- Source: Umi Dachlan
Umi Dachlan (nama lahir Umajah Dachlan, EYD: Umayah Dachlan) (13 Agustus 1942 – 1 Januari 2009) adalah seorang pelukis perempuan terkemuka Indonesia. Ia merupakan lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung dan juga menjadi menjadi wanita pertama yang menjadi dosen di almamaternya. Karyanya dikenal dengan mencampurkan Ekspresionisme Abstrak dengan pendekatan lirisisme.
Kehidupan
Perempuan dengan nama asli Umajah Dachlan ini sudah menunjukan bakat melukisnya sejak kecil. Hal ini ditunjukan dengan kegemarannya menggambar. Umi Dachlan menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Seni Rupa & Desain, Institut Teknologi Bandung (FSRD-ITB), pada tahun 1968. Semasa kuliah, ia sering bekerja sebagai co-desainer/desainer pada satu grup kerja bidang seni rupa. Setelah lulus, ia sering bekerja komisi menggambar mural untuk berbagai institusi, seperti Kantor Pertamina Dumai, Museum Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat di Bandung, dan bersama Ahmad Sadali dan rekan-rekan di Gedung MPR/DPR di Jakarta.
Kepribadian Umi Dachlan digambarkan sebagai pengasuh, tegas dan tulus oleh teman-teman dan rekan-rekannya. Dia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di rumah impiannya di Jalan Tamansari di Bandung, dikelilingi oleh beberapa teman dan keluarga terdekatnya. Rekan seniman dan desainer interior Profesor Imam Buchori Zainuddin mendesain rumahnya, ia juga bekerja di ITB. Rumah itu melambangkan dua kesenangan terbesarnya, alam dan musik, yang sangat penting bagi karya seninya.
Umi tidak menikah selama hidupnya dan meninggal dunia di rumahnya di Bandung pada usia 66 tahun dalam tidurnya. Jenazahnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Jabangbayi, Kesambi, Cirebon.
Karya
Karier kesenimanan Umi dimulai dengan studi mengenai prinsip dan teknik seniman dan dosen seni ITB, Ahmad Sadali. Ia juga dibimbing oleh A.D. Pirous, Mochtar Apin, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, dan Yusuf Affendi. Ia disegani dan disukai banyak rekan seperti Heyi Ma'mun, Sam Bimbo, Seriawan Sabana dan Sunaryo (pelukis).
Setahun setelah lulus kuliah, ia diangkat menjadi dosen di Fakultas Seni Rupa, ITB. Pada tahun yang sama, ia juga menerima Hadiah Memorial Wendy Sorensen untuk lukisan terbaik. Wendy Sorensen adalah istri Abel Sorensen, seorang arsitek penting dalam sejarah Indonesia, yang ditunjuk oleh Presiden Sukarno untuk merancang Hotel Indonesia untuk Asian Games ke-4 tahun 1960.
Di tahun-tahun awalnya, Umi Dachlan menolak tradisi agama yang ketat dari keluarganya, tetapi di tahun-tahun berikutnya dia memasukkan banyak aspek spiritual dan agama dalam karyanya. Hubungan antara agama Islam dan Seni Umi Dachlan dijelaskan dalam buku teman-temannya, Esmeralda dan Marc Bollansee :"Karya Umi Dachlan dipengaruhi oleh agama. Harmoni dan ketundukan kepada Allah adalah hal yang lazim karena karyanya benar-benar merupakan penghormatan kepada Sang Pencipta yang Agung."
= Karya awal (1962-1976)
=Karya awal Umi Dachlan dipengaruhi oleh lukisan Batik tradisional dan permadani, karya tekstil dan lukisan pemandangan. Helena Spanjaard menggambarkan karya awalnya sebelum tahun 1990 sebagai komposisi liris abstrak yang terinspirasi oleh lanskap dan hubungan yang kuat dengan aktivitasnya dalam desain tekstil dan kolase.
Teknik dan penggunaan ruang dalam lukisan lanskapnya mirip dengan seniman wanita Muslim terkemuka lainnya, penulis dan pelukis abstrak Lebanon Etel Adnan. Mirip dengan Umi Dachlan, Etel Adnan menciptakan lukisan dan tekstil yang menampilkan lanskap, yang menerima pengakuan dunia yang berkembang sejak awal abad ke-21.
Pada tahun 1971, Umi bergabung dengan kelompok 18 seniman di ITB yang menamakan dirinya Grup 18. Mereka merilis serangkaian sablon untuk mempopulerkan karya dan gaya mereka, yang ditampilkan di Taman Izmail Marzuki di Jakarta. Tidak jelas apakah pilihan 18 seniman tersebut mencerminkan The Irascibles atau Irascible 18, sekelompok 18 seniman Abstrak, Modernis yang telah memantapkan dirinya pada tahun 1950 di New York dan menolak representasi seni mereka oleh pendirian pada waktu itu. Saat ini, banyak dari anggota Irascible 18 termasuk artis termahal di dunia. Demikian pula, para seniman dari Grup 18 termasuk seniman Indonesia yang paling berpengaruh sejak Perang Dunia II, dan patung, lukisan, ajaran dosen dan pendidikan mereka ada di seluruh Indonesia.
Sementara Umi Dachlan sangat dipengaruhi oleh fakultasnya di ITB, Bandung, ia juga memiliki banyak kontak artistik dengan pusat seni besar kedua di Indonesia, Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta. Sejak berdirinya Republik Indonesia setelah Perang Dunia II, kedua lembaga ini mencerminkan dua kutub diskusi yang disebut "East versus West". ITB dipimpin oleh pelukis Belanda Ries Mulder, yang lembaganya sering dikritik, sedangkan ASRI dipandang sebagai cerminan seni asli Indonesia yang sebenarnya. Pada tahun 1974, konflik East versus West dan fokus pada bentuk seni klasik seperti lukisan dan patung menyebabkan berdirinya Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRB), yang dipandang sebagai awal Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Banyak seniman individu ITB yang tidak melihat karyanya sebagai cerminan Timur versus Barat, termasuk A.D. Pirous dan Umi Dachlan yang dekat dengan banyak Seniman ASRI, seperti Fadjar Sidik, Handrio dan Nasirun, yang kemudian memiliki beberapa karya selanjutnya, Umi Dachlan juga beberapa kali dipamerkan di Galeri dan Museum di Jogjakarta sejak tahun 1968, termasuk di Museum Affandi.
= Karya Tengah (1977-1987)
=Dia belajar dan sering bepergian ke luar negeri untuk meningkatkan keterampilan dan pengalamannya. Pada tahun 1969 salah satu pameran pertamanya di luar negeri membawanya, dan beberapa rekan pelukis, ke New York sebagai bagian dari Delegasi Ibu Suharto untuk mewakili Indonesia pada peringatan 25 tahun PBB. Selama perjalanan ini, ia mengenal bentuk-bentuk seni Amerika, termasuk Ekspresionisme abstrak, sebuah bentuk seni pasca-Perang Dunia II yang sudah mapan saat itu, dengan tokoh-tokoh walikota seperti Jackson Pollock, Mark Rothko, Willem de Kooning, Franz Kline, Frank Stella atau Robert Motherwell.
Perjalanan dan studinya kemudian membawanya terutama ke Eropa, termasuk Belanda, Prancis, dan Spanyol, di mana ia menyerap Seni dan Budaya Eropa. Dari Tahun 1977 dengan 1979, Umi belerjain di Kunstacademie Gerrit Rietveld, Amsterdam, Belanda. Di samping itu ia juga menjadi mahasiswa pendengar pada Academic Industriele Van Vormgeving di Eindhoven.
Pekerjaan pertengahan karirnya sangat dipengaruhi oleh mentor dan maestronya di ITB, Ahmad Sadali, serta Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia. Umi adalah pewaris tradisi abstraksi "Sekolah Bandung" yang dipelopori oleh Achmad Sadali. Hal ini terlihat jelas dalam karya-karyanya yang muncul sebagai upaya untuk mencapai kesempurnaan estetis Sadali. Kedekatan Umi dan Sadali, baik dari segi pendekatan maupun citra estetis, tidak bisa dipungkiri, dan tanda tangannya mengingatkan pada Sadali. Dalam gambarnya, seperti Sadali, Umi menggunakan aplikasi warna spontan dengan beberapa lapisan cat.
Karya-karyanya pada periode ini mencerminkan prinsip-prinsip filsafat Islam dan diekspresikan melalui hubungan spiritualnya dengan alam dan musik. Apalagi selama periode ini, karyanya telah dibandingkan dengan pelukis Eropa seperti Antoni Tàpies, Jean Fautrier dan Pablo Picasso, dan yang paling menonjol dengan Marc Rothko, karena mereka berbagi banyak perhatian metafisik dan spiritual dengan pelukis master Amerika Serikat. Mirip dengan penduduk asli Kudditji Kngwarreye, yang juga sering dibandingkan dengan Rothko oleh pengunjung asing, dia mungkin tidak menyadari perbandingan ini, mencari imajinasi abstraknya sendiri.
= Karya akhir (1988-2009)
=Setelah kematian mentornya Ahmad Sadali pada tahun 1987, ia berkembang menjadi gayanya sendiri. Pada tahun 1992, dia pergi haji di Arab Saudi dan melihat padang pasir. Hajinya menambahkan warna-warna hangat dan bersahaja ke langit-langit artistiknya. Lukisannya Five Pillar dari 1996 tampaknya mencerminkan Rukun Islam. Setelah itu, lukisannya tampak menunjukkan warna yang lebih hangat, mirip dengan pelukis besar Spanyol Antoni Tàpies. Dalam tahun-tahun berikutnya, dia juga memulai seri matador, yang berkaitan dengan kerbau, yang membuatnya terpesona. Umi Dachlan juga memulai dengan elemen yang lebih figuratif, seperti seri matador antara 1993 dan 2007, yang menggambarkan pertarungan antara banteng dan matador, topik yang dia sebut sebagai Dis-Harmoni di dunia. Pada tahun 2000, kritikus seni dan seniman, Mamannoor menulis sebuah buku yang mengiringi pameran besar Solo Andi Galeri di Jakarta, 4 karya matadornya yang berbeda, dan total 75 karyanya ditampilkan. (lihat: Bibliografi)
Umi Dachlan adalah salah satu seniman perempuan Indonesia awal dan perintis yang mengikuti jejak Emiria Soenassa, bersama dengan Erna Pirous, istri A.D. Pirous, Farida Srihadi, istri Srihadi, Heyi Ma'mun, Isyanaini, Kartika Affandi, putri Artis utama Indonesia Affandi, Rita Widagdo dan Nunung WS. Karya-karyanya telah dilelang oleh rumah-rumah lelang besar Internasional, termasuk Bonhams, Christie's dan Sotheby's.
Penghargaan
Best Painting: Wendy Sorensen Memorial Award, New York, America Serikat (1968)
Anggota staff Design Center Expo '70, Osaka (1970)
Pertamina Award, Jakarta (1973)
Best Women Painter: Badan Koordinasi Organisasi Wanita - BKOW (1981)
Penghargaan dari alma mater ITB Bandung (1982)
Award from Radio Hilversum, Belanda (1986)
Ford Foundation Award (1991)
Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono untuk servis 30 tahun (2007)
Pameran
Selama lebih dari 40 tahun, lukisan Umi Dachlan telah ditampilkan dalam berbagai pameran tunggal dan kelompok. Di antara pameran pertamanya adalah keikutsertaan dalam Pameran Besar Pertama Seni Lukis Indonesia di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada tahun 1968. Pameran ini merupakan Jakarta Biennale perdana yang berlangsung hingga saat ini. Pada 1990-an, Umi termasuk di antara artis Asia terkemuka serta artis wanita Islam terkemuka yang ditampilkan di seluruh dunia.
Banyak Galeri Nasional di seluruh dunia memiliki atau memajang karya-karyanya, termasuk di Australia, Belanda, Indonesia, Singapura dan Yordania.
Bibliografi
= Monograf
="Umi Dachlan: Imagi dan Abstraksi". Monograf dari Mamannoor, Andi Galeri, Jakarta, 2000. Bahasa Indonesia dan Inggris, 101 plat, 172 halaman
"Mythomorphic". Monograf dari Selasar Sunaryo Art Space, 2009. Bahasa Indonesia, 55 halaman
"Umi Dachlan: Metaphors For Humanity". Monograf dari Vivian Yeo dan Jin Wen, Editorial Art Agenda S.E.A, Jakarta, 2021. Bahasa Indonesia, Cina dan Inggris, 170 plat, 248 halaman
= Bibliograf
="Modern Indonesian Art: From Raden Saleh to the Present Day." Koes Karnadi et al, Penerbit dari Koes Artbooks, Denpasar, Bali. 2nd rev. Ed. 2010. Termasuk 1 lukisan 'Matador' dan deskripsi singkat tentang Umi Dachlan di hlm 146. ISBN 978-9798704024
= Referensi
== Video dan Internet
="From Dusk to Dawn: Umi Dachlan & Fernando Zobel". Art Agenda S.E.A, 13. Juli 2023. Umi Dachlan & Fernando Zobel
Kata Kunci Pencarian:
- Umi Dachlan
- Umi
- Seni abstrak
- Heyi Ma'mun
- Rita Widagdo
- Erna Garnasih Pirous
- Batik lukis
- Ahmad Sadali
- Popo Iskandar
- Mochtar Apin
- Umi Dachlan
- Umi
- Abdul Djalil Pirous
- List of Indonesian painters
- List of Muslim painters
- Design Academy Eindhoven
- Islamic art
- Ahmad Sadali
- List of artists from Indonesia
- Gerrit Rietveld Academie