merek mobil
- Korps Brigade Mobil
- Kia
- Xanana Gusmão
- Jalan Nasional Trans-Timor
- Fitra Eri
- Mobil
- Timor Putra Nasional
- Mobil 1
- Kia Sephia
- History of ExxonMobil
- Automotive industry in Indonesia
- List of diplomatic missions of East Timor
- Rex Tillerson
- ExxonMobil climate change denial
- Esso