- Source: Agresi digital
Agresi digital (Digital Agression atau DA) secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk dengan sengaja menyakiti orang lain. DA terjadi melalui beberapa jenis TIK, seperti ponsel (misalnya, panggilan telepon atau pesan teks), komputer, atau tablet, dan berlangsung di berbagai platform (misalnya, email, situs jejaring sosial, pesan instan, atau game online).
Terdapat perdebatan tentang apakah DA hanyalah perundungan tradisional yang berpindah ke dunia maya. Beberapa peneliti melihatnya sebagai perpanjangan dari perundungan luring, sementara yang lain menemukan sedikit tumpang tindih. Namun, DA terkadang bisa lebih menyakitkan daripada perundungan tradisional, kemungkinan karena karakteristik lingkungan daring, seperti anonimitas pelaku. Para pelaku DA cenderung merasa lebih bebas dan terlibat dalam perilaku daring yang mungkin tidak mereka lakukan dalam interaksi tatap muka.
Berbagai bentuk Agresi Digital
DA memiliki banyak bentuk, termasuk pelecehan (misalnya, berulang kali mengirim pesan yang tidak pantas atau menyakitkan), flaming (misalnya, menggunakan penghinaan dan kata-kata kotor, seringkali sebagai reaksi terhadap provokasi), dan pengucilan (misalnya, memblokir seseorang dari kontak), dan masih banyak lagi. Selain kata-kata kotor, sebuah studi mencatat bahwa DA biasanya juga dipenuhi dengan gambar eksplisit tentang kekerasan seksual. Sementara itu, Banet-Weiser dan Miltner (2016) menyoroti misogini yang sering menjadi ciri kekerasan siber dan disertai dengan rasisme, yang berarti bahwa perempuan kulit berwarna sering menjadi sasaran jenis kekerasan ini.
Dampak Agresi Digital
Penelitian menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara pengalaman DA dan dampak negatif terhadap kesehatan mental pada remaja dan dewasa muda. Studi-studi telah menunjukkan bahwa mereka yang mengalami DA lebih rentan menderita depresi, kecemasan, bahkan pikiran untuk bunuh diri. Lebih lanjut, korban DA juga ditemukan mengalami kesulitan di bidang kehidupan lainnya, termasuk peningkatan absensi sekolah dan penurunan prestasi akademik, serta peningkatan kemungkinan terlibat dalam perilaku melanggar aturan, agresi, dan kenakalan.