- Source: Istanbul
Istanbul sebelumnya dikenal sebagai Konstantinopel (bahasa Yunani: Κωνσταντινούπολις; bahasa Latin: Konstantinopolis), adalah kota terbesar di Turki, berfungsi sebagai pusat ekonomi, budaya, dan sejarah negara. Kota ini dikelilingi oleh selat Bosporus, terletak di antara benua Eropa dan Asia, dan memiliki populasi lebih dari 15 juta penduduk, atau setara dengan 19% populasi Turki. Istanbul adalah salah satu kota terpadat di Eropa, sekaligus menjadi kota terbesar ke-15 di dunia.
Kota ini awalnya didirikan sebagai pusat ibu kota Bizantium (bahasa Yunani: Βυζάντιον, Byzantion) pada abad ke-7 oleh pemukim Yunani dari Megara. Lalu pada tahun 330, Kaisar Bizantium–Konstantinus Agung–menjadikan kota ini sebagai ibu kota kekaisarannya, awalnya kota ini dinamai sebagai Roma Baru (bahasa Yunani: Νέα Ῥώμη, Nea Rhomē; bahasa Latin: Nova Roma) dan kemudian diganti menjadi Konstantinopel untuk mengenang pendiri Bizantium. Kota ini lalu berkembang menjadi tempat keberadaan mercusuar di Jalur Sutra, sekaligus sebagai salah satu kota terpenting dalam sejarah.
Kota ini berfungsi sebagai ibu kota kekaisaran selama hampir 1600 tahun: selama periode Bizantium awal (330–1204), Latin (1204–1261), Bizantium akhir (1261–1453), dan Kesultanan Ottoman (1453–1922). Kota ini memainkan peran kunci dalam kemajuan agama Kristen selama era Bizantium, sebelum berpindah tangan ke Islam setelah Penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453–terutama setelah menjadi pusat Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517. Pada tahun 1923, setelah Perang Kemerdekaan Turki, Ankara menggantikan kota ini sebagai ibu kota Republik Turki yang baru dibentuk. Kemudian pada tahun 1930, nama kota ini secara resmi diubah menjadi Istanbul, dari yang sebelumnya bernama Konstantinopel.
Lebih dari 13,4 juta pengunjung asing datang ke Istanbul pada tahun 2018, delapan tahun setelah dinobatkan sebagai Ibu kota Kebudayaan Eropa, menjadikannya kota kedelapan yang paling banyak dikunjungi di dunia. Istanbul adalah rumah bagi beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO, dan menjadi lokasi kantor pusat banyak perusahaan Turki, menyumbang lebih dari tiga puluh persen perekonomian negara.
Etimologi
Nama kota ini yang pertama kali diketahui adalah Bizantium (bahasa Yunani: Βυζάντιον, Byzántion; bahasa Inggris: Byzantium), nama tersebut diberikan pada saat pendiriannya oleh para pemukim di Megara sekitar tahun 660 SM. Nama Bizantium diperkirakan berasal dari nama seseorang, yaitu Byzas. Tradisi Yunani Kuno merujuk pada seorang raja lengendaris dengan nama tersebut sebagai pemimpin dari orang-orang Yunani pendatang. Para ahli modern juga telah memperkirakan bahwa yang bernama Byzas ini adalah seorang Thrakia setempat atau berasal dari Iliria, dan karenanya telah ada sebelum permukiman Megara tersebut.
Setelah Konstantinus Agung menjadikannya sebagai ibu kota baru di wilayah timur Kekaisaran Romawi pada tahun 330 M, kota ini kemudian dikenal secara luas dengan nama Constantinopolis (Konstantinopel), yang sama seperti bentuk Latin dari "Κωνσταντινούπολις" (Konstantinoúpolis)—berarti "Kota Konstantinus". Ia juga berupaya mempromosikan nama Nova Roma dan versi Yunaninya, Νέα Ῥώμη" Nea Romē (Roma Baru), tetapi ini tidak digunakan secara luas.
Konstantinopel tetap merupakan nama yang paling umum digunakan di Barat untuk menyebut kota ini sampai berdirinya Republik Turki; Kostantiniyye (bahasa Turki Utsmaniyah: قسطنطينيه) dan İstanbul adalah nama-nama yang digunakan sebagai alternatif oleh Dinasti Utsmaniyah selama pemerintahan mereka. Kini orang Turki menganggap penggunaan Konstantinopel untuk merujuk ke kota ini selama pemerintahan Utsmaniyah (dari pertengahan abad ke-15) tidaklah benar secara politis, kendati bukannya tidak akurat secara historis.
Hingga abad ke-19, kota ini telah memperoleh nama-nama lain yang digunakan oleh orang asing ataupun orang Turki. Bangsa Eropa menggunakan Konstantinopel untuk merujuk pada keseluruhan kota ini, tetapi—sebagaimana juga orang Turki—menggunakan nama Stamboul untuk mendeskripsikan semenanjung berdinding antara Tanduk Emas dan Laut Marmara. Pera (dari kata Yunani "Πέρα" yang berarti "di seberang" atau "di luar") dulu digunakan untuk mendeskripsikan daerah di antara Tanduk Emas dan Selat Bosporus, tetapi orang Turki juga menggunakan nama Beyoğlu (sekarang menjadi nama resmi salah satu distrik konstituen kota ini). Dahulu Islambol (berarti "Kota Islam" atau "Penuh dengan Islam") terkadang digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk merujuk pada kota ini, dan bahkan terukir pada beberapa uang logam Utsmaniyah, tetapi keyakinan bahwa nama tersebut adalah asal mula dari nama yang sekarang, İstanbul, disangkal oleh fakta yang menyatakan bahwa nama yang sekarang telah ada jauh sebelum nama Islambol dikenal dan bahkan sebelum penaklukan Utsmaniyah atas kota ini.
Nama İstanbul (pengucapan bahasa Turki: [isˈtanbuɫ] , bahasa sehari-hari: [ɯsˈtambuɫ]) pada umumnya dianggap berasal dari frasa Yunani Abad Pertengahan "εἰς τὴν Πόλιν" (dilafalkan [is tim ˈbolin]), artinya "ke kota itu" dan merupakan cara orang Yunani setempat menyebut Konstantinopel. Hal ini mencerminkan status kota tersebut sebagai satu-satunya kota besar di sekitarnya. Arti penting Konstantinopel dalam dunia Utsmaniyah juga tercermin dari nama 'Der Saadet' yang berarti 'gerbang menuju Kemakmuran' dalam bahasa Utsmaniyah. Ada suatu pandangan alternatif yang menyatakan bahwa nama tersebut berevolusi secara langsung dari nama Konstantinopel, dengan menghilangkan suku kata yang pertama dan ketiga. Suatu etimologi rakyat Turki menelusuri nama tersebut kepada "banyak Islam" (Islam bol) karena kota tersebut disebut Islambol ("banyak Islam") atau Islambul ("menemukan Islam") sebagai ibukota Kesultanan Utsmaniyah Islam. Ini ditegaskan pertama kali tak lama setelah penaklukannya, dan beberapa penulis pada zaman tersebut menganggap nama ini ditemukan oleh Sultan Mehmed II sendiri. Beberapa sumber Utsmaniyah dari abad ke-17, seperti Evliya Çelebi, menggambarkannya sebagai nama Turki yang umum dari zaman itu; antara akhir abad ke-17 dan akhir abad ke-18, nama itu juga terdapat dalam penggunaan resmi. Penggunaan kata "Islambol" yang pertama kali pada uang logam adalah pada tahun 1703 (1115 H) selama masa pemerintahan Sultan Ahmed III. Bagaimanapun penggunaan nama Constantinople (Konstantinopel) masih umum dalam bahasa Inggris pada abad ke-20, Istanbul menjadi umum setelah Turki mengadaptasi abjad Latin pada tahun 1928 dan mendorong negara-negara lain untuk menggunakan nama Turki kota tersebut. Kaum Viking berlayar menyusuri sungai-sungai di Rusia dari Laut Utara, lalu masuk ke Laut Hitam dan tiba di Konstantinopel sekitar abad ke-10. Mereka menyebut Konstantinopel dengan nama "Miklagard", yang artinya "Kota Besar".
Dalam bahasa Turki modern, nama kota ini ditulis İstanbul dengan sebuah İ bertitik, karena alfabet Turki membuat perbedaan antara I bertitik dan tanpa titik. Dalam bahasa Inggris penekanannya adalah pada suku kata pertama (Is), tetapi dalam bahasa Turki pada suku kata kedua (tan). Orang dari kota ini disebut sebagai seorang İstanbullu (jamak: İstanbullular), kendati Istanbulite digunakan dalam bahasa Inggris.
Sejarah
Artefak-artefak Neolitikum yang ditemukan oleh para arkeolog pada awal abad ke-21 menunjukkan bahwa semenanjung bersejarah Istanbul telah dihuni setidaknya sejak milenium ke-7 SM. Permukiman awal ini, yang dipandang penting dalam penyebaran saat Revolusi Neolitik dari Timur Dekat ke Eropa, berlangsung selama hampir satu milenium sebelum dibanjiri oleh naiknya permukaan air. Permukiman manusia yang pertama di sisi Asia, yakni gundukan Fikirtepe, berasal dari periode Zaman tembaga yang artefak-artefaknya bertarikh 5500–3500 SM. Di sisi Eropa, dekat ujung semenanjung tersebut (Sarayburnu), terdapat suatu permukiman Thrakia selama awal milenium ke-1 SM. Para penulis modern menghubungkannya dengan toponim Thrakia Lygos, yang disebutkan oleh Plinius yang Tua sebagai sebuah nama awal untuk situs Bizantium.
Sejarah kota ini secara tepat dimulai sekitar tahun 660 SM, yaitu ketika para pemukim Yunani dari Megara mendirikan Bizantium di sisi Eropa dari Selat Bosporus. Para pemukim itu membangun sebuah akropolis yang berdekatan dengan Tanduk Emas di situs permukiman Thrakia awal mula, sehingga mendorong perekonomian kota yang baru lahir ini. Kota itu mengalami masa singkat pemerintahan Persia pada pergantian abad ke-5 SM, tetapi bangsa Yunani merebutnya kembali selama Perang Yunani-Persia. Bizantium kemudian berlanjut sebagai bagian dari Liga Athena dan penerusnya, Kekaisaran Athena Kedua, sebelum memperoleh kemerdekaan pada tahun 355 SM. Karena telah lama menjalin aliansi dengan bangsa Romawi, Bizantium secara resmi menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi pada tahun 73 M. Keputusan Bizantium untuk memihak Pescennius Niger, seorang perampas kuasa Romawi, untuk melawan Kaisar Septimius Severus membuatnya harus membayar mahal harganya; saat Bizantium menyerah pada tahun 195 M, pengepungan selama dua tahun telah meninggalkan kota itu dalam keadaan hancur. Lima tahun kemudian Severus mulai membangun Bizantium lagi, dan kota itu memperoleh kembali—serta, menurut beberapa catatan, melampaui—kemakmuran yang sebelumnya.
= Kebangkitan dan kejatuhan Konstantinopel
=Konstantinus Agung efektif menjadi kaisar dari keseluruhan Kekaisaran Romawi pada bulan September 324. Dua bulan kemudian ia mengemukakan rencana pendirian suatu kota Kristen yang baru untuk menggantikan Bizantium. Sebagai ibukota bagian timur kekaisaran, kota tersebut diberi nama Nea Roma; kebanyakan menyebutnya Konstantinopel, suatu nama yang tetap digunakan sampai dengan abad ke-20. Pada tanggal 11 Mei 330, Konstantinopel dinyatakan sebagai ibukota dari suatu kekaisaran yang kemudian dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur.
Pendirian Konstantinopel merupakan salah satu prestasi Konstantinus yang paling bertahan lama, yang mengalihkan kekuasaan Romawi ke sebelah timur karena kota tersebut menjadi suatu pusat Kekristenan dan kebudayaan Yunani. Sejumlah besar bangunan gereja dibangun di seluruh kota, termasuk Hagia Sophia yang dibangun pada masa pemerintahan Yustinianus Agung dan menjadi katedral terbesar di dunia sampai dengan seribu tahun berikutnya. Konstantinus juga melakukan perluasan dan renovasi besar atas Hipodrom Konstantinopel; dengan daya tampung puluhan ribu penonton, hipodrom tersebut menjadi pusat kehidupan masyarakat dan pada abad ke-5 juga abad ke-6 menjadi pusat berbagai peristiwa kerusuhan, misalnya Kerusuhan Nika. Lokasi Konstantinopel juga memastikan keberadaannya yang mampu bertahan terhadap ujian waktu; dalam kurun waktu berabad-abad, daerah tepi laut dan temboknya melindungi Eropa terhadap para pasukan penyerang dari timur dan perkembangan Islam. Selama hampir sepanjang Abad Pertengahan, yakni bagian terakhir era Bizantium, Konstantinopel merupakan kota terbesar dan terkaya di benua Eropa dan adakalanya yang terbesar di dunia.
Konstantinopel mulai mengalami penurunan terus-menerus setelah akhir masa pemerintahan Basileios II pada tahun 1025. Pukulan terakhir dialami melalui penaklukan oleh Guillaume dari Villehardouin dan Enrico Dandolo pada tahun 1204 selama Perang Salib Keempat, di mana kota tersebut dirampok dan dijarah. Kota tersebut selanjutnya menjadi pusat Kekaisaran Latin, ciptaan para tentara salib Katolik untuk menggantikan Kekaisaran Bizantium Ortodoks. Agia Sophia diubah menjadi sebuah gereja Katolik pada tahun 1204. Konstantinopel direbut kembali pada tahun 1261 dan Kekaisaran Bizantium pulih sekalipun melemah. Berbagai infrastruktur layanan dasar, pertahanan, dan bangunan gereja berada dalam keadaan rusak, dan populasinya telah berkurang menjadi seratus ribu dari lima ratus ribu penduduk selama abad ke-8. Setelah penaklukan kembali pada tahun 1261 itu, beberapa monumen kota dipulihkan, termasuk pembuatan 2 mosaik Deisis di Aghia Sofia dan Kariye.
Berbagai kebijakan militer dan ekonomi yang diterapkan oleh Andronikos II, misalnya pengurangan kekuatan militer, melemahkan kekaisaran tersebut dan membuatnya rentan terhadap serangan. Pada pertengahan abad ke-14, bangsa Turki Utsmaniyah memulai suatu strategi dengan secara bertahap menguasai kota-kota yang lebih kecil, memutus jalur-jalur perbekalan dan secara perlahan membuatnya terdesak. Pada tanggal 29 Mei 1453, setelah pengepungan selama 8 minggu (di mana saat itu kaisar Romawi yang terakhir, Konstantinus XI, terbunuh), Sultan Mehmed II "sang Penakluk" merebut Konstantinopel dan menyatakannya sebagai ibukota baru Kesultanan Utsmaniyah atau Kekaisaran Ottoman. Beberapa jam kemudian sang sultan pergi ke Hagia Sophia dan memanggil seorang imam untuk menyatakan Syahadat Islam, serta mengubah katedral megah tersebut menjadi sebuah masjid kekaisaran karena penolakan kota itu untuk menyerah secara damai. Mehmed menyatakan dirinya sebagai "Kaysar-i Rûm" yang baru (bahasa Turki Utsmaniyah yang berarti Kaisar Roma) dan negara Ottoman direorganisasi menjadi suatu kekaisaran.
= Era Utsmaniyah dan Turki
=Setelah penaklukan Konstantinopel, Mehmed II segera melakukan pengaturan untuk merevitalisasi kota tersebut, yang sejak saat itu juga dikenal sebagai Istanbul. Ia mendorong kembalinya mereka yang telah melarikan diri dari kota selama pengepungan, memukimkan kembali kaum Muslim, Yahudi, dan Kristen dari bagian lain Anatolia. Sang sultan mengundang orang dari seluruh Eropa ke ibukotanya, membentuk suatu masyarakat kosmopolitan yang bertahan hingga sebagian besar periode Utsmaniyah. Mehmed II memperbaiki infrastruktur kota yang rusak, mulai membangun Grand Bazaar dan Istana Topkapı yang menjadi kediaman resmi sang sultan. Dengan pemindahan ibukota dari Edirne (dulunya Adrianopel) ke Konstantinopel, negara barunya dinyatakan sebagai penerus dan kelanjutan dari Kekaisaran Romawi.
Dinasti Utsmaniyah dengan cepat mentransformasi kota tersebut dari sebuah kubu pertahanan Kekristenan menjadi suatu simbol budaya Islam. Berbagai yayasan keagamaan didirikan untuk mendanai konstruksi masjid-masjid kekaisaran yang penuh ornamen, yang sering kali disatukan dengan sekolah, rumah sakit, dan pemandian umum. Dinasti Utsmaniyah mengklaim status kekhalifahan pada tahun 1517 dan Istanbul tetap menjadi ibukota kekhalifahan terakhir ini selama empat abad berikutnya. Masa pemerintahan Suleiman yang Luar Biasa dari tahun 1520 sampai 1566 merupakan suatu periode yang secara khusus memiliki prestasi arsitektural dan seni yang sangat besar; Mimar Sinan sebagai kepala arsitek merancang beberapa bangunan ikonik di kota tersebut seiring dengan perkembangan seni miniatur, kaligrafi, kaca patri, dan keramik Utsmaniyah. Populasi Istanbul mencapai 570.000 penduduk pada akhir abad ke-18.
Suatu periode pemberontakan pada awal abad ke-19 menyebabkan bangkitnya Sultan Mahmud II yang progresif dan akhirnya sampai pada periode Tanzimat, yang menghasilkan berbagai reformasi politik dan memungkinkan masuknya teknologi baru ke kota tersebut. Jembatan-jembatan yang melintasi Tanduk Emas dibangun selama periode ini, dan Istanbul terhubung dengan seluruh jaringan kereta api Eropa pada tahun 1880-an. Fasilitas-fasilitas modern seperti jaringan persediaan air, listrik, telepon, dan trem, secara bertahap diperkenalkan ke Istanbul selama beberapa dekade berikutnya, kendati baru belakangan dibandingkan dengan kota-kota Eropa lainnya. Upaya-upaya modernisasi ini tidak mampu mencegah terjadinya kemunduran Kesultanan Utsmaniyah.
Pada awal abad ke-20, Revolusi Turki Muda menyebabkan Sultan Abdul Hamid II turun takhta dan serangkaian peperangan melanda ibukota kesultanan yang sedang bermasalah itu. Akhir dari semuanya ini, yakni Perang Dunia I, mengakibatkan terjadinya pendudukan Konstantinopel oleh bangsa Italia, Prancis, dan Britania. Populasi bangsa Armenia di kota tersebut juga terkena dampak oleh adanya deportasi kaum intelektual Armenia pada 24 April 1915, di mana para pemimpin masyarakat Armenia ditangkap dan sebagian besar dibunuh sebagai bagian dari peristiwa Genosida Armenia. Untuk memperingati para korban Genosida Armenia, tanggal 24 April kini menjadi hari peringatannya. Sultan Utsmaniyah yang terakhir, yaitu Mehmed VI, diasingkan pada bulan November 1922; pada tahun berikutnya, pendudukan atas Konstantinopel berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Lausanne dan pengakuan terhadap Republik Turki yang dideklarasikan oleh Mustafa Kemal Atatürk.
Pada tahun-tahun awal Republik Turki, Istanbul dikesampingkan demi keberpihakan terhadap Ankara yang terpilih sebagai ibukota republik untuk menjauhkan negara sekuler yang baru ini dari sejarah Utsmaniyah. Sejak akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an, Istanbul mengalami perubahan struktural yang sangat besar; berbagai jalan pepohonan, bulevar, dan ruang terbuka publik yang baru dibangun di seluruh kota, terkadang dengan mengorbankan bangunan-bangunan bersejarah. Populasi Istanbul mulai meningkat pesat pada tahun 1970-an karena kedatangan imigran dari Anatolia untuk mencari pekerjaan di banyak pabrik baru yang dibangun di pinggiran kota metropolitan yang luas ini. Kenaikan populasi kota secara tajam dan tiba-tiba menyebabkan banyaknya kebutuhan akan perumahan; banyak hutan dan desa terpencil yang kemudian berubah dan menyatu ke dalam wilayah metropolitan Istanbul.
Geografi
Istanbul terletak di Turki barat laut di dalam Kawasan Marmara dengan luas wilayah keseluruhan 5.343 kilometer persegi. Selat Bosporus, yang menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam, membagi kota ini menjadi sisi Eropa, Thrakia—meliputi pusat-pusat ekonomi dan bersejarah—dan sisi Asia, Anatolia. Kota ini dibagi-bagi lagi oleh Tanduk Emas, suatu pelabuhan alami yang membatasi semenanjung di mana dahulu Bizantium dan Konstantinopel didirikan. Pertemuan Laut Marmara, Selat Bosporus, dan Tanduk Emas di jantung Istanbul masa kini telah menangkal berbagai pasukan penyerang selama ribuan tahun dan tetap menjadi suatu ciri khas lanskap kota ini.
Mengikuti model Roma, semenanjung bersejarah Istanbul konon dicirikan dengan tujuh bukit, di mana di atasnya masing-masing terdapat masjid kekaisaran. Sisi paling timur dari bukit-bukit ini adalah situs Istana Topkapı di Sarayburnu. Di atas sisi berlawanan dari Tanduk Emas terdapat bukit lainnya yang berbentuk kerucut di mana distrik Beyoğlu modern terletak. Karena topografinya, bangunan-bangunan di Beyoğlu pernah dibangun dengan bantuan dinding-dinding penahan yang bertingkat, dan jalanan ditata dalam bentuk anak-anak tangga. Üsküdar di sisi Asia memperlihatkan karakteristik perbukitan yang sama, datarannya berangsur-angsur menurun ke pantai Bosporus, tetapi lanskap di Şemsipaşa dan Ayazma lebih curam, mirip seperti suatu tanjung kecil. Titik tertinggi di Istanbul adalah Bukit Çamlıca, dengan ketinggian 288 meter. Bagian utara Istanbul rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan pantai selatan; beberapa lokasi melebihi 200 meter, dan beberapa pantai memiliki tebing-tebing curam yang menyerupai fyord, terutama di sekitar ujung utara Selat Bosporus yang terbuka terhadap Laut Hitam.
Istanbul terletak di dekat Patahan Anatolia Utara, berdekatan dengan perbatasan Lempeng Eurasia dan Afrika. Zona patahan ini, dari Anatolia sampai Laut Marmara, bertanggung jawab atas beberapa gempa bumi yang mematikan sepanjang sejarah kota tersebut. Di antara peristiwa seismik yang paling merusak ini adalah gempa tahun 1509, yang menyebabkan tsunami yang menghancurkan dinding-dinding kota tersebut dan membunuh lebih dari 10.000 orang. Belakangan ini suatu gempa pada tahun 1999 yang berpusat di dekat İzmit menyebabkan 18.000 orang meninggal dunia, termasuk 1.000 orang di pinggiran kota Istanbul. Penduduk Istanbul tetap khawatir bahwa suatu peristiwa seismik yang lebih dahsyat mungkin saja terjadi di kota ini dalam waktu dekat, sebab ribuan struktur yang baru dibangun untuk menampung pesatnya peningkatan populasi Istanbul mungkin tidak dibangun dengan konstruksi yang baik. Para seismolog menyampaikan adanya risiko sebesar lebih dari 60 persen bahwa suatu gempa bumi berkekuatan 7,6-M atau lebih akan menghantam Istanbul pada tahun 2030.
= Iklim
=Dalam sistem klasifikasi Köppen–Geiger, Istanbul memiliki daerah-daerah beriklim Mediterania (Csa), subtropis basah (Cfa) dan lautan (Cfb) yang saling berbatasan akibat lokasinya di suatu zona iklim transisi. Karena presipitasi pada musim panas (berkisar antara 20–65 mm) tergantung dari lokasi, kota ini tidak dapat semata-mata diklasifikasikan beriklim Mediterania ataupun subtropis basah. Oleh karena lokasi maritim, ragam topografi, ukurannya, dan utamanya memiliki suatu garis pantai ke dua kumpulan air menuju utara dan selatan, Istanbul memperlihatkan adanya iklim-iklim mikro. Bagian utara kota, serta garis pantai Selat Bosporus, mengungkapkan karakteristik iklim subtropis basah dan lautan karena kelembapan dari Laut Hitam dan vegetasi dengan konsentrasi relatif tinggi. Iklim daerah-daerah padat penduduk di selatan kota, yang terletak di sisi Laut Marmara, lebih hangat dan kering, serta kurang terpengaruh oleh kelembapan. Presipitasi tahunan di bagian utara dapat mencapai dua kali lebih banyak (Bahçeköy 1166,6 mm) daripada di bagian selatan, yaitu pantai Marmara (Florya 635,0 mm). Juga ada suatu perbedaan signifikan antara suhu rata-rata tahunan di sebelah utara dan selatan pantai: Bahçeköy 128 °C (262 °F), Kartal 1.503 °C (2.737 °F). Bagian-bagian provinsinya yang jauh dari kedua lautan menunjukkan pengaruh-pengaruh kontinental yang cukup besar dengan perbedaan suhu yang jauh lebih besar antara siang dan malam hari, serta antara musim panas dan musim dingin. Saat musim dingin, beberapa bagian provinsi rata-rata mencapai titik beku atau di bawahnya pada malam hari.
Kelembapan tinggi yang terus menerus di Istanbul mencapai 80 persen pada hampir setiap pagi. Karenanya kabut sangat umum dijumpai kendati lebih banyak di bagian utara kota ini dan jauh dari pusat kota. Kabut yang tebal menganggu transportasi di wilayah tersebut, misalnya di Selat Bosporus, dan umum terjadi selama musim gugur dan dingin ketika kelembapan tetap tinggi hingga sore hari.
Kondisi yang lembap dan kabut cenderung menghilang saat tengah hari selama musim panas, tetapi kelembapan yang berkepanjangan memperburuk keadaan dalam suhu musim panas yang cukup tinggi. Sepanjang musim panas ini, suhu yang tinggi rata-rata sekitar 29 °C (84 °F) dan jarang terjadi hujan; hanya ada sekitar lima belas hari dengan presipitasi yang dapat diukur antara bulan Juni dan Agustus. Saat musim panas juga terjadi badai petir dengan konsentrasi tertinggi.
Musim dingin di Istanbul lebih dingin daripada di kebanyakan kota lainnya di sekitar Basin Mediterania, dengan rata-rata suhu rendah sekitar 1–4 °C (34–39 °F). Salju efek-danau dari Laut Hitam umum terjadi, meskipun sulit diramalkan, dengan potensi menjadi deras dan—sama seperti kabut—mengganggu infrastruktur kota. Musim semi dan gugur bersuhu hangat, tetapi sering kali hujan dan tidak dapat diprediksi; angin yang dingin dari arah barat laut dan hembusan angin yang hangat dari utara—terkadang pada hari yang sama—cenderung menyebabkan fluktuasi suhu. Secara keseluruhan, Istanbul memiliki rata-rata tahunan 130 hari dengan presipitasi yang signifikan, dengan intensitas mencapai 810 milimeter (31,9 in) per tahun. Suhu tertinggi dan terendah yang pernah tercatat di pusat kota ini di pantai Marmara adalah 405 °C (761 °F) dan −161 °C (−258 °F). Catatan curah hujan terbanyak dalam sehari adalah 227 milimeter (8,9 in), dan catatan lapisan salju terbanyak adalah 80 sentimeter (31 in).
Lanskap kota
Sebelum ditaklukkan oleh Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman), Distrik Fatih merupakan keseluruhan kota Istanbul, terletak di seberang kubu kota Genoa di Galata. Benteng-benteng pertahanan Genoa itu sebagian besar dihancurkan pada abad ke-19, dengan hanya menyisakan Menara Galata, untuk memberikan ruang bagi perluasan ke utara kota. Galata sekarang menjadi bagian dari Distrik Beyoğlu, yang membentuk pusat hiburan dan komersial di Lapangan Taksim.
Istana Dolmabahçe, kursi pemerintahan selama akhir periode Utsmaniyah, terletak di Beşiktaş, persis di utara Beyoğlu, di seberang Stadion BJK İnönü yang menjadi rumah bagi klub olahraga tertua di Turki. Gedung utama pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah adalah "Gerbang Agung" atau Bâb-ı Âli dalam bahasa Turki Utsmaniyah, berupa sebuah bangunan besar di Kota tua dekat Top Kapi. Bekas Desa Ortaköy berada di Distrik Beşiktaş dan namanya digunakan untuk Masjid Ortaköy, terletak di sepanjang Selat Bosporus dekat Jembatan Bosporus Pertama. Di tepi Selat Bosporus sebelah utara terdapat berbagai yalı, yaitu rumah-rumah hunian besar yang mewah, yang awalnya dibangun oleh kaum elit dan aristokrat pada abad ke-19 sebagai rumah musim panas. Lebih jauh ke dalam, di luar jalan lingkar dalam kota, terdapat pusat-pusat ekonomi utama Istanbul, yaitu Levent dan Maslak.
Selama masa Utsmaniyah, Üsküdar dan Kadıköy berada di luar lingkup perkotaan Istanbul, berfungsi sebagai tempat perhentian yang tenang dengan berbagai taman dan yalı di tepi laut. Sepanjang paruh kedua abad ke-20, sisi Asia mengalami pertumbuhan perkotaan yang besar; pengembangan yang terakhir atas bagian kota ini menyebabkan infrastruktur yang lebih baik dan perencanaan kota yang lebih rapi jika dibandingkan dengan kebanyakan daerah perumahan lainnya di kota ini. Banyak daerah di sisi Asia Selat Bosporus yang berfungsi sebagai satelit pusat komersial dan ekonomi yang terdapat di sisi Eropa Istanbul, menyumbang sepertiga populasi kota ini tetapi hanya menyerap seperempat ketenagakerjaannya. Sebagai hasil dari pertumbuhan eksponensial Istanbul sepanjang abad ke-20, sebagian besar kota ini tersusun dari berbagai gecekondu (secara harfiah berarti "dibangun dalam semalam"), yang merujuk pada bangunan-bangunan liar yang dibangun secara ilegal. Saat ini, beberapa daerah gecekondu dibongkar secara bertahap dan digantikan dengan kompleks-kompleks perumahan rakyat yang modern. Selain itu proyek-proyek pembaruan perkotaan dan gentrifikasi skala besar telah mulai berlangsung, misalnya di Tarlabaşı; beberapa proyek ini, seperti yang ada di Sulukule, menghadapi kecaman. Pemerintah Turki juga memiliki rencana ambisius untuk memperluas sisi Eropa kota ini ke sebelah barat dan utara dalam kaitannya dengan rencana pembangunan bandar udara yang ketiga dan penawaran olimpiade kota ini; bagian-bagian baru kota ini akan meliputi empat permukiman yang berbeda dengan fungsi-fungsi perkotaan tertentu untuk menampung 1,5 juta penduduk.
Istanbul tidak memiliki sebuah taman kota yang utama, namun memiliki beberapa daerah hijau. Taman Gülhane dan Taman Yıldız awalnya termasuk pelataran kedua istana Istanbul—Istana Topkapı dan Istana Yıldız—tetapi kemudian diubah peruntukannya menjadi taman-taman publik pada dekade-dekade awal Republik Turki. Taman lainnya, Fethi Paşa Korusu, terletak di suatu lereng bukit yang berdekatan dengan Jembatan Bosporus di Anatolia, di seberang Istana Yıldız. Di sepanjang sisi Eropa, dan lebih dekat ke Jembatan Fatih Sultan Mehmet, terdapat Taman Emirgan; awalnya merupakan suatu estat pribadi para pemimpin Utsmaniyah, taman seluas 47-hektare (120-ekar) ini dikenal karena keanekaragaman tanaman dan festival tulip tahunan yang diselenggarakan sejak tahun 2005.
Di kalangan orang Turki, Hutan Belgrad termasuk populer selama musim panas. Hutan ini terbentang dengan luas 5.500 hektare (14.000 ekar) di tepi utara kota, awalnya berfungsi sebagai penyuplai air ke kota dan sisa-sisa waduk yang digunakan selama masa Bizantium dan yang masih ada pada masa Utsmaniyah.
= Arsitektur
=Istanbul terutama dikenal karena arsitekturnya yang berasal dari era Bizantium dan Utsmaniyah, namun bangunan-bangunannya mencerminkan berbagai bangsa dan kerajaan yang pernah memerintah kota ini. Contoh-contoh arsitektur Romawi dan Genoa tetap terlihat di Istanbul, berdampingan dengan arsitektur Utsmaniyah. Tidak ada satu pun arsitektur periode Yunani klasik yang masih terlestarikan hingga sekarang, namun arsitektur Romawi telah terbukti lebih tahan lama. Obelisk yang didirikan oleh Theodosius I di Hipodrom Konstantinopel masih terlihat di Lapangan Sultanahmet, dan suatu bagian dari Akuaduk Valens—dibangun pada akhir abad ke-4—masih bertahan dengan kondisi relatif utuh di tepi barat Distrik Fatih. Kolom Konstantinus, yang didirikan pada tahun 330 M untuk menandai ibukota Romawi yang baru ini, berada tidak jauh dari Hipodrom tersebut.
Arsitektur Bizantium awal mengikuti model kubah dan lengkungan dari Romawi klasik, kendati ada perbaikan pada elemen-elemen ini, sebagaimana terlihat pada Gereja Santo Sergius dan Bacchus. Gereja Bizantium tertua yang masih terlestarikan di Istanbul—meski dalam rupa reruntuhan—adalah Biara Stoudios (kemudian diubah menjadi Masjid İmrahor), dibangun pada tahun 454. Setelah merebut Konstantinopel kembali pada tahun 1261, kaum Bizantium memperbesar dua bagunan gereja terpenting yang masih ada hingga sekarang, yakni Gereja Chora dan Gereja Pammakaristos. Puncak arsitektur Bizantium, dan salah satu struktur paling ikonik di Istanbul, adalah Hagia Sophia. Dengan kubah berdiameter 31 meter (102 ft), Hagia Sophia berdiri sebagai katedral terbesar di dunia selama berabad-abad, kemudian diubah menjadi masjid, dan sekarang menjadi museum.
Di antara berbagai contoh arsitektur Utsmaniyah tertua yang masih terlestarikan di Istanbul terdapat benteng Anadoluhisarı dan Rumelihisarı, yang telah membantu kaum Utsmaniyah selama pengepungan mereka atas kota ini. Selama empat abad berikutnya, Utsmaniyah membuat suatu kesan yang tak terlupakan pada cakrawala Istanbul dengan membangun berbagai istana berornamen dan masjid yang menjulang tinggi. Istana terbesarnya, Topkapı, mencakup beragam gaya arsitektur mulai dari arsitektur Barok di dalam Harem Kekaisaran hingga arsitektur Neoklasik yang memberi gaya pada Perpustakaan Enderûn. Masjid-masjid kekaisaran seperti Masjid Fatih, Masjid Bayazid II, Masjid Yavuz Selim, Masjid Raya Sulaimaniah, Masjid Sultan Ahmed (Masjid Biru), dan Masjid Yeni Valide, semuanya dibangun saat puncak Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke-16 dan ke-17. Dalam abad-abad selanjutnya, dan khususnya setelah reformasi Tanzimat, arsitektur Utsmaniyah digantikan oleh gaya-gaya Eropa. Salah satu contohnya adalah Masjid Nuruosmaniye milik kekaisaran. Area di sekitar Jalan İstiklal diisi kedutaan-kedutaan Eropa nan megah dan deretan bangunan bergaya Neoklasik, Kebangkitan Renaisans, dan Art Nouveau, yang kemudian mempengaruhi arsitektur dari beragam struktur di Beyoğlu—misalnya gereja, toko, dan teater—juga bangunan-bangunan resmi seperti Istana Dolmabahçe.
Pemerintahan
Sejak tahun 2004, Istanbul telah menjadi suatu kota dengan batas-batas munisipal yang merangkap batas-batas provinsinya. Kota ini, yang dianggap sebagai ibukota Provinsi Istanbul, dikelola oleh Munisipalitas Metropolitan Istanbul (MMI) yang membawahi 39 distrik dari provinsi-kota ini.
Struktur kota yang sekarang dapat ditelusuri kembali ke masa reformasi Tanzimat pada abad ke-19, dengan para imam dan hakim Islam yang sebelumnya memimpin kota ini di bawah pengawasan Wazir Agung. Mengikuti model kota-kota di Prancis, sistem keagamaan ini lalu digantikan dengan seorang wali kota dan suatu dewan kota yang terdiri dari perwakilan kelompok-kelompok konfesional (millet) di Istanbul. Beyoğlu adalah area pertama di kota ini yang memiliki pemimpin dan dewan sendiri yang para anggotanya bukan penghuni lama di lingkungan tersebut. Hukum yang diberlakukan setelah konstitusi Utsmaniyah tahun 1876 bertujuan untuk memperluas struktur ini di seluruh kota, dengan meniru dua puluh arondisemen di Paris, tetapi penerapan sepenuhnya baru dilakukan pada tahun 1908 ketika Istanbul dinyatakan sebagai sebuah provinsi dengan sembilan distrik konstituen. Sistem ini terus dilanjutkan setelah pendirian Republik Turki, bersama dengan penggantian nama provinsi menjadi belediye (munisipalitas), tetapi munisipalitas tersebut dibubarkan pada tahun 1957.
Berbagai permukiman kecil yang berdekatan dengan pusat-pusat penduduk yang utama di Turki, termasuk Istanbul, digabungkan ke dalam kota utamanya masing-masing selama awal tahun 1980-an, sehingga menghasilkan munisipalitas-munisipalitas metropolitan. Badan pengambil keputusan di Munisipalitas Metropolitan Istanbul adalah Dewan Munisipal yang para anggotanya berasal dari dewan-dewan distrik.
Dewan Munisipal bertanggung jawab untuk isu-isu di seluruh kota, misalnya mengelola anggaran, memelihara infrastruktur sipil, juga mengawasi berbagai pusat kebudayaan utama dan museum. Karena pemerintahan ini beroperasi berdasarkan suatu pendekatan "wali kota yang kuat, dewan yang lemah", sang pemimpin dewan—yakni wali kota metropolitan—memiliki kewenangan untuk membuat keputusan secara cepat, yang sering kali mengorbankan transparansi. Dewan Munisipal menerima saran atau pertimbangan dari Komite Eksekutif Metropolitan, kendati Komite juga memiliki keterbatasan wewenang untuk membuat keputusan sendiri. Semua perwakilan di Komite ditunjuk oleh wali kota metropolitan dan Dewan, dengan sang wali kota—atau orang yang dipilihnya—berperan sebagai kepala.
Dewan-dewan distrik utamanya bertanggung jawab atas pengelolaan limbah dan proyek-proyek konstruksi di masing-masing distrik. Mereka masing-masing mengurus anggaran mereka sendiri, kendati wali kota metropolitan berhak untuk meninjau pengambilan keputusan dalam distrik. Seperlima dari seluruh anggota dewan distrik, termasuk para wali kota distrik, juga mewakili distrik mereka di Dewan Munisipal. Semua anggota dewan distrik dan Dewan Munisipal, termasuk wali kota metropolitan, dipilih untuk masa jabatan lima tahun. Kadir Topbaş, mewakili Partai Keadilan dan Pembangunan, telah menjadi Wali kota Istanbul sejak bulan Maret 2004.
Karena Munisipalitas Metropolitan Istanbul dan Provinsi Istanbul memiliki kesetaraan yurisdiksi, hanya sedikit tanggung jawab yang tersisa untuk pemerintah provinsi. Serupa dengan MMI, Pemerintah Provinsi Khusus Istanbul memiliki seorang gubernur, suatu badan pengambil keputusan—yaitu Parlemen Provinsi—yang dipilih secara demokratis, dan suatu Komite Eksekutif hasil penunjukan. Sebagai cerminan komite eksekutif di tingkat munisipal, Komite Eksekutif Provinsi terdiri dari seorang sekretaris jenderal dan para pemimpin departemen yang memberikan nasihat atau pertimbangan kepada Parlemen Provinsi. Tugas Pemerintah Provinsi umumnya terbatas pada bangunan dan pemeliharaan bangunan pemerintah, hunian, sekolah, dan jalan, juga mempromosikan seni, budaya, dan konservasi alam. Hüseyin Avni Mutlu telah menjadi Gubernur Provinsi Istanbul sejak bulan Mei 2010.
Demografi
Dalam hampir sepanjang sejarahnya, Istanbul telah tercatat sebagai salah satu kota terbesar di dunia. Per tahun 500 M, Konstantinopel pernah memiliki antara 400.000–500.000 penduduk, melewati pendahulunya, Roma, sebagai kota terbesar di dunia. Konstantinopel bergantian dengan kota-kota bersejarah yang utama lainnya, seperti Baghdad, Chang'an, Kaifeng, dan Marw, menempati posisi kota terpadat di dunia sampai abad ke-12. Walau tidak pernah kembali menjadi yang terbesar di dunia, tetapi masih tetap menjadi kota terbesar di Eropa dari tahun 1500 sampai 1750, ketika dikalahkan oleh London.
Badan Statistik Turki memperkirakan bahwa populasi Munisipalitas Metropolitan Istanbul mencapai 14.377.019 pada akhir tahun 2014, menyumbangkan 19 persen populasi negara tersebut. Yang lainnya memperkirakan bahwa, pada saat yang sama, populasi dalam batas kota mencapai 14.025.646. Lalu sekitar 97-98% penduduk munisipalitas metropolitan berada dalam batas kota, naik dari 89% pada tahun 2007 dan 61% pada tahun 1980. 64,7% penduduk hidup di sisi Eropa dan 35,3% di sisi Asia. Meskipun kota ini menempati peringkat 6 terbesar di dunia menurut populasi dalam batas kota (city proper), namun kota ini turun ke peringkat 24 sebagai suatu daerah perkotaan dan peringkat 18 sebagai suatu daerah metro karena batas-batas kota ini kira-kira sama dengan aglomerasinya. Saat ini, bersama dengan Moskow, Istanbul merupakan salah satu aglomerasi perkotaan terbesar di Eropa. Laju pertumbuhan penduduk tahunan kota ini adalah 3,45 persen, menempati peringkat tertinggi di antara 78 metropolis terbesar dalam Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Pertumbuhan penduduk yang tinggi mencerminkan tren urbanisasi di seluruh negeri, karena metropolis OECD dengan pertumbuhan tercepat kedua dan ketiga juga kota-kota di Turki, yaitu İzmir dan Ankara.
Pertumbuhan penduduk yang cepat di Istanbul, khususnya dialami sepanjang paruh kedua abad ke-20, dengan peningkatan populasi sepuluh kali lipat antara tahun 1950 dan 2000. Pertumbuhan populasi ini sebagian berasal dari perluasan batas kota—terutama antara tahun 1980 dan 1985, saat jumlah penduduk Istanbul meningkat hampir dua kali lipat. Pertumbuhan yang luar biasa ini, dan masih sampai sekarang, sebagian besar disebabkan oleh para migran dari Turki timur yang mencari pekerjaan dan peningkatan taraf hidup. Jumlah penduduk Istanbul yang berasal dari ketujuh provinsi di utara dan timur jauh lebih besar daripada populasi semua provinsi tersebut; Provinsi Sivas dan Kastamonu masing-masingnya menyumbangkan lebih dari setengah juta penduduk Istanbul. Sebagai perbandingan, populasi penduduk asing di Istanbul sangatlah kecil, yakni 42.229 penduduk pada tahun 2007. Hanya 28 persen penduduk kota ini yang aslinya dari Istanbul. Daerah yang paling padat penduduknya cenderung berada di bagian barat laut, barat, dan barat daya pusat kota, di sisi Eropa; distrik yang paling padat penduduknya di sisi Asia adalah Üsküdar.
= Kelompok etnis dan keagamaan
=Istanbul merupakan suatu kota kosmopolitan sepanjang hampir seluruh sejarahnya, tetapi menjadi lebih homogen sejak berakhirnya Kesultanan Utsmaniyah. Kebanyakan kaum minoritas etnis dan keagamaan di Turki masih terkonsentrasi di Istanbul. Sebagian besar masyarakat di seluruh Turki, dan di Istanbul, memandang diri mereka sebagai penganut Muslim, dan secara lebih khusus adalah umat dari denominasi Islam Sunni. Kebanyakan kaum Sunni menganut Mazhab Hanafi, kendati sekitar 10 persen kaum Sunni menganut Mazhab Syafi'i. Aliran Muslim non-Sunni yang terbesar, dengan jumlah penganut mencapai 4,5 juta orang Turki, adalah Alevi; sepertiga dari semua penganut Alevi di negara ini tinggal di Istanbul. Gerakan-gerakan mistik, seperti Sufisme, secara resmi dilarang setelah berdirinya Republik Turki, namun mereka masih memiliki banyak sekali penganut.
Patriark Konstantinopel ditetapkan sebagai Patriark Ekumenis sejak abad ke-6, dan selanjutnya secara luas dipandang sebagai pemimpin dari 300 juta umat Kristen Ortodoks di seluruh dunia. Sejak tahun 1601, patriarkat ini berbasis di Gereja St. George, Istanbul. Sampai abad ke-19, kaum Kristen di Istanbul cenderung merupakan umat dari Gereja Ortodoks Yunani ataupun Gereja Apostolik Armenia. Pusat Gereja Ortodoks Turki terletak di kota ini. Karena serangkaian peristiwa yang terjadi selama abad ke-20—misalnya pertukaran penduduk pada tahun 1923 antara Yunani dan Turki, aturan pajak kekayaan pada tahun 1942, dan kerusuhan di Istanbul pada tahun 1955—populasi orang Yunani, yang awalnya berpusat di Fener dan Samatya, berkurang cukup banyak. Pada awal abad ke-21, populasi orang Yunani di Istanbul tercatat sejumlah 3.000 (turun dari 130.000 pada tahun 1923 dan 260.000 menurut Sensus Utsmaniyah tahun 1910 dari total 850.000 orang). Saat ini terdapat antara 50.000–70.000 orang Armenia di Istanbul, turun dari 164.000 pada tahun 1913, antara lain disebabkan oleh Genosida Armenia. Kaum Kristen membentuk setengah populasi kota ini pada tahun 1910.
Etnis minoritas yang terbesar di Istanbul adalah orang Kurdi, berasal dari Turki bagian timur dan tenggara. Meskipun kehadiran orang Kurdi di kota ini berawal dari periode Utsmaniyah awal, arus masuk mereka ke dalam kota meningkat sejak awal konflik Kurdi–Turki dengan Partai Pekerja Kurdistan (yaitu sejak akhir tahun 1970-an). Sekitar dua sampai tiga juta penduduk Istanbul adalah orang Kurdi, yang berarti terdapat lebih banyak orang Kurdi di Istanbul daripada di kota lainnya di dunia. Ada juga etnis minoritas yang lain dengan jumlah signifikan, orang Bosnia merupakan populasi utama dari suatu distrik secara keseluruhan –Bayrampaşa. Lingkungan Balat digunakan sebagai rumah bagi masyarakat Yahudi Sefardim, pertama kali terbentuk selama periode Inkuisisi Spanyol. Orang Yahudi Ashkenazi dan Romaniot tinggal di Istanbul bahkan sebelum orang Sefardim, tetapi proporsi mereka sejak saat itu menyusut; saat ini 1% dari orang Yahudi di Istanbul adalah orang Ashkenazi. Teristimewa karena emigrasi ke Israel, populasi Yahudi secara nasional turun dari 100.000 pada tahun 1950 menjadi 18.000 pada tahun 2005, dengan sebagian besarnya tinggal di Istanbul ataupun İzmir. Levantin, yakni umat Kristen Latin yang menetap di Galata selama periode Utsmaniyah, memainkan suatu peranan yang berpengaruh dalam membentuk budaya dan arsitektur Istanbul selama abad ke-19 dan awal abad ke-20; populasi mereka telah menyusut, namun tetap tinggal di kota ini dalam jumlah kecil.
Politik
Istanbul telah menyumbangkan suara bagi partai pemenang dalam berbagai pemilihan umum (pemilu) dimulai dari tahun 1995. Sejak tahun 2002, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berhaluan kanan telah memenangkan kemajemukan dalam setiap pemilihan umum dan pemilu lokal. Para pemilih dari kota ini juga memberikan suara untuk reformasi konstitusional pemerintah yang diajukan oleh AKP saat referendum konstitusional tahun 2007 dan 2010. Presiden Turki dan mantan Perdana Menteri dari AKP, yakni Recep Tayyip Erdoğan, terpilih sebagai Wali kota Istanbul pada pemilu lokal tahun 1994 sebagai kandidat Partai Kesejahteraan Islam dengan perolehan suara 25,1%; kemenangannya disebabkan oleh terpecahnya suara di antara partai-partai moderat utama. Partai-partai konservatif umumnya mencari dukungan di distrik-distrik lama dengan kepadatan penduduk yang tinggi seperti Bağcılar, Fatih, Sultanbeyli, dan Esenler. Sebagai pihak oposisi, Partai Rakyat Republik (CHP) berhaluan kiri-tengah dengan ideologi Kemalisme sekarang menjadi kekuatan politik terbesar kedua di İstanbul dan juga negara ini. Mayoritas dukungan bagi CHP didapat dari distrik yang lebih bersifat pedesaan seperti Silivri, Çatalca, dan Sarıyer. Distrik perkotaan seperti Beşiktaş, Bakırköy, Şişli, dan Kadıköy telah kembali memberikan dukungan yang kuat bagi CHP dalam pemilihan-pemilihan terakhir. CHP umumnya paling kuat di bagian barat, di mana pembangunan permukiman baru sedang berlangsung. İstanbul memiliki 39 distrik, lebih banyak daripada provinsi lainnya di Turki. Karena İstanbul merupakan kota terbesar di Turki dan biasanya memberikan pilihan yang sama seperti keseluruhan negeri, maka umumnya dalam politik Turki dipersepsikan bahwa partai pemenang dari suatu pemilihan pada dasarnya ditentukan oleh para pemilih di İstanbul. Dengan demikian partai-partai politik mengalokasikan sejumlah besar dana kampanye pemilu untuk memenangkan kendali atas Munisipalitas Metropolitan İstanbul. Karena kepentingan elektoralnya ini, İstanbul telah melaporkan kasus-kasus terbesar dan paling serius seputar kecurangan pemilu dalam pemilihan belakangan ini, termasuk pemilu lokal tahun 2014.
Wali Kota Istanbul saat ini adalah Kadir Topbaş dari AKP, yang terpilih pertama kali dalam pemilu lokal tahun 2004 dan menggantikan Ali Müfit Gürtuna dari Partai Kesejahteraan yang telah ditutup. Ia terpilih kembali pada tahun 2009 dan 2014. Sang pemimpin CHP dan pihak oposisi parlemen, Kemal Kılıçdaroğlu, menghadapi Topbaş dalam pemilu lokal tahun 2009.
Saat ini ia adalah seorang Anggota Parlemen (MP) untuk İstanbul. Antara tahun 2007 dan 2014, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdoğan juga seorang MP untuk İstanbul. Dalam pemilu, kota ini dibagi menjadi 3 daerah pemilihan dan memberikan 85 MP untuk parlemen Turki. Dalam pemilihan presiden tahun 2014, 49,83% pemilih dari kota ini memberikan suaranya untuk kandidat AKP Recep Tayyip Erdoğan. Meskipun Erdoğan meraih suara terbanyak di İstanbul, kegagalannya untuk meraih kemenangan di atas 50% dianggap berarti penting. Ekmeleddin İhsanoğlu, kandidat dari pihak oposisi, menempati posisi kedua dengan 41,08% suara dan Selahattin Demirtaş, kandidat dari HDP yang berhaluan kiri dan pro-Kurdi, meraih 9,09% suara yang substansial. Pada tahun 2013 dan 2014, protes anti-pemerintahan-AKP berskala besar dimulai di İstanbul dan menyebar ke seluruh Turki.
Ekonomi
Dengan produk domestik bruto (PDB) paritas daya beli tersesuaikan sebesar US$ 301,1 miliar, Istanbul menempati peringkat 29 di antara seluruh daerah perkotaan di dunia pada tahun 2011. Sejak pertengahan tahun 1990-an, perekonomian Istanbul telah menjadi salah satu yang tercepat perkembangannya di antara semua kawasan-metro OECD. Menurut Foreign Policy dan McKinsey Global Institute, Istanbul akan mencatat pertumbuhan PDB absolut tertinggi ke-14 di antara seluruh kota di dunia pada tahun 2025, dengan peningkatan nominal sebesar US$ 291,5 miliar. Istanbul menyumbang 27 persen PDB Turki, dengan 20 persen dari tenaga kerja industri di seluruh negara tersebut menghuni kota ini. PDB per kapita dan produktivitasnya jauh lebih besar dari rata-rata nasional sebesar berturut-turut 70 persen dan 50 persen, sebagian dikarenakan fokusnya pada aktivitas-aktivitas bernilai tambah tinggi. Dengan jumlah penduduk yang besar dan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Turki, Istanbul menyumbang dua perlima dari seluruh penerimaan pajak negara. Ini mencakup penerimaan pajak dari 37 miliarder yang berbasis di Istanbul, jumlah kelima tertinggi di antara kota-kota di seluruh dunia.
Sebagaimana yang diharapkan untuk kota seukurannya, Istanbul memiliki keragaman ekonomi industri yang menghasilkan beragam komoditas seperti minyak zaitun, tembakau, kendaraan, dan elektronik. Kendati berfokus pada pekerjaan bernilai tambah tinggi, sektor manufakturnya yang bernilai tambah rendah juga substansial, hanya mewakili 26 persen dari PDB Istanbul tetapi empat perlima dari total ekspor kota ini. Pada tahun 2005, perusahaan-perusahaan yang berbasis di Istanbul menghasilkan ekspor senilai $ 41,4 miliar dan menerima impor sebesar $ 69,9 miliar; angka-angka ini setara dengan berturut-turut 57 persen dan 60 persen dari total nasional.
Di Istanbul terdapat Borsa Istanbul, satu-satunya entitas bursa di Turki, yang menggabungkan mantan Bursa Efek Istanbul, Bursa Emas Istanbul, dan Bursa Derivatif Turki. Pada awalnya Bursa Efek Istanbul didirikan sebagai Bursa Efek Utsmaniyah pada tahun 1866. Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, Bankalar Caddesi (Jalan Perbankan) di Galata merupakan pusat keuangan Kesultanan Utsmaniyah, di mana terletak Bursa Efek Utsmaniyah. Bankalar Caddesi berlanjut menjadi distrik keuangan utama di Istanbul hingga tahun 1990-an, ketika kebanyakan bank Turki mulai memindahkan kantor pusat mereka ke distrik bisnis pusat yang modern di Levent dan Maslak. Pada tahun 1995, Bursa Efek Istanbul (sekarang menjadi Borsa Istanbul) pindah ke bangunan yang ditempatinya sekarang di lingkungan İstinye di Distrik Sarıyer. Suatu distrik bisnis pusat yang baru juga sedang dibangun di Ataşehir dan akan ditempati kantor-kantor pusat dari beragam lembaga keuangan dan bank Turki setelah penyelesaiannya.
Sebagai jalur laut satu-satunya antara Laut Tengah (Mediterania) dan Laut Hitam yang kaya akan minyak, Selat Bosporus merupakan salah satu jalur air tersibuk di dunia; lebih dari 200 juta ton minyak melewati selat ini setiap tahunnya, dan lalu lintas di Selat Bosporus tiga kali lebih padat daripada Terusan Suez. Karenanya ada usulan agar di sisi Eropa kota ini dibangun sebuah kanal, yang disebut sebagai Kanal İstanbul, paralel dengan selat tersebut. Istanbul memiliki tiga pelabuhan pengiriman yang utama—Pelabuhan Haydarpaşa, Pelabuhan Ambarlı, dan Pelabuhan Zeytinburnu—serta beberapa pelabuhan kecil dan terminal minyak di sepanjang Selat Bosporus dan Laut Marmara. Haydarpaşa, terletak di ujung tenggara Selat Bosporus, merupakan pelabuhan terbesar di Istanbul hingga awal tahun 2000-an. Sejak itu kegiatannya mulai berpindah ke Ambarlı sehingga Haydarpaşa beroperasi di bawah kapasitasnya dan ada rencana untuk menonaktifkan pelabuhan ini. Pada tahun 2007 Ambarlı, yang terletak di tepi barat pusat perkotaan, memiliki kapasitas tahunan 1,5 juta TEU (dibandingkan dengan 354.000 TEU di Haydarpaşa) sehingga menjadikannya terminal kargo terbesar keempat di Cekungan Mediterania. Pelabuhan Zeytinburnu diuntungkan oleh kedekatannya dengan jalan bebas hambatan terkendali dan Bandar Udara Internasional Ataturk, juga ada rencana jangka panjang untuk membuat konektivitas yang lebih luas antara semua terminal dan jaringan kereta serta jalan.
Istanbul merupakan suatu tujuan wisata yang semakin populer; walau hanya dikunjungi 2,4 juta orang asing pada tahun 2000, kota ini menerima 12,56 juta wisatawan asing pada tahun 2015 sehingga menjadikannya kota kelima di dunia yang paling banyak dikunjungi. Istanbul merupakan gerbang internasional terbesar kedua Turki setelah Antalya, menerima seperempat porsi dari seluruh wisatawan asing nasional. Industri pariwisata Istanbul terkonsentrasi di sisi Eropa, dengan 90 persen dari keseluruhan hotal di kota ini terletak di sana. Hotel kelas menengah dan bawah umumnya berada di Sarayburnu; sementara hotel kelas atas utamanya terletak di berbagai pusat keuangan dan hiburan di bagian utara Tanduk Emas. Rencana induk lingkungan hidup dari kota ini juga mencatat bahwa terdapat 17 istana, 64 masjid, dan 49 gereja yang memiliki makna historis di Istanbul.
Budaya
Istanbul secara historis dikenal sebagai suatu pusat kebudayaan, tetapi panggung budayanya mengalami stagnasi setelah Republik Turki mengalihkan fokusnya ke Ankara. Pemerintah nasional yang baru membuat program-program yang membantu untuk mengarahkan orang Turki pada tradisi-tradisi musik, khususnya yang berasal dari Eropa, tetapi lembaga musik dan kunjungan seniman klasik dari luar negeri utamanya dipusatkan di ibukota baru tersebut. Banyak dari panggung budaya Turki yang berawal di Istanbul, dan pada tahun 1980-an sampai 1990-an Istanbul tampil kembali di dunia sebagai suatu kota yang signifikansi budayanya tidak semata-mata didasarkan pada kejayaan masa lalu.
Pada akhir abad ke-19, Istanbul telah menempatkan diri sebagai suatu pusat seni regional, di mana para seniman Turki, Eropa, dan Timur Tengah berbondong-bondong datang ke kota ini. Meskipun ada upaya-upaya untuk menjadikan Ankara sebagai jantung budaya Turki, Istanbul memiliki lembaga seni yang utama di negara ini hingga tahun 1970-an. Ketika berbagai jurnal seni dan universitas tambahan dibuat di Istanbul selama tahun 1980-an, para seniman yang sebelumnya berbasis di Ankara pindah ke kota ini. Beyoğlu telah diubah menjadi pusat seni Istanbul; dahulu para seniman muda Turki maupun yang lebih tua memilih tinggal di luar negeri, namun sekarang menemukan tempat berpijak di sana. Museum-museum seni modern, seperti İstanbul Modern, Museum Pera, Museum Sakıp Sabancı, dan SantralIstanbul, dibuka pada tahun 2000-an untuk melengkapi berbagai tempat pameran dan rumah lelang yang telah memberikan kontribusi bagi karakter kosmopolitan kota ini. Museum-museum ini belum meraih popularitas yang setara dengan berbagai museum tua di semenanjung bersejarah tersebut, seperti Museum Arkeologi Istanbul yang mengantar masuk ke dalam era museum modern di Turki, dan Museum Seni Islam dan Turki.
Pemutaran film pertama di Turki bertempat di Istana Yıldız pada tahun 1986, setahun setelah teknologinya tampil perdana secara publik di Paris. Gedung-gedung bioskop bermunculan dengan cepat di Beyoğlu, dengan pemusatan terbanyak di sepanjang jalan yang sekarang dikenal sebagai Jalan İstiklal. Istanbul juga menjadi jantung industri film Turki yang baru lahir, kendati film-film Turki tidak dikembangkan dengan konsisten hingga tahun 1950-an. Sejak itu Istanbul menjadi lokasi terpopuler untuk pembuatan film komedi dan drama Turki. Industri film Turki mengintensifkan produksinya pada paruh kedua abad tersebut; dengan Uzak (2002) dan My Father and My Son (2005), yang keduanya difilmkan di Istanbul, film-film nasionalnya mulai memandang kesuksesan internasional yang substansial. Istanbul dan cakrawalanya yang atraktif juga dijadikan latar beberapa film asing, misalnya Topkapi (1964), The World Is Not Enough (1999), dan Mission Istaanbul (2008).
Bersamaan dengan kemunculan kembali panggung budaya ini, diselenggarakan Festival Istanbul yang mulai menampilkan beragam kesenian dari Turki dan seluruh dunia pada tahun 1973. Dari festival unggulan ini timbul Festival Film Istanbul Internasional dan Festival Jazz Internasional Istanbul pada awal tahun 1980-an. Dengan fokusnya sekarang yang hanya pada musik dan tari, Festival Istanbul kemudian dikenal sebagai Festival Musik Internasional Istanbul sejak tahun 1994. Festival paling terkemuka yang berevolusi dari Festival Istanbul yang asli adalah İstanbul Bienali, diadakan setiap dua tahun sejak tahun 1987. Perwujudan awal ini ditujukan untuk menampilkan seni rupa Turki, dan sejak saat itu terbuka bagi para seniman internasional serta naik pamor mengimbangi berbagai biennale elit, di samping Biennale Venesia dan Bienial Seni São Paulo.
= Rekreasi dan hiburan
=Istanbul memiliki banyak pusat perbelanjaan, dari yang bersejarah sampai yang modern. Grand Bazaar, beroperasi sejak tahun 1461, merupakan salah satu pasar tertutup yang terbesar dan tertua di dunia. Mahmutpasha Bazaar adalah sebuah pasar terbuka yang terbentang antara Grand Bazaar dan Egyptian Bazaar, yang telah menjadi pasar rempah-rempah utama di Istanbul sejak tahun 1660. Galleria Ataköy mengantar masuknya Turki ke zaman mal modern saat dibukanya pada tahun 1987. Sejak saat itu mal menjadi pusat perbelanjaan utama di luar semenanjung bersejarah tersebut. Akmerkez menerima penghargaan mal "terbaik di Eropa" dan "terbaik di Dunia" oleh International Council of Shopping Centers pada tahun 1995 dan 1996; Cevahir Istanbul telah menjadi salah satu yang terbesar di benua ini sejak pembukaannya pada tahun 2005; Kanyon memenangi Cityscape Architectural Review Award dalam kategori bangunan komersial pada tahun 2006. İstinye Park di İstinye dan Zorlu Center di dekat Levent termasuk mal-mal terbaru yang berisikan gerai-gerai merek busana terkenal dunia. Jalan Abdi İpekçi di Nişantaşı dan Jalan Bağdat di sisi Anatolia kota ini telah berevolusi menjadi distrik-distrik perbelanjaan kelas atas.
Selain masakan Turki yang khas seperti kebab, Istanbul juga terkenal dengan rumah-rumah makan hidangan lautnya yang bersejarah. Banyak rumah makan hidangan laut kelas atas dan terpopuler di kota ini berjajar di pantai Selat Bosporus (khususnya di lingkungan seperti Ortaköy, Bebek, Arnavutköy, Yeniköy, Beylerbeyi, dan Çengelköy). Kumkapı di sepanjang Laut Marmara memiliki suatu zona pejalan kaki di mana terdapat sekitar lima rumah makan dengan menu ikan. Kepulauan Pangeran, 15 kilometer dari pusat kota, juga populer dengan berbagai rumah makan hidangan lautnya. Selain rumah-rumah makan tersebut, kepulauan ini juga memiliki jalan bebas-kendaraan yang tenang dan berbagai rumah-besar musim panas yang bersejarah sehingga menjadikannya salah satu tujuan berlibur yang populer di kalangan orang Turki dan wisatawan asing.
Rumah-rumah makan yang menyajikan masakan asing utamanya terpusat di Distrik Beyoğlu, Beşiktaş, Şişli, dan Kadıköy. Di sepanjang Jalan İstiklal terdapat Çiçek Pasajı yang saat ini dihuni berbagai gerai minuman anggur (dikenal sebagai meyhanes), pub, dan rumah makan. Jalan İstiklal, yang awalnya terkenal karena bar-barnya, telah beralih menjadi tempat perbelanjaan, tetapi berbagai pub dan gerai minuman anggur masih berjajar di Jalan Nevizade di dekatnya. Beberapa lingkungan lainnya di sekitar Jalan İstiklal baru-baru ini telah diubah untuk mengakomodir dunia malam Beyoğlu, di mana jalan-jalan yang dahulu merupakan daerah perniagaan sekarang dihuni berbagai pub, kafe, dan rumah makan yang menggelar pertunjukkan musik langsung. Pusat kehidupan malam lainnya di Istanbul antara lain di Nişantaşı, Ortaköy, Bebek, dan Kadıköy.
Olahraga
Istanbul memiliki beberapa klub olahraga yang tertua di Turki. Beşiktaş JK, didirikan pada tahun 1903, dianggap sebagai yang paling tua di antara klub-klub olahraga ini; karena status awalnya sebagai satu-satunya klub di Turki, klub ini terkadang bermain sebagai tim nasional. Tim sepak bola ini selama beberapa periode mendominasi kompetisi nasional. Fenerbahçe S.K. dan Galatasaray S.K. dari Istanbul menunjukkan hasil yang lebih baik dalam kompetisi internasional dan saling berbagi kemenangan dalam sebagian besar kejuaraan Liga Super Turki. Galatasaray dan Fenerbahçe merupakan rival sejak lama; Galatasaray berbasis di Istanbul sisi Eropa dan Fenerbahçe berbasis di sisi Anatolia kota ini. Istanbul memiliki tujuh tim basket—Anadolu Efes S.K., Beşiktaş, Darüşşafaka Doğuş, Fenerbahçe Ülker, Galatasaray Liv Hospital, İstanbul Büyükşehir Belediyespor dan Tüyap Büyükçekmece—yang bermain dalam liga utama di Liga Super Basket Turki.
Banyak fasilitas olahraga di Istanbul yang dibangun atau ditingkatkan sejak tahun 2000 demi menunjang posisi tawar kota ini untuk Olimpiade Musim Panas. Stadion Olimpiade Atatürk, stadion serba guna yang terbesar di Turki, terselesaikan pada tahun 2002 sebagai suatu tempat kelas satu IAAF untuk trek dan lapangan. Stadion ini menjadi penyelenggara Final Liga Champions UEFA 2005 dan pernah menjadi markas klub Istanbul Büyükşehir Belediyespor. Stadion Şükrü Saraçoğlu, markas klub Fenerbahçe, menjadi ajang pertandingan Final Piala UEFA 2009 setelah tiga tahun terselesaikannya, dan Türk Telekom Arena dibuka pada tahun 2011 untuk menggantikan Stadion Ali Sami Yen sebagai markas Galatasaray. Ketiga stadion ini merupakan stadion-stadion elit UEFA Kategori 4 (dahulu bintang lima).
Sinan Erdem Dome, salah satu arena dalam ruangan yang terbesar di Eropa, menyelenggarakan final Kejuaraan Dunia FIBA 2010, Kejuaraan Dunia Dalam Ruangan IAAF 2012, dan final empat besar Euroleague 2011–12. Sebelum terselesaikannya pembangunan Sinan Erdem Dome pada tahun 2010, Abdi İpekçi Arena merupakan arena dalam ruangan yang utama di Istanbul yang menjadi penyelenggara final EuroBasket 2001. Beberapa arena dalam ruangan lainnya, seperti Beşiktaş Akatlar Arena, juga telah resmi dibuka sejak tahun 2000, berfungsi sebagai lapangan kandang klub-klub olahraga Istanbul. Yang terbaru di antaranya adalah Ülker Sports Arena dengan kapasitas 13.800 kursi, dibuka pada tahun 2012 sebagai lapangan kandang tim basket Fenerbahçe. Kendati terlihat adanya fenomena ledakan pembangunan, lima pengajuan penawaran sebagai penyelenggara Olimpiade Musim Panas—untuk tahun 2000, 2004, 2008, 2012, dan 2020—serta pengajuan penawaran secara nasional untuk Euro 2012 dan Euro 2016 berakhir dengan kegagalan.
Istanbul Park merupakan salah satu sirkuit yang digunakan dalam World Touring Car Championship dan European Le Mans Series pada tahun 2005 dan 2006, namun trek ini belum digunakan lagi dalam kompetisi-kompetisi tersebut sejak saat itu. Setelah pembukaannya pada tahun 2005 hingga tahun 2011, Istanbul Park menyelenggarakan acara tahunan Grand Prix Turki; sedangkan masa depannya masih belum jelas karena ada masalah keuangan. Klub Layar Istanbul, didirikan pada tahun 1952, menyelenggarakan berbagai perlombaan, pameran, dan acara di perairan Istanbul dan sekitarnya pada setiap tahun. Klub Balap Lepas Pantai Turki juga menyelenggarakan balapan-balapan besar, yang paling bergengsi adalah balapan yang memperebutkan Piala Marinir. Istanbul juga terkadang menjadi sirkuit perhentian Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1, kendati hingga saat ini penampilan terakhirnya di Selat Bosporus adalah tahun 2000.
Media
Kebanyakan stasiun televisi dan radio milik pemerintah berbasis di Ankara, tetapi Istanbul merupakan pusat utama media Turki. Industri ini berawal dari bekas ibukota Utsmaniyah tersebut, di mana surat kabar Turki yang pertama, Takvim-i Vekayi, diterbitkan pada tahun 1831. Jalan Bâb-ı Âli di Cağaloğlu, tempat surat kabar ini dicetak, dengan cepat berkembang menjadi pusat media cetak Turki, di samping Beyoğlu di Tanduk Emas.
Saat ini Istanbul menjadi markas berbagai terbitan berkala. Kebanyakan surat kabar nasional berbasis di Istanbul, dengan edisi Ankara dan İzmir secara simultan. Zaman yang berbasis di Istanbul, meski baru didirikan pada tahun 1986, merupakan surat kabar yang paling banyak beredar di Turki, dengan distribusi mingguan lebih dari satu juta, yakni dua kali lipat pesaing terdekatnya. Posta, Hürriyet, dan Sözcü, melengkapi posisi empat besar surat kabar di negara ini. Masing-masing memiliki angka penjualan mingguan lebih dari 300.000 eksemplar; semuanya berkantor pusat di Istanbul. Hürriyet Daily News, edisi bahasa Inggris dari Hürriyet, telah dicetak sejak tahun 1961, tetapi Today's Zaman berbahasa Inggris, yang pertama kali diterbitkan oleh Zaman pada tahun 2007, telah mengalahkan sirkulasinya. Beberapa surat kabar yang lebih kecil, termasuk publikasi populer seperti Habertürk dan Milliyet, juga berbasis di Istanbul.
Siaran radio di Istanbul bermula pada tahun 1927, ketika transmisi radio Turki yang pertama dipancarkan dari atas Kantor Pos Pusat di Eminönü. Kendali atas transmisi ini, dan stasiun radio lainnya yang didirikan pada beberapa dekade berikutnya, pada akhirnya berada di bawah Türkiye Radyo ve Televizyon Kurumu (TRT) yang dikelola negara, yang memonopoli siaran televisi dan radio antara tahun berdirinya pada 1964 sampai dengan tahun 1990. Saat ini TRT mengelola empat stasiun radio nasional; stasiun-stasiun ini memiliki pemancar di seluruh negeri sehingga masing-masingnya dapat menjangkau lebih dari 90 persen penduduk di Turki, tetapi hanya Radio 2 yang berbasis di Istanbul. Radio 2 merupakan stasiun radio yang paling populer di Turki karena menyiarkan berbagai konten mulai dari program pendidikan sampai acara olahraga. Siaran radio Istanbul merupakan yang tersibuk di Turki, utamanya menyajikan konten berbahasa Turki ataupun Inggris. Salah satu pengecualian, yang menyajikan keduanya, adalah Açık Radyo (94.9 FM). Salah satu stasiun swasta pertama Turki, dan yang pertama kali menyajikan musik populer dari luar negeri, adalah Metro FM (97.2 FM) di Istanbul. Radio 3 yang dikelola negara, kendati berbasis di Ankara, juga menyajikan musik populer berbahasa Inggris, dan program berita berbahasa Inggris disediakan NTV Radyo (102.8 FM).
TRT-Children merupakan satu-satunya stasiun televisi TRT yang berbasis di Istanbul. Di Istanbul terdapat kantor pusat dari beberapa stasiun Turki dan berbagai kantor pusat regional dari media internasional. Star TV yang berbasis di Istanbul merupakan jaringan televisi swasta yang pertama didirikan setelah berakhirnya monopoli TRT; Star TV dan Show TV (juga berbasis di Istanbul) masih sangat populer di seluruh negeri, menayangkan serial Turki maupun Amerika. Samanyolu TV, Kanal D, dan ATV adalah stasiun-stasiun lainnya di Istanbul yang menawarkan perpaduan antara berita dan serial; NTV (bermitra dengan gerai media MSNBC dari Amerika Serikat) dan Sky Turk—keduanya berbasis di kota ini—terutama hanya dikenal karena liputan berita berbahasa Turki. BBC memiliki kantor regional di Istanbul, untuk membantu pemberitaan berbahasa Turkinya, dan saluran berita CNN dari Amerika mendirikan CNN Türk berbahasa Inggris di sana pada tahun 1999. Saluran hiburan dan bisnis CNBC-e memiliki basis di Istanbul serta memulai siarannya pada tahun 2000.
Pendidikan
Universitas Istanbul didirikan pada tahun 1453 dan merupakan lembaga pendidikan Turki yang tertua di Istanbul. Meskipun awalnya adalah sebuah sekolah Islam, universitas ini mendirikan departemen sains, kedokteran, dan hukum pada abad ke-19 dan disekularisasi setelah pendirian Republik Turki. Universitas Teknik Istanbul, didirikan pada tahun 1773 sebagai Sekolah Kekaisaran Teknik Angkatan Laut, adalah universitas tertua ketiga di dunia yang didedikasikan sepenuhnya untuk ilmu teknik. Kedua universitas tersebut termasuk dalam delapan universitas negeri di kota ini; universitas negeri terkemuka lainnya di Istanbul misalnya Universitas Seni Rupa Murni Mimar Sinan, yang berfungsi sebagai lembaga seni utama di Turki sampai tahun 1970-an, dan Universitas Marmara, lembaga pendidikan tinggi terbesar ketiga di Turki.
Semua universitas yang paling mapan di Istanbul didukung oleh pemerintah; kota ini juga memiliki beberapa lembaga swasta terkemuka. Universitas swasta modern yang pertama di Istanbul, juga sekolah Amerika tertua yang eksistensinya berada di luar lokasi asalnya di Amerika Serikat, yaitu Kolese Robert, didirikan pada tahun 1863 oleh Christopher Robert, seorang dermawan dari Amerika, dan Cyrus Hamlin, seorang misionaris yang mengabdikan dirinya untuk pendidikan. Unsur pendidikan tinggi dari program pendidikan lembaga tersebut menjadi Universitas Boğaziçi di bawah pengelolaan pemerintah pada tahun 1971; bagian lainnya di Arnavutköy berlanjut sebagai sebuah sekolah menengah berasrama dengan nama Kolese Robert. Universitas-universitas swasta secara resmi dilarang di Turki sebelum Konstitusi 1982, tetapi pada tahun 1970 di Istanbul telah ada lima belas "sekolah tinggi" swasta, yang secara efektif adalah universitas. Universitas swasta pertama yang didirikan di Istanbul sejak tahun 1982 adalah Universitas Koç (didirikan tahun 1992), dan belasan lainnya dibuka sepanjang dasawarsa berikutnya. Sekarang ini setidaknya terdapat 30 universitas swasta di Istanbul, misalnya Universitas Perniagaan Istanbul dan Universitas Kadir Has. Sebuah pusat pengembangan dan penelitian biomedis yang baru, disebut sebagai Bio Istanbul, sedang dalam tahap pembangunan di Başakşehir, dan setelah penyelesaiannya akan dapat menampung 15.000 penghuni, 20.000 pegawai selain penghuni, juga sebuah universitas.
Pada tahun 2007 terdapat sekitar 4.350 sekolah, kurang lebih separuhnya merupakan sekolah dasar; setiap sekolah rata-rata memiliki 688 siswa. Beberapa tahun terahir sistem pendidikan Istanbul mengalami perkembangan yang substansial; dari tahun 2000 sampai 2007, jumlah ruang kelas dan guru menjadi hampir dua kali lipat serta terjadi peningkatan jumlah siswa sebesar lebih dari 60 persen. Sekolah Menengah Galatasaray, didirikan pada tahun 1481 sebagai Sekolah Kekaisaran Istana Galata, adalah sekolah menengah tertua sekaligus lembaga pendidikan tertua kedua di Istanbul. Sekolah ini didirikan atas perintah Sultan Bayezid II yang berusaha menghimpun siswa dari berbagai latar belakang sebagai sarana untuk memperkuat pertumbuhan kesultanannya. Sekolah ini juga termasuk salah satu Sekolah Menengah Anatolia, yaitu sekolah menengah negeri elit yang memberikan penekanan kuat pada pengajaran dalam bahasa asing. Galatasaray misalnya, menyajikan pengajaran dalam bahasa Prancis; Sekolah Menengah Anatolia yang lain utamanya memberikan pengajaran dalam bahasa Inggris atau Jerman di samping bahasa Turki. Kota ini juga memiliki sekolah menengah asing, seperti Liceo Italiano, yang didirikan pada abad ke-19 untuk memberikan pendidikan bagi orang asing.
Sekolah Menengah Militer Kuleli, terletak di sepanjang pesisir Selat Bosporus di Çengelköy, dan Sekolah Menengah Angkatan Laut, terletak di salah satu pulau di Kepulauan Pangeran, adalah sekolah-sekolah menengah militer yang dilengkapi dengan tiga akademi militer—yaitu Akademi Militer, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut Turki. Sekolah Menengah Darüşşafaka memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak di seluruh negeri yang kehilangan setidaknya salah seorang dari orang tua mereka. Pengajaran di Darüşşafaka dimulai dengan kelas empat, pengajaran diberikan dalam bahasa Inggris dan sejak kelas enam diberikan pengajaran dalam bahasa asing kedua (bahasa Jerman atau Prancis). Sekolah menengah terkemuka lainnya di kota ini misalnya Kabataş Erkek Lisesi (didirikan tahun 1908) dan Kadıköy Anadolu Lisesi (didirikan tahun 1955).
Pelayanan publik
Sistem penyediaan air yang pertama di Istanbul telah ada sejak sejarah awal kota ini; saat itu akuaduk-akuaduk (seperti Akuaduk Valens) menampung air di berbagai tadah. Atas perintah Suleiman yang Luar Biasa, dibangun jaringan penyediaan air Kırkçeşme; pada tahun 1563 jaringan tersebut menyediakan 4.200 meter kubik air ke 158 lokasi setiap harinya. Kemudian hari, untuk menanggapi meningkatnya permintaan masyarakat, air dari beragam mata air disalurkan ke air mancur publik, misalnya Air Mancur Ahmed III, dengan menggunakan jalur-jalur penyediaan yang ada. Saat ini Istanbul memiliki penyediaan air yang disaring dan diklorinasi serta sebuah sistem pengolahan limbah yang dikelola oleh Badan Pengelolaan Selokan dan Air Istanbul (İSKİ).
Pembangkit Listrik Silahtarağa, sebuah pembangkit listrik tenaga batu bara di sepanjang Tanduk Emas, merupakan satu-satunya sumber listrik di Istanbul antara tahun 1914, ketika ruang mesinnya yang pertama dirampungkan, sampai tahun 1952. Setelah berdirinya Republik Turki, pembangkit tersebut direnovasi agar dapat mengakomodir meningkatnya kebutuhan di kota ini; kapasitasnya bertambah dari 23 megawatt pada tahun 1923 hingga puncaknya 120 megawatt pada tahun 1956. Penurunan kapasitas terjadi hingga pembangkit tersebut mencapai akhir umur ekonomisnya dan ditutup pada tahun 1983. Otorita Listrik Turki (TEK) yang dikelola oleh negara, untuk masa yang singkat—sejak didirikannya pada tahun 1970 sampai tahun 1984—memonopoli pembangkit dan distribusi tenaga listrik, tetapi sekarang otorita ini—sejak dipisah menjadi Perusahaan Transmisi Pembangkit Listrik Turki (TEAŞ) dan Perusahaan Distribusi Listrik Turki (TEDAŞ)—bersaing dengan berbagai penyedia listrik swasta.
Kementerian Pos dan Telegraf Utsmaniyah didirikan pada tahun 1840 dan kantor posnya yang pertama, yakni Kantor Pos Kekaisaran, dibuka di dekat halaman Masjid Yeni Valide. Pada tahun 1876 telah ada jaringan pengeposan internasional yang pertama antara Istanbul dan daratan di luar Kesultanan Utsmaniyah. Sultan Abdülmecit I memberikan Samuel Morse kehormatan resminya yang pertama berupa hak paten atas telegraf pada tahun 1847, dan pembangunan jaringan telegraf pertama—antara Istanbul dan Edirne—diselesaikan pada waktunya untuk mengumumkan berakhirnya Perang Krimea pada tahun 1856. Kelahiran sistem telepon mulai terlihat di Istanbul pada tahun 1881 dan setelah sentral telepon manual yang pertama mulai beroperasi di Istanbul pada tahun 1909, Kementerian Pos dan Telegraf berubah menjadi Kementerian Pos, Telegraf, dan Telepon. Jaringan seluler GSM dikenal di Turki pada tahun 1994, dan Istanbul termasuk salah satu kota pertama yang mendapatkan layanan tersebut. Saat ini layanan jaringan tetap dan telepon genggam dikelola oleh perusahaan-perusahaan swasta setelah Türk Telekom—yang memisahkan diri dari Kementerian Pos, Telegraf, dan Telepon pada tahun 1995—diprivatisasi pada tahun 2005. Layanan pos tetap berada dalam kewenangan badan yang sekarang disebut Organisasi Pos dan Telegraf (dengan mempertahankan singkatan PTT).
Pada tahun 2000 Istanbul memiliki 127 rumah sakit, 100 di antaranya dikelola pihak swasta. Warga negara Turki berhak mendapatkan pelayanan kesehatan bersubsidi di rumah sakit yang dikelola negara. Karena rumah sakit umum biasanya penuh atau lambat pelayanannya, rumah sakit swasta lebih diminati bagi mereka yang mampu secara finansial. Prevalensinya mengalami peningkatan yang signifikan selama dekade terakhir, ditandai dengan peningkatan jumlah pasien rawat jalan dari 6 persen pada tahun 2005 hingga 23 persen pada tahun 2009. Banyak dari rumah sakit swasta ini, serta beberapa rumah sakit umum, dilengkapi dengan peralatan berteknologi tinggi, misalnya mesin MRI, atau berhubungan dengan pusat penelitian medis. Turki memiliki lebih banyak rumah sakit yang terakreditasi berdasarkan Joint Commission berbasis Amerika Serikat daripada negara lainnya di dunia, dan kebanyakan terkonsentrasi di kota-kota besar. Kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi, khususnya di rumah-rumah sakit swasta, berkontribusi terhadap meningkatnya wisata kesehatan dengan tujuan Turki belakangan ini (dengan peningkatan 40 persen antara tahun 2007 dan 2008). Bedah mata menggunakan laser sangat umum di kalangan wisatawan kesehatan, karena Turki dikenal mengkhususkan diri dalam bidang ini.
Transportasi
Jalan bebas hambatan terkendali yang utama di Istanbul adalah , , , dan . O-1 membentuk jalan lingkar dalam kota yang melintasi Jembatan Bosporus, dan O-2 adalah jalan lingkar luar kota yang melintasi Jembatan (Bosporus Kedua) Fatih Sultan Mehmet. O-2 berlanjut ke barat menuju Edirne dan O-4 berlanjut ke timur menuju Ankara; O-2, O-3, dan O-4 merupakan bagian dari Rute Eropa E80 (Jalan Bebas Hambatan Trans-Eropa) antara perbatasan Turki–Iran dan Portugal. Kedua Jembatan Bosporus tersebut saat ini merupakan satu-satunya penyeberangan jalan antara sisi Eropa dan Asia dari Turki, yang secara keseluruhan dilintasi 400.000 kendaraan setiap hari. Saat ini sedang dibangun Terowongan Eurasia dek-ganda sepanjang 14,6 km di bawah Selat Bosporus, antara Fatih dan Üsküdar. Jembatan Bosporus yang ketiga, awalnya direncanakan pada tahun 1990-an, pada akhirnya mungkin akan terselesaikan, sebab pembangunan Jembatan Yavuz Sultan Selim secara resmi telah dimulai pada tahun 2013. Kedua proyek tersebut sempat diprediksi akan selesai pada tahun 2015, kendati berbagai kelompok pelestari lingkungan mengkhawatirkan jembatan ketiga ini akan membahayakan area hijau yang tersisa di utara Istanbul.
Sistem pengangkutan umum setempat di Istanbul merupakan suatu jaringan kompleks yang terdiri dari jalur metro, funikular, trem, bus, BRT, dan kapal feri. Tarif angkutan di seluruh moda telah terintegrasi, menggunakan Istanbulkart nirkontak yang diperkenalkan pada tahun 2009, atau perangkat tiket elektronik Akbil yang lebih dahulu digunakan. Trem di Istanbul berawal pada tahun 1872 ketika kuda digunakan untuk menariknya, namun kemudian trem listrik pertama dinonaktifkan pada tahun 1960-an. Dalam pengelolaan Manajemen Umum Terowongan, Jalur Trem, dan Kelistrikan Istanbul (İETT), trem secara perlahan kembali ke kota ini pada tahun 1990-an dengan diperkenalkannya rute nostalgia dan jalur trem modern yang lebih cepat, yang saat ini mengangkut 265.000 penumpang setiap hari. Tünel dibuka pada tahun 1875 sebagai jalur rel bawah tanah tertua kedua di dunia (setelah Metropolitan Railway di London). Transportasi tersebut sampai sekarang masih melayani pengangkutan penumpang antara Karaköy dan Jalan İstiklal di sepanjang jalur curam sejauh 573 meter; sebuah funikular yang lebih modern antara Lapangan Taksim dan Kabataş mulai beroperasi pada tahun 2006.
Metro Istanbul meliputi tiga jalur (M1 dan M2 di sisi Eropa serta M4 di sisi Asia) dengan beberapa jalur lainnya (seperti M3, M5, M7, dan Metro-Mini M6) dan ekstensi yang dalam tahap pembangunan. Kedua sisi metro Istanbul terhubung di bawah Selat Bosporus oleh terowongan Marmaray, diresmikan pada tahun 2013 sebagai jaringan kereta pertama antara Trakia dan Anatolia.
Dengan terselesaikannya Marmaray, penggunaan kereta api di kota ini diharapkan meningkat menjadi 28 persen (dari 4 persen), dengan demikian hanya berada di belakang Tokyo dan Kota New York. Hingga saat tersebut, bus merupakan sarana transportasi di dalam dan antara kedua bagian kota ini, mengakomodir 2,2 juta penumpang setiap harinya. Metrobüs, salah satu bentuk angkutan cepat bus, melintasi Jembatan Bosporus dengan jalur-jalur khusus menuju terminal akhirnya.
İDO (Bus Air Istanbul) mengoperasikan gabungan berbagai kapal feri khusus penumpang dan kapal feri penumpang-dan-kendaraan menuju pelabuhan-pelabuhan di kedua sisi Selat Bosporus. Dengan berbagai destinasi tambahan di sekitar Laut Marmara, İDO merupakan layanan pengoperasian feri munisipal terbesar di dunia. Terminal kapal pesiar yang utama di kota ini adalah Pelabuhan Istanbul di Karaköy, dengan kapasitas 10.000 penumpang per jam.
Sebagian besar pengunjung masuk ke Istanbul melalui jalur udara, namun tiap tahunnya sekitar setengah juta turis asing masuk ke kota ini melalui jalur laut.
Layanan kereta api internasional dari Istanbul dimulai pada tahun 1889, dengan sebuah jalur antara Bukares dan Terminal Sirkeci İstanbul, yang kemudian menjadi terkenal sebagai terminal ujung timur Orient Express dari Paris. Layanan reguler ke Bukares dan Thessaloniki berlanjut hingga awal tahun 2010-an; destinasi Bukares terputus karena pembangunan Marmaray, sementara destinasi Thessaloniki terhenti karena masalah ekonomi di Yunani. Terminal Haydarpaşa dibuka pada tahun 1908, berfungsi sebagai terminal akhir Jalur kereta api Baghdad di bagian barat dan suatu perpanjangan dari Jalur kereta api Hijaz; saat ini tidak ada satupun dari kedua layanan itu yang disediakan secara langsung dari Istanbul. Layanan menuju Ankara dan titik lainnya di seluruh Turki normalnya disediakan oleh Jawatan Kereta Api Negara Turki, tetapi pembangunan Marmaray dan jalur kereta kecepatan tinggi Ankara–Istanbul memaksa ditutupnya stasiun tersebut pada tahun 2012. Stasiun-stasiun baru untuk menggantikan terminal Haydarpaşa dan Sirkeci, serta untuk menghubungkan berbagai jaringan kereta api yang terpisah di kota ini, diharapkan dapat dibuka setelah selesainya proyek Marmaray; sampai saat itu tiba, Istanbul tidak memiliki layanan kereta api antar kota. Sebagai gantinya, terdapat perusahaan-perusahaan bus swasta yang beroperasi. Terminal bus utama di Istanbul merupakan yang terbesar di Eropa, dengan kapasitas harian 15.000 bus dan 600.000 penumpang, melayani berbagai destinasi sampai sejauh Frankfurt.
Istanbul memiliki dua bandara internasional. Yang lebih besar yaitu Bandar Udara Internasional Ataturk, 24 kilometer di sebelah barat pusat kota. Bandara ini menangani 51,2 juta penumpang pada tahun 2013, sehingga menjadikannya bandara tersibuk kelima di Eropa dan tersibuk kedelapan belas di dunia. Bandar Udara Internasional Sabiha Gökçen, 45 kilometer di sebelah tenggara pusat kota, dibuka pada tahun 2001 untuk meringankan beban Bandara Atatürk. Dengan didominasi berbagai maskapai penerbangan bertarif rendah, bandara kedua di Istanbul ini segera menjadi populer, terutama sejak pembukaan satu terminal internasional yang baru pada tahun 2009;
bandara ini menangani 14,7 juta penumpang pada tahun 2012, setahun setelah Airports Council International menyebutnya sebagai bandara dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Bandara Atatürk juga mengalami pertumbuhan yang pesat karena antara tahun 2011–2012 kenaikan lalu lintas penumpangnya, yaitu sebesar 20,6 persen, merupakan yang tertinggi di antara 30 bandara teratas di dunia. Karena lalu lintas kedua bandara Istanbul tersebut, ada rencana untuk membangun bandara internasional yang ketiga di pesisir Laut Hitam. Rencana pembangunan sebuah landas pacu baru di Bandara Atatürk telah ditolak karena pertimbangan biaya; sementara kekhawatiran akan masalah lingkungan juga diangkat sehubungan dengan pembangunan bandara baru. Sekarang sedang dibangun bandara internasional baru yang akan menjadi bandara terbesar di dunia saat terselesaikannya keempat tahapan proyek ini, dengan kapasitas untuk melayani 150 juta penumpang per tahun.
Kota kembar
Daftar kota kembar Istanbul
Lihat pula
Kawasan Bersejarah Istanbul
Catatan kaki
Referensi
= Pustaka
=Pranala luar
Panduan perjalanan Istanbul di Wikiwisata
Official website of Istanbul Diarsipkan 2016-01-09 di Wayback Machine.
Official website of the Istanbul Metropolitan Municipality
Official website of the Istanbul Governorship Diarsipkan 2006-12-22 di Wayback Machine.
Istanbul Metropolitan Municipality: Interactive aerial photos (maps) of Istanbul from 1946, 1966, 1982, and 2005
Istanbul Metropolitan Municipality: Live views of major landmarks in Istanbul Diarsipkan 2015-07-04 di Wayback Machine.
Istanbul Metropolitan Municipality: Istanbul Bulteni Magazine official website
Kata Kunci Pencarian:
- Istanbul
- Hagia Sofia, Istanbul
- Masjid Suleiman Istanbul
- Bandar Udara Istanbul
- Tujuh bukit Istanbul
- Masjid Fatih Istanbul
- Konstantinopel
- Ahmed I
- Bom Istanbul 2008
- İstanbul Başakşehir F.K.
- Istanbul
- .istanbul
- Istanbul Airport
- Istanbul cymbals
- İstanbul Havalimanı (Istanbul Metro)
- Istanbul Metro
- Istanbul (Not Constantinople)
- Names of Istanbul
- Istanbul University
- İstanbul Başakşehir F.K.