- Source: Videoteks
Videoteks adalah pelayanan informasi interaktif dari komputer pusat yang memungkinkan individu untuk meminta kerangka informasi dari komputer pusat melalui telepon atau kabel, untuk ditampilkan ada layar tampilan video (umumya televisi rumah).
Mekanisme
Videoteks, atau yang juga disebut sebagai video-teks, dan teleteks merupakan pelayanan informasi dalam bentuk tulisan alphanumeric dan grafis melalui layar televisi. Informasi yang dimuat biasanya berupa berita, informasi kejadian aktual, serta berbagai informasi mengenai kebutuhan sehari-hari seperti prakiraan cuaca, nilai tukar mata uang, jadwal pertunjukan layar lebar, jadwal keberangkatan kereta api, pesawat terbang, bus, serta ditambah iklan. Berbeda dengan teleteks, videoteks memiliki kemampuan lebih, yaitu memungkinkan penggunanya tidak hanya mengakses informasi satu arah, melainkan juga melakukan komunikasi dua arah. Misalnya, pengguna videoteks tidak hanya dapat mengetahui jadwal pertunjukan bioskop, melaikan juga dapat memesan kursi melalui layar televisinya. Sistem videoteks memungkinkan pengguna melakukan transaksi dengan komputer utama seperti berbelanja, melakukan transaksi perbankan, dan sebagainya dengan layar televisi yang dihubungkan dengan keyboard.
Jumlah informasi
Videoteks dapat menyajikan informasi dalam jumlah halaman yang terbatas, tergantung pada kapasitas memori komputer pusat. Jumlah informasi yang dapat dimuat dalam satu halaman tampilan juga sangat terbatas, yakni sekitar seratus kata atau setara dengan jumlah materi grafis. Jika dibandingkan dengan teleteks, videoteks memiliki kemampuan yang lebih baik termasuk dalam kecepatan menangkap informasi. Namun, penggunaan videoteks menyedot biaya yang lebih mahal dari teleteks, termasuk biaya telepon dan kadang-kadang biaya untuk setiap frame informasi yang diperoleh.
Sejarah perkembangan
Videoteks dikembangkan oleh Sam Fedida beserta rekan-rekannya di British Telecommunications Research Laboratories pada tahun 1971. Motivasi pengembangan teknologi yang mulai diujicobakan pada 1976 ini adalah untuk memberi kemudahan bagi masyarakat. Yakni melalui peningkatan penggunaan telepon, kebutuhan pelayanan informasi yang interaktif, dan sebagainya. Selanjutnya, videoteks berkembang semakin pesat dengan rentang pengguna yang luas, dari rumah tangga hingga perusahaan atau kantor-kantor besar.
Perkembangan videoteks pada tahun 80-an dimulai dengan lahirnya empat sistem videoteks yang masing-masing saling tidak kompatibel. Tentunya, keempat videoteks yang dikembangkan di negara-negara yang berbeda ini masing-masing bertujuan memenangkan pasar dengan dukungan dana yang sangat besar dari pemerintah. Keempat videoteks tersebut adalah;
a.PRESTEL, diperkenalkan oleh kantor pos Inggris sebagai pelayanan videoteks komersial pertama di dunia pada tahun 1979. Hingga 1981, diperkirakan 10.000 terminal videoteks PRESTEL telah digunakan dengan lebih dari 500 provider informasi. Kemudian, pada tahun 1982, PRESTEL meluncurkan layanan baru GATEWAY yang memperluas layanan ke database yang telah ada. Data terakhir pada pertengahan 1980-an, PRESTEL telah memiliki 250.000 orang pengguna dengan 50.000 terminal.
b.ANTIOPE, diciptakan oleh badan penyiaran dan pos Prancis. Pada tahun 1986, lebih dari 2000 provider informasi dan jasa yang telah tergabung dalam terminal videoteks, meliputi 150 pelayanan media, 150 pelayanan finansial dan bank, 150 pedagang retail, dan sisanya tersebar dalam bidang pariwisata, pendidikan, pelayanan pemerintah, pertanian, kesehatan, transportasi, asuransi, dan industri.
c.TELIDON, didanai oleh departemen komunikasi Kanada dan menghadirkan sistem yang berbeda secara radikal.
d.CAPTAIN, diluncurkan oleh Jepang pada tahun 1980.
Sistem videoteks di beberapa negara
Sistem videoteks secara keseluruhan di beberapa negara tertuang dalam tabel di bawah ini;
Aplikasi videoteks dalam kehidupan sehari-hari
Dalam format apapun sesuai yang dikembangan berbagai negara di atas, videoteks tetap merupakan teknologi unggul yang menggabungkan komunikasi massa dengan teknologi komputer. Pemerintah di berbagai negara di atas, menyediakan dana untuk mengembangkan layanan videoteks, karena mereka juga mengendalikan layanan pos, telepon, dan telekomunikasi. Pemerintah berasumsi bahwa penyediaan layanan informasi, video merupakan komponen logis dari pelayanan komunikasi publik (public communication utility) yang komprehensif. Kontras dengan hal tersebut, pemerintah di Amerika Serikat justru menyerahkan perkembangan videoteks pada pasar bebas yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar di bidang penyiaran, komunikasi, dan penerbitan. Pemerintah AS beranggapan bahwa sistem videoteks tidak termasuk pelayanan publik melainkan suatu basis teknik dari suatu usaha komersial yang disebut electronic publishing.
Salah satu perusahaan bernama Knight Rider membuka sistem Viewtron di Miami pada tahun 1983. Hingga 1985, tidak kurang dari 35 juta dolar diinvestasikan Knight Rider untuk menyajikan layanan videoteks yang lengkap, meliputi tujuh juta frame berita, surat elektronik, dan home-banking. Dengan investasi yang tidak sedikit tersebut, ternyata Viewtron hanya mampu menjaring sekitar 3.100 pelanggan. Minimnya jumlah pelanggan tersebut diperkirakan karena beban pembelian receiver khusus yang memberatkan pelanggan, yakni sekitar 600 hingga 900 dolar (atau 20 hingga 40 dolar per bulan untuk penyewaan). Hambatan ini disiasati dengan mereduksi ongkos terbesar yakni dengan mengganti receiver dengan microcomputer. Dow Jones News/Retrieval yang menerapkan sistem ini, pada tahun 1985 memiliki 200.000 pelanggan.
Dilihat dari segi dampak, sesungguhnya penggunaan teknologi tidak dapat dibebankan pada teknologi itu sendiri, melainkan pada berbagai kepentingan yang ada di baliknya . Arnold Pacey menyimpulkan bahwa power merupakan inti dari budaya teknologi. Teknologi sendiri, secara budaya, moral, dan politik, adalah netral. Teknologi hanya bersifat sebagai instrumen yang disesuaikan oleh sistem nilai lokal dan bagi beberapa daerah dapat mendukung gaya hidupnya.
Asumsi industri pada awal perkembangan videoteks menyatakan bahwa masyarakat suka membaca Koran, majalah, dan tabloid, maka mereka akan mentransefer kebiasaan mereka ke layar televisi. Namun, meskipun ongkos receiver telah disiasati dan jumlah informasi yang disediakan oleh provider juga terus meningkat, namun lambat laun jumlah pengguna videoteks justru berkurang. Menurut Rogers (1986), hal tersebut dikarenakan konsumen justru menikmati koran, majalah, dan tabloid karena mobilitas dan fleksibilitasnya. Sementara, membaca layar televisi memaksa mererka untuk duduk diam di depan layar. Pendapat lain menyatakan bahwa budaya dalam masyarakat cenderung melihat televisi sebagai media untuk memperoleh hiburan, bukan sebagai instrumen untuk memperoleh informasi).
Permasalahan lain yang dihadapi konsumen dalam tahap pengenalan videoteks adalah spesifisitas informasi. Jumlah dan rentang informasi yang terlalu luas justru bukan sesuatu yang diinginkan konsumen. Spesialisasi jenis informasi yang disediakan dengan kedalaman yang baik merupakan kebutuhan konsumen yang sesungguhnya. Hal tersebut pertama kali dipahami oleh Prestel yang pada tahun 1984 memutuskan untuk berkonsentrasi pada empat area informasi utama; reservasi penerbangan, berita lokal, home banking, dan layanan antar peranti lunak komputer. Spesialisasi yang baru disadari dan dilaksanakan lima tahun setelah awal berdirinya tersebut mampu mendongkrak jumlah pelanggan dan mengantarkan perusahaan menuju profit.
Dari keseluruhan perkembangan videoteks di atas, tidak dapat dimungkiri bahwa perkembangan internet telah jauh meninggalkan fungsi dan pelayanan yang diberikan videoteks. Namun, peran videoteks sebagai teknologi pertama yang menggabungkan komunikasi massa dengan teknologi komputer juga tidak bisa diabaikan dalam tapak perkembangan teknologi komunikasi di dunia.
Referensi
Pranala luar
museum.tv.com Diarsipkan 2008-10-17 di Wayback Machine. Videotext/Online Services
waena.org video-teks
www.ieee.ca Diarsipkan 2010-09-24 di Wayback Machine. Telidon
Rujukan
Nasution, Zulkarimen. (1989). Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar Belakang & Perkembangannya. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI
Rogers, Everett M. (1986). Communication Technology: The New Media Society. New York, The Free Press a division of Macmillan, Inc.