- Source: Trans7
Trans7 (sebelumnya bernama TV7) adalah sebuah jaringan televisi swasta nasional di Indonesia. Trans7 yang pada awalnya menggunakan nama TV7, melakukan siaran perdananya secara terestrial di Jakarta pada 25 November 2001 pukul 17:00 WIB. Pada tanggal 4 Agustus 2006, Trans Corp menjajaki kerja sama strategis dengan Kompas Gramedia untuk mengakuisisi saham TV7 dan melakukan relaunch (peluncuran ulang) pada tanggal 15 Desember 2006 pukul 19:00 WIB menggunakan nama baru, menjadi Trans7.
Sejarah
= Awal berdiri dan bersiaran
=Awalnya, Trans7 tidak direncanakan "dilahirkan" dengan nama TV7, melainkan bernama Duta Visual Nusantara Televisi (disingkat DVN TV) yang izinnya dikeluarkan pada 25 Oktober 1999, bernomor 797/MP/PM/1999, sebagai hasil dari pengumuman seleksi pendirian televisi swasta pada 12 Oktober 1999 oleh Departemen Penerangan bersama 4 televisi swasta nasional lain (Trans TV, PRTV, GIB dan MTI TV). Televisi baru ini dimiliki oleh H. Sukoyo, seorang pengusaha tambak udang dari Jawa Timur bersama 3 pihak lain, yang merupakan rekanannya dalam bisnis pager Starpage. Namun, kemudian Sukoyo memutuskan untuk menjual izin pendirian televisi miliknya kepada kelompok Kompas Gramedia sebesar 80%. Kompas Gramedia tercatat memiliki DVN TV lewat tiga perusahaan miliknya: PT Teletransmedia (48%), PT Transito Tatamedia (38,7%), dan PT Duta Panca Pesona (3,3%). Sementara itu, Sukoyo hanya menguasai sekitar 1% (awalnya 20% sebelum dijual) dan 9% sisanya dipegang oleh dua individu lain (3,5% Yongky Sutanto dan 5,5% Lanny Irawati Lesmana - yang terakhir memiliki hubungan darah dengan Karna Brata Lesmana, pemegang saham mayoritas Starpage). Sukoyo yang mendapatkan keuntungan besar dari penjualan ini, kemudian mendirikan sebuah televisi swasta lokal lisensi dari Uni Emirat Arab di tahun 2005, yaitu TV Anak Spacetoon.
Pihak kelompok Kompas Gramedia (KKG) menganggap, pembelian saham DVN TV tersebut merupakan perwujudan dari niat lama mereka terjun ke industri penyiaran televisi. Dimulai pada 1970-an ketika ada isu pemerintah akan mengizinkan pendirian televisi swasta bagi pemilik stasiun radio swasta, KKG menyambut antusias rencana tersebut dengan mendirikan Radio Sonora, namun kemudian pemerintah membatalkan niatnya. Lalu, pada akhir 1980-an ketika televisi swasta pertama didirikan, keinginan KKG kandas ketika Menteri Penerangan Harmoko menyebut bahwa keputusan tentang televisi swasta ada di tangan Presiden Soeharto. Pada upaya ketiga, ketika pemerintah membuka seleksi pendirian televisi swasta pada 1999, KKG terlambat mempersiapkan diri sehingga seleksi tersebut keburu ditutup sebelum bisa mengikutinya. Akhirnya, dipilihlah jalan pintas, dengan mengakuisisi saham mayoritas DVN TV yang pada saat itu mengalami kesulitan memulai operasionalnya. Nama DVN TV kemudian diganti menjadi TV7 yang didirikan berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh.
Pihak TV7 pada 2001 menargetkan televisi miliknya akan memiliki program 70% hiburan (terutama film Indonesia dan olahraga) ditambah 30% berita. Siarannya direncanakan dimulai pada Oktober di tahun yang sama, dan pada Maret 2002, ditargetkan TV7 sudah bersiaran penuh. Namun, baru pada 25 November 2001 siaran TV7 diluncurkan, dengan wilayah siar awalnya terbatas di Jabodetabek dan sekitarnya menggunakan kanal 49 UHF, selama 5 jam dari 17:00-22:00 WIB. Sejak awal, TV7 sudah berusaha "menggebrak" dengan langsung menjadi penyiar Liga Utama Inggris selama beberapa periode, ditambah acara-acara Ramadhan di siaran awalnya. Lama siaran TV7 kemudian diperpanjang, hingga pada 7 April 2002 mulai bersiaran resmi dan pada 2003 sudah bersiaran dari 04:30-02:30 WIB (22 jam). Cakupan siarnya kemudian juga diperluas ke beberapa kota, seperti Surabaya dan Surakarta. Hingga 2003, karyawan TV7 mencapai 300 orang, dan modal yang digunakan dalam pendiriannya mencapai Rp 200 miliar. Program-programnya berbasis hiburan, dengan sentuhan yang cenderung melokal dan eksploratif, misalnya pada Jejak Petualang. Walaupun demikian, jalan yang dihadapi TV7 dalam operasionalnya tidak terlalu mulus, karena rating acaranya tidak terlalu baik. Bahkan, pada Juli 2003, dilaporkan bahwa TV7 sudah ditawar untuk dijual kepada induk SCTV, PT Surya Citra Media Tbk karena kesulitan keuangan, walaupun manajemennya membantah rumor ini dan menyatakan hanya kerjasama saja yang terjadi antara keduanya.
= TV7 dan Al Jazeera
=TV7 semakin dikenal masyarakat pada triwulan pertama 2003, setelah merelai siaran Al Jazeera secara langsung setiap harinya selama invasi Amerika Serikat ke Irak berlangsung melalui tayangan berita bertajuk "Invasi ke Irak". Langkah TV7 ini diikuti oleh antv yang merelai siaran saluran televisi yang berbasis di Dubai, Al Arabiya mengenai hal serupa.
Masyarakat Indonesia secara umum menyambut baik langkah TV7 ini, terutama bagi beberapa pihak yang kurang setuju dengan "kebenaran" media Barat. Meski beredar kabar bahwa Presiden Megawati mendesak TV7 agar menghentikan relai siaran Al Jazeera, humas TV7 saat itu, Uni Lubis, membantah kabar itu. Bahkan, Uni menegaskan bahwa relai tetap diteruskan dan gangguan-gangguan dalam relai tersebut terus diatasi.
= Perubahan kepemilikan dan identitas
=Meskipun tercatat bisa menaikkan pendapatan iklannya dari Rp 800 miliar pada 2005 menjadi Rp 1,8 T pada 2006, justru di tahun yang sama, tersiar kabar bahwa TV7 akan dijual oleh Kompas Gramedia, karena selama beroperasi, dirasa tidak menguntungkan. Sempat ada rumor yang menyebutkan bahwa jaringan televisi ini akan dijual kepada Indosiar maupun televisi asing STAR TV, meskipun tidak ada yang terealisasi, kemungkinan karena perbedaan visi. Pada akhirnya, pencarian pemilik baru TV7 usai ketika pada tanggal 4 Agustus 2006, Para Group melalui PT Para Inti Investindo (pemilik Trans TV) resmi membeli 49% saham PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (yang kemudian meningkat menjadi 55%, seperti yang tercatat dalam buku Chairul Tanjung si Anak Singkong). Jakob Oetama sebagai Presiden Direktur Kompas Gramedia juga menyetujui kerja sama dengan Trans TV karena adanya kesamaan kultur yang dipegang oleh kedua belah pihak, yakni adanya kesamaan antara visi dan misinya. Kesamaan tersebut, salah satunya adalah kesepakatan tetap mempertahankan program-program yang mendidik dan informatif. Proses kerja sama pun berlangsung dengan cepat yang diikuti oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada hari yang sama.
Kemudian, juga diadakan perubahan manajemen dan operasional. Di bidang manajemen, Agung Adiprasetyo yang kemudian juga menjabat sebagai CEO Kompas Gramedia ditunjuk sebagai Komisaris TV7, ditambah masuknya sejumlah personel Trans TV seperti Wishnutama dalam manajemen TV7. Sedangkan untuk operasional, dilakukan penggabungan kantor dan redaksi (dari Wisma Dharmala Sakti (sekarang Intiland Tower) Sudirman, Palmerah, serta di Cawang, Jakarta Timur) serta operasional dan teknisi menjadi bersama Trans TV yang diharapkan mampu menekan biaya operasional yang mencapai Rp 15 miliar per bulan. Kerjasama keduanya tidak dimaksudkan untuk saling bersaing, karena kedua televisi sudah memiliki segmentasi masing-masing. Dalam sebuah wawancara, Chairul Tanjung menargetkan bahwa TV7 akan didesain untuk penonton olahraga dan pria, sedangkan Trans TV lebih berfokus ke informasi, edukasi, dan hiburan keluarga seperti sebelumnya. Diharapkan, sinergi bersama Trans TV bisa membantu TV7 meningkatkan rating dan pendapatan iklannya. Perubahan kepemilikan ini juga ditandai dengan perubahan logo dan nama yang dilakukan pada 15 Desember 2006 (bertepatan dengan ulang tahun Trans TV yang ke-5) pukul 19:00 WIB. TV7 mengubah logo dan namanya menjadi Trans7, di mana kata "TV" menjadi "Trans" namun namanya tetap menggunakan angka 7.
= Kesuksesan Trans7
=Berbeda dengan saat menjadi TV7, terhitung mulai 2007, keuntungan yang dicapai Trans7 telah memasuki puncaknya. Bahkan, masih menurut buku Chairul Tanjung si Anak Singkong, keuntungan Trans7 mampu mengalahkan Trans TV sebagai saudaranya sendiri. Dan, berkat keuntungannya, Trans7 sempat juga menyewa gedung sendiri selama beberapa waktu meski sudah bergabung dengan Trans TV. Gedung tersebut lokasinya berada di seberang gedung Trans TV, dan merupakan bekas gedung Sampoerna. Di gedung berlantai lima itu, terdapat studio berita dan beberapa divisi yang memang terpisah dari Trans TV. Namun untuk meja direksi dan komisioner, serta beberapa divisi menetap satu gedung dengan Trans TV karena efisiensi dan juga mobilitas. Beberapa program yang pernah cukup berhasil menaikkan pamor Trans7, seperti Empat Mata, Opera Van Java, On the Spot, Hitam Putih, dan Indonesia Lawak Klub. Sempat juga mendapat hak siar berlisensi dalam ajang Piala Dunia FIFA 2018 bersama Trans TV dan Transvision pada 2017.
Pada bulan Agustus 2019, TVRI bersama dua televisi swasta nasional (MetroTV dan Trans7) dan Kemenkominfo secara resmi meluncurkan siaran televisi digital untuk wilayah-wilayah perbatasan Indonesia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dengan tujuan agar masyarakat di seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan acara terbaik dan berkualitas yang ditayangkan seluruh TV nasional dan lokal dengan gambar dan suara yang lebih tajam, bersih, dan jernih serta teknologi yang lebih canggih dari televisi analog, tanpa membutuhkan biaya seperti televisi berlangganan (hanya sekali bayar untuk membeli antena dan dekoder). Yang paling utama dan terpenting masyarakat sudah siap untuk melakukan migrasi (peralihan) TV analog ke digital dalam rangka menghadapi ASO (Analog Switch Off) yang akan diberlakukan pemerintah Republik Indonesia dalam waktu dekat ini.
Identitas
Saat masih bernama TV7, logonya dapat diartikan sebagai simbol dari "JO" yang merupakan singkatan dari Jakob Oetama (1931-2020), pemiliknya saat itu. Sedangkan angka 7 kemungkinan dipilih karena TV7 merupakan televisi swasta nasional ke-7 di Indonesia yang beroperasi. Sebagai bagian dari perubahan kepemilikan dari Kompas Gramedia ke Trans Media, logo TV7 kemudian ikut diganti yang basisnya masih dipertahankan sampai sekarang, berbentuk TRANS|7. Layaknya logo Trans TV, logo Trans7 saat itu juga terinspirasi dari batu mulia, yaitu safir persegi panjang berwarna biru, dengan makna ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Batu safir juga dianggap simbol keindahan yang tidak lekang oleh waktu. Font yang digunakan juga mengikuti Trans TV, yaitu Optima (untuk angka 7 menggunakan font Arial), begitu juga dengan penempatan logo yang dipindah di sudut kiri atas menjadi sudut kanan atas agar letak logonya sama dengan Trans TV.
Pada 15 Desember 2013, Trans7 meluncurkan logo baru bersamaan dengan ulang tahun Trans Media yang ke-12. Berbeda dengan logo Trans TV yang dirombak total, logo Trans7 masih mempertahankan basis logo sebelumnya berbentuk persegi panjang yang kini dimodifikasi, berupa tulisan "TRɅNS|7" yang digayakan pada huruf A bernama "berlian A" (yang diperkenalkan sejak pertengahan 2011), menggunakan font baru serta garis pemisah dicetak lebih tipis. Logo dengan simbol "Diamond A" di tengah kata Trans7 merefleksikan "kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta kepemimpinan yang kuat".
Masing-masing warna dalam logo "berlian A" ini memiliki makna dan filosofi.
Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang berbinar dan hasil alam Nusantara sekaligus melambangkan optimisme masyarakat Indonesia.
Warna hijau menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa.
Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang handal dan memiliki harapan tinggi.
Warna ungu menggambarkan keagungan dan kecantikan budaya dan seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa.
Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di dalamnya, menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa dipahami makna dari logo baru Trans7 ini menjadi tanda yang menyuarakan sebuah "semangat dan perjuangan untuk mencapai keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa mendatang".
= Daftar slogan
=Sebagai TV7
Makin Lengkap, Makin Seru! (15 Desember 2001-31 Juli 2003)
Memberi Inspirasi (1 Agustus 2003-28 Januari 2005)
Semakin Beragam Semakin Menarik (29 Januari 2005-14 Desember 2006)
Sebagai Trans7
Cerdas, Tajam, Menghibur dan Membumi (15 Desember 2006-14 Desember 2008)
Aktif, Cerdas dan Menghibur (15 Desember 2008-14 Desember 2022)
Smart, Entertaining & Family (15 Desember 2022-sekarang)
#IniBaruTrans7 (2019-sekarang, sub-slogan)
Acara
Sepanjang berdirinya, Trans7 menyuguhkan berbagai variasi program yang berbeda kepada pemirsanya, meskipun tetap berbasis hiburan. Saat berada di bawah Kompas Gramedia, program yang banyak dikenang publik meliputi sejumlah serial animasi asal Jepang dan beberapa gelaran olahraga akbar (seperti Liga Utama Inggris dan MotoGP). Kini Trans7 cukup jarang menyiarkan program olahraga, dengan MotoGP menjadi salah satu yang tersisa.
Di bawah Trans Media, program Trans7 mengalami perubahan. Mulanya grup media tersebut berusaha mengembangkan Trans7 dengan menyasar penonton menengah ke bawah dan menjadikannya lebih kuat pada program berbasis jurnalisme, mengingat sebagian kepemilikannya yang masih dipegang Kompas Gramedia. Beberapa acara seperti Kupas Tuntas dan Fenomena yang sebelumnya tayang di Trans TV, kemudian pindah ke Trans7. Namun, kini fokus utama acara Trans7 adalah program hiburan berbasis in-house, yang diturunkan dari "saudara tiri"-nya, Trans TV. Program tersebut seperti gelar wicara, komedi dan majalah berita. Misalnya, program majalah berita berbasis video viral atau dari media sosial yang semakin banyak ditayangkan televisi lain, dapat ditarik kemunculannya lewat On The Spot di tahun 2008.
Yang sedikit membedakan dari Trans TV adalah upaya Trans7 menghadirkan beberapa program yang lebih berbasis eksploratif dan ramah anak, sehingga beberapa kalangan menilai program Trans7 lebih "edukatif" dari "saudara tiri"-nya tersebut. Meskipun demikian, tidak semua program Trans7 dinilai edukatif; acara seperti Empat Mata hingga sejumlah acara buka puasa yang ditayangkannya, pernah mendapat kritikan akibat dianggap mengandung adegan atau tindakan vulgar.
Penyiar
Jaringan siaran
Trans7 memiliki 39 stasiun transmisi (hingga tahun 2020) yang mampu menjangkau lebih dari 133 juta penonton televisi di Indonesia. Seluruh stasiun tersebut dimiliki oleh Trans7.
Berikut ini adalah stasiun afiliasi dan pemancar Trans7 (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.
Keterangan: yang dicetak miring berarti masih berupa stasiun relay dan belum memiliki siaran lokalnya sendiri.
Manajemen
= Daftar direktur utama
== Direksi saat ini
== Komisaris saat ini
=Lihat pula
Daftar stasiun televisi di Indonesia
Trans TV
Referensi
Pranala luar
(Indonesia) Situs web resmi
Trans7 di Facebook
Trans7 di Instagram
Trans7 di TikTok
Trans7 di Twitter
Kata Kunci Pencarian:
- Trans7
- Daftar acara Trans7
- Daftar penyiar Trans7
- Bawang Putih Bawang Merah (seri televisi 2007)
- Daftar acara NET.
- Lapor Pak!
- Diah Permatasari
- Kenta Yamaguchi
- Wishnutama
- Trans TV
- Trans7
- Trans Media
- The Sacred Riana
- Matteo Guerinoni
- Nadya Hutagalung
- Uus (comedian)
- Widya Saputra
- Ananda Omesh
- Late-night talk show
- Si Unyil