- Source: Yesus sebagai tokoh dalam sejarah
Yesus sebagai tokoh dalam sejarah merujuk kepada upaya rekonstruksi kehidupan Yesus dari Nazaret, berdasarkan metode historis, termasuk analisis kritikal Alkitab terhadap naskah-naskah Injil sebagai sumber utama biografi-Nya, diiringi dengan pertimbangan konteks sejarah dan budaya di tempat Ia pernah hidup. Dengan menggunakan sumber-sumber non-Alkitab, para sejarawan berusaha merekonstruksi bahwa Yesus adalah: guru/rabi Yahudi yang memiliki sekelompok pengikut dari Galilea, dan setelah beberapa tahun masa pelayanannya, disalibkan oleh pemerintah Romawi di Provinsi Iudaea pada masa Pontius Pilatus menjabat sebagai gubernur.
Rekonstruksi ini dibedakan dari sekadar bertanya "Apakah Yesus pernah ada?", karena sudah diterima kenyataan bahwa Yesus memang pernah ada, meskipun terdapat spektrum pendapat yang luas seberapa dekatnya figur "Yesus" yang diperkenalkan oleh gerakan Kristen mula-mula dengan kenyataan "Yesus sebagai tokoh dalam sejarah".
Upaya rekonstruksi ini dilakukan dengan berbagai agenda, mulai dari mereka yang bermaksud memastikan pandangan Kristen mengenai Yesus, maupun yang berusaha menolak Kekristenan, atau yang berharap untuk mempelajari kehidupan Yesus dengan harapan mengubah sebab musabab sosial. Pada abad ke-21, pendekatan "maximalist" dari abad ke-19 yang menerima semua isi Injil, maupun kecenderungan "minimalist" di awal abad ke-20 yang sama sekali menolak Injil, keduanya ditinggalkan dan para ilmuwan mulai berfokus pada apa yang menurut sejarah memungkinkan dan menguatkan mengenai kehidupan Yesus.
Latar belakang budaya Yudea
Penelitian Yesus dalam sejarah menurut sejumlah pakar harus dipandang dalam konteks sejarah dan budaya Romawi-Yudea dan kekuatan yang mempengaruhi budaya Yahudi pada waktu itu, termasuk tekanan, kecenderungan, dan perubahan di wilayah tersebut di bawah pengaruh Helenisme dan pendudukan oleh pemerintah Romawi, sejak Ptolemeus, dari tahun 63 SM.
Studi Arkeologi
Pada abad ke-21 arkeologi semakin meningkat penggunaannya sebagai komponen riset untuk lebih memahami tokoh Yesus dalam sejarah dengan melihat latar belakang sosial ekonomi dan politik pada masa hidup-Nya. James Charlesworth menyatakan bahwa para pakar tidak lagi mengabaikan penemuan arkeologi yang memperjelas pengetahuan mengenai pola kehidupan di Galilea dan Yudea pada zaman Yesus.
Bahasa, ras dan penampilan
Yesus tumbuh besar di Galilea dan banyak waktu pelayanan-Nya diluangkan di wilayah tersebut. Bahasa yang dipakai di Galilea dan Yudea selama abad ke-1 termasuk bahasa Aram dan bahasa Ibrani Semit, serta bahasa Yunani, di mana bahasa Aram merupakan bahasa predominan. Kebanyakan ilmuwan setuju bahwa selama bagian awal abad ke-1 bahasa Aram merupakan bahasa ibu dari hampir semua wanita di Galilea dan Yudea. Mayoritas pakar mendukung teori bahwa Yesus berbicara dalam bahasa Aram dan Ia juga telah berbicara dalam bahasa Ibrani dan Yunani. James D. G. Dunn menyatakan bahwa ada "konsensus substansial" bahwa Yesus memberikan pengajarannya sebagian besar dalam bahasa Aram.
Profesi
Dalam Injil Matius (Matius 13:55) Yesus diidentifikasi sebagai putra dari seorang τέκτων (tekton) dan dalam Injil Markus (Markus 6:3) dinyatakan bahwa Yesus sendiri adalah seorang tekton. Tekton secara tradisional telah diterjemahkan sebagai "tukang kayu", semakna dengan istilah bahasa Inggris "carpenter", tetapi sebenarnya merupakan kata yang bersifat umum. Akar katanya sama dengan istilah "teknik" dan "teknologi", yang dapat mencakup pembuat barang-barang dari berbagai bahan, termasuk pembuat rumah. Namun, asosiasi spesifik dengan pekerjaan tukang kayu telah secara konstan dijumpai dalam tulisan-tulisan Kristen awal; Yustinus Martir (mati sekitar tahun 165) menulis bahwa Yesus membuat kuk (gandar) dan alat bajak, dan juga terdapat Referensi serupa pada zaman yang sama.
Pakar lain berpendapat bahwa tekton dapat berarti pula seorang tukang yang ahli dalam pengerjaan bahan kayu atau logam mulia, mungkin pula membuka bengkel dengan beberapa pegawai, dan menemukan sumber-sumber yang mencatat kekurangan tenaga ahli semacam itu pada zaman tersebut. Geza Vermes mengatakan bahwa istilah 'carpenter' dan 'son of a carpenter' digunakan dalam Talmud Yahudi untuk menyebut seorang yang sangat terpelajar, dan ia berpendapat bahwa penggambaran Yusuf sebagai seorang 'naggar' (= carpenter) dapat mengindikasikan Yusuf dianggap seorang yang bijaksana dan terpelajar dalam Taurat.
Kemampuan membaca
Ada indikasi kuat bahwa terdapat tingkat buta huruf yang tinggi di antara penduduk kelas sosial ekonomi rendah secara umum di dalam Kekaisaran Romawi, dengan perkiraan ilmiah sekitar 3% sampai 10% tingkat melek huruf. Namun, Talmud Babilonia (dari abad ke-3 sampai ke-5 M) menyatakan bahwa orang Yahudi mempunyai sekolah-sekolah di hampir setiap kota mereka. Geoffrey Bromiley menyatakan bahwa sebagai suatu "agama menurut kitab" Yudaisme menekankan pembacaan dan belajar, dan masing-masing orang harus membaca kitab suci dengan suara keras, bukannya diam-diam, suatu praktik yang dianjurkan (Erubin 54a) oleh para Rabbi. James D. G. Dunn menyatakan bahwa Yudaisme dari zaman Bait Suci Kedua memberi penekanan penting akan studi Taurat dan "tulisan para nabi" dalam Yudaisme yang dapat dibaca sendiri oleh publik.. Dunn dan secara terpisah Donahue dan Harrington merujuk kepada pernyataan sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100) dalam Against Apion (2.204) bahwa "aturan hukum mewajibkan mereka (anak-anak) diajar membaca" sebagai indikasi tingginya tingkat melek huruf di kalangan orang Yahudi abad pertama. Sebaliknya, Richard A. Horsley berpendapat bahwa Yosefus merujuk kepada belajar "grammata" tidak berarti sama dengan membaca dan mungkin terbatas pada tradisi oral. Ada sejumlah bagian Injil yang menyatakan atau menyiratkan bahwa Yesus dapat membaca.
Elemen sejarah
= Dua fakta dasar sejarah
=Meksipun terdapat perbedaan pandangan yang besar di antara para ilmuwan mengenai konstruksi figur Yesus dalam sejarah, hampir semua pakar modern memandang dua fakta dalam hidup-Nya sebagai fakta sejarah, yaitu: pembaptisan dan penyaliban-Nya. James Dunn menyatakan "kedua fakta ini dalam kehidupan Yesus meyakinkan persetujuan hampir menyeluruh" dan "ditempatkan dalam ranking begitu tinggi dalam skala 'hampir tidak mungkin untuk diragukan atau disangkal' dalam penilaian fakta sejarah" sehingga sering kali menjadi titik mula penelitian Yesus sebagai tokoh dalam sejarah.
Persetujuan para pakar mengenai penyaliban Yesus oleh Pontius Pilatus sudah sangat luas, dan kebanyakan pakar menganggap fakta penyaliban ini tidak terbantah. Eddy dan Boyd menyatakan bahwa sekarang "telah ditetapkan kuat" bahwa ada konfirmasi di luar kekristenan mengenai penyaliban Yesus. Bart Ehrman menyatakan bahwa penyaliban Yesus atas perintah Pontius Pilatus adalah elemen yang paling pasti mengenai Yesus. John Dominic Crossan menyatakan bahwa penyaliban Yesus adalah sepasti fakta sejarah apapun. John P. Meier memandang penyaliban Yesus sebagai fakta sejarah dan menyatakan berdasarkan kriteria permaluan orang Kristen tidak akan menciptakan kisah kematian yang menyakitkan dari pemimpin mereka. Meier menyatakan bahwa sejumlah kriteria lain, misalnya kriteria kesaksian berlipat ganda (yaitu konfirmasi lebih dari satu sumber), kriteria koherensi (yaitu sesuai dengan elemen sejarah yang lain) dan kriteria penolakan (yaitu tidak dibantah oleh sumber-sumber kuno) mendukung penetapan penyaliban Yesus sebagai suatu peristiwa sejarah.
Adanya Yohanes Pembaptis dalam zaman yang sama dengan Yesus, dan hukuman matinya oleh Herodes Antipas telah dicatat oleh sejarawan abad ke-1 Flavius Yosefus dan mayoritas mutlak pakar modern memandang catatan Yosefus mengenai kehidupan Yohanes Pembaptis sebagai kesaksian otentik. Salah satu argumen yang mendukung nilai sejarah Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis adalah suatu kisah yang tidak mungkin diciptakan oleh gereja Kristen mula-mula, menurut kriteria permaluan dalam analisis sejarah. Tida hanya empat Injil yang merujuk kepada baptisan oleh Yohanes, dan Kisah Para Rasul 10:37 mencatat bagaimana rasul Petrus menyebutkan bahwa pelayanan Yesus mengikuti "baptisan yang dikabarkan oleh Yohanes". Argumen lain yang mendukung pemastian sejarah peristiwa pembaptisan itu adalah adanya banyak sumber yang mengacu kepadanya, biasanya disebut "kriteria kesaksian berlipat ganda" (criterion of multiple attestation). Secara teknis, kesaksian berlipat ganda tidak selalu menjamin otentisitas, tetapi menentukan kekunoan suatu kisah. Namun, bagi kebanyakan pakar, bersama dengan kriteria permaluan, kriteria itu memperkuat kredibilitas pembaptisan Yesus oleh Yohanes sebagai peristiwa sejarah.
= Delapan elemen kemungkinan sejarah
=Di luar dua fakta dasar sejarah baptisan dan penyaliban, para pakar menetapkan berbagai tingkat kepastian atas episode-episode lain dalam kehidupan Yesus. Dikenal luas ada delapan kemungkinan fakta yang sering dibicarakan, tetapi bukan berarti menerima persetujuan umum semua pakar.
E.P. Sanders dan secara terpisah Craig A. Evans menyatakan bahwa ada dua insiden lain dalam kehidupan Yesus yang bersejarah, satu bahwa Yesus memanggil murid-murid, dan yang lain bahwa Yesus menyebabkan penyucian Bait Allah. Pandangan berlanjut ini berasumsi adanya 8 elemen tentang Yesus dan pengikut-Nya yang dapat dipandang sebagai fakta sejarah, 4 episode dalam kehidupan Yesus, dan 4 fakta mengenai Dia dan para pengikut-Nya, yaitu:
Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Ia memanggil murid-murid.
Ia menimbulkan kontroversi di Bait Suci.
Ia disalibkan oleh orang Romawi di sekitar Yerusalem.
Yesus adalah seorang Galilea.
Aktivitasnya hanya terbatas di Galilea dan Yudea.
Setelah mati-Nya para murid-Nya meneruskan.
Beberapa murid-Nya dianiaya sampai mati.
Persetujuan para ilmuwan mengenai daftar lanjutan ini belumlah universal, dan di luar 2 fakta dasar sejarah baptisan dan penyaliban, konsensus para ilmuwan mulai menipis.
= Kronologi
=Perkiraan kronologi Yesus disusun dari sumber-sumber non-Kristen, dan dipastikan dengan korelasi terhadap catatan Perjanjian Baru.
Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis menempatkan-Nya pada era Yohanes, yang kronologinya ditetapkan dari Referensi Flavius Yosefus (Antiquitates Iudaicae 18.5.2) pada pernikahan Herodes Antipas dan Herodias serta kekalahan Herodes dari Aretas IV, raja Nabatea, pada tahun 36 M. Kebanyakan pakar memperkirakan pernikahan Herodes dan Herodias, yang dihubungkan oleh Yosefus dengan penghukuman mati Yohanes oleh Herodes, di antara tahun 28-35, mengindikasikan bahwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes terjadi sedikit lebih awal dari waktu tersebut.
Sejumlah pendekatan digunakan untuk memperkirakan tarikh penyaliban Yesus. Salah satunya berdasarkan masa jabatan prefek Pontius Pilatus sebagai walinegeri di Yudea Romawi, dari tahun 26 M sampai 36 M, setelah itu ia digantikan oleh Marcellus, 36-37 M. Pendekatan lain memberikan batas atas tahun kematian Yesus dengan perhitungan mundur dari kronologi Rasul Paulus, yang dapat ditetapkan dalam sejarah dari pengadilannya di Korintus di hadapan prokonsul Romawi Lucius Junius Gallio Annaeanus atau "Galio", yang tahun jabatannya dapat ditentukan dari Inskripsi Delphi (penemuan abad ke-20 di kuil dewa Apollo).
Dua metode astronomi terpisah (salah satunya dari Isaac Newton) telah digunakan, dan sampai kepada kesimpulan tahun yang sama, yaitu 33 M. Para ilmuwan umumnya sepakat bahwa Yesus wafat antara tahun 30-36 M.
Pengaruh di dalam sejarah
Sepanjang sejarah dunia, Yesus telah meninggalkan pengaruh yang sangat mendalam. Ketika Kaisar Konstantinus mendapatkan penglihatan tentang Yesus tepat sebelum peperangan penentuan di Roma, adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah peradaban Barat. Peristiwa itu menandai dimulainya proses ketika kekristenan beranjak dari status agama minoritas menjadi salah satu agama resmi kekaisaran terbesar hingga saat itu di dunia Barat.
Lihat pula
Historisitas Yesus
Isa
Yesus
Kesehatan mental Yesus
Pencarian akan Yesus historis
Teori mitos Yesus
Referensi
Pustaka tambahan
Barnett, Paul W. (1997). Jesus and the Logic of History (New Studies in Biblical Theology 3). Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press. ISBN 0-85111-512-8.
Bauckham, Richard (2011). Jesus: A Very Short Introduction. Oxford, UK: Oxford University Press. ISBN 0-19-957527-4.
Brown, Raymond E. (1993). The Death of the Messiah: from Gethsemane to the Grave. New York: Anchor Bible. ISBN 0-385-49449-1.
Brown, Raymond E. et al. The New Jerome Biblical Commentary Prentice Hall 1990 ISBN 0-13-614934-0
Bock, Darrell L., Studying the Historical Jesus: A Guide to Sources and Methods.. Baker Academic: 2002. ISBN 978-0-8010-2451-1.
Craffert, Pieter F. and Botha, Pieter J. J. "Why Jesus Could Walk On The Sea But He Could Not Read And Write". Neotestamenica. 39.1, 2005.
Crossan, John Dominic. Jesus : A Revolutionary Biography. Harpercollins: 1994. ISBN 0-06-061661-X.
Dickson, John. Jesus: A Short Life, Lion Hudson plc, 2008, ISBN 0-8254-7802-2, ISBN 978-0-8254-7802-4, Google Books
Ehrman, Bart D. (1999). Jesus: Apocalyptic Prophet of the New Millennium. New York: Oxford. ISBN 0-19-512473-1.
Fiensy, David A.; Jesus the Galilean: soundings in a first century life, Gorgias Press LLC, 2007, ISBN 1-59333-313-7, ISBN 978-1-59333-313-3, Google books Diarsipkan 2015-05-11 di Wayback Machine.
Fredriksen, Paula (2000). Jesus of Nazareth, King of the Jews: A Jewish Life and the Emergence of Christianity. New York: Vintage Books. ISBN 978-0-679-76746-6.
Gowler, David B.; What Are They Saying About the Historical Jesus?, Paulist Press, 2007,
Grant, Michael. Jesus: A Historian's Review of the Gospels. Scribner's, 1977. ISBN 0-684-14889-7.
Funk, Robert W. (1998). The Acts of Jesus: The Search for the Authentic Deeds of Jesus. HarperSanFrancisco. ISBN 0-06-062978-9.
Harris, by William V. Ancient Literacy. Harvard University Press: 1989. ISBN 0-674-03380-9.
Meier, John P., A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus, Doubleday,
v. 1, The Roots of the Problem and the Person, 1991, ISBN 0-385-26425-9
v. 2, Mentor, Message, and Miracles, 1994, ISBN 0-385-46992-6
v. 3, Companions and Competitors, 2001, ISBN 0-385-46993-4
O'Collins, G. Jesus: A Portrait. Darton, Longman and Todd: 2008. ISBN 978-0-232-52719-3
O'Collins, G. Christology: A Biblical, Historical, and Systematic Study of Jesus. OUP: 2009. ISBN 978-0-19-955787-5
Sanders, E.P. Jesus and Judaism. Augsburg Fortress Publishers: 1987.
Sanders, E.P. The Historical Figure of Jesus. Lane The Penguin Press: 1993.
Vermes, G. Jesus the Jew: A Historian's Reading of the Gospels. SCM Classics:2001, ISBN 0-334-02839-6
Theissen, Gerd and Merz, Annette. The Historical Jesus: A Comprehensive Guide. Fortress Press: Minneapolis, 1998. ISBN 0-8006-3122-6.
Van Voorst, Robert E., Jesus Outside the New Testament, 2000, Eerdmans, google books
Witherington III, Ben. The Jesus Quest: The Third Search for the Jew of Nazareth. InterVarsity Press: 1997. ISBN 0-8308-1544-9.
Wright, N.T. Christian Origins and the Question of God, a projected 6 volume series of which 3 have been published under:
v. 1, The New Testament and the People of God. Augsburg Fortress Publishers: 1992.;
v. 2, Jesus and the Victory of God. Augsburg Fortress Publishers: 1997.;
v. 3, The Resurrection of the Son of God. Augsburg Fortress Publishers: 2003.
Wright, N.T. The Challenge of Jesus: Rediscovering who Jesus was and is. IVP 1996
Yaghjian, Lucretia. "Ancient Reading", in Richard Rohrbaugh, ed., The Social Sciences in New Testament Interpretation. Hendrickson Publishers: 2004. ISBN 1-56563-410-1.
Pranala luar
"Jesus Christ". Encyclopædia Britannica Online. 2009. The first section, on Jesus' life and ministry
Kata Kunci Pencarian:
- Yesus sebagai tokoh dalam sejarah
- Yesus
- Pembaptisan Yesus
- Penyaliban dan kematian Yesus
- Kelahiran Yesus
- Pencarian akan Yesus historis
- Pontius Pilatus
- Mukjizat Yesus Kristus
- Kronologi kehidupan Yesus
- The 100 (buku)