Angkatan Laut Utsmaniyah (Ottoman Turki: دوننماى همايون, romanisasi: Donanma-yı Humâyûn atau dalam Turki: Osmanlı Donanması), juga dikenal sebagai Armada
Utsmaniyah, adalah cabang
Angkatan Laut dari Kekaisaran
Utsmaniyah.
Angkatan Laut ini didirikan setelah kesultanan Ottoman pertama kali mencapai
Laut pada tahun 1323 dengan merebut kota Karamürsel, situs galangan kapal
Angkatan Laut Ottoman pertama dan inti
Angkatan Laut pada masa selanjutnya.
Selama keberadaannya yang panjang,
Angkatan Laut Utsmaniyah terlibat dalam banyak konflik dan menandatangani sejumlah perjanjian maritim. Itu memainkan peran yang menentukan dalam penaklukan Konstantinopel dan ekspansi selanjutnya ke Mediterania dan
Laut Hitam. Pada puncak kejayaannya di abad ke-16, operasi
Angkatan Laut Ottoman meluas ke Samudra Hindia, mengirimkan sebuah ekspedisi ke Indonesia pada tahun 1565, dan pada awal abad ke-17 beroperasi sampai ke Atlantik. Seiring dengan kemunduran dan modernisasi kekaisaran pada akhir abad ke-18,
Angkatan Laut Utsmaniyah mengalami stagnasi, meskipun tetap termasuk yang terbesar di dunia: dengan hampir 200 kapal perang, termasuk 21 kapal tempur.
Angkatan Laut Ottoman menduduki peringkat ketiga setelah
Angkatan Laut Inggris dan Prancis.
Untuk sebagian besar sejarahnya,
Angkatan Laut dipimpin oleh Kapudan Pasha (Laksamana Agung; secara harfiah berarti "Kapten Pasha"); posisi ini dihapuskan pada tahun 1867, ketika digantikan oleh Menteri
Angkatan Laut (Turki: Bahriye Nazırı) dan sejumlah Komandan Armada (Turki: Donanma Komutanları).
Setelah berakhirnya Kesultanan
Utsmaniyah dan deklarasi Republik Turki pada tahun 1923, tradisi
Angkatan Laut dilanjutkan di bawah
Angkatan Laut Turki modern.
Sejarah
= Kemunculan (1299-1453)
=
Penaklukan pulau Kalolimno (Pulau İmralı) di
Laut Marmara pada tahun 1308, menandai kemenangan
Angkatan Laut Utsmaniyah yang pertama. Armada
Utsmaniyah melakukan pendaratan pertamanya di Thrace pada tahun 1321. Benteng
Utsmaniyah pertama di Eropa dibangun pada tahun 1351, dan pantai Anatolia di Selat Bosporus dekat Konstantinopel pada tahun 1352, dan kedua pantai Selat Dardanella yang sama strategisnya ditaklukkan oleh armada Ottoman.
Pada tahun 1373 pendaratan dan penaklukan pertama dilakukan di pesisir pantai Aegea Makedonia, yang diikuti oleh pengepungan
Utsmaniyah pertama di Thessaloniki pada tahun 1374. Penaklukan
Utsmaniyah pertama atas Thessaloniki dan Makedonia selesai pada tahun 1387. Antara tahun 1387 dan 1423 armada
Utsmaniyah menyumbang untuk ekspansi teritorial Kekaisaran Ottoman di semenanjung Balkan dan pantai
Laut Hitam Anatolia. Menyusul penaklukan pertama wilayah Venesia di Morea, Perang Ottoman-Venesia pertama (1423–1430) dimulai.
Sementara itu, armada
Utsmaniyah terus berkontribusi dalam perluasan Kesultanan
Utsmaniyah di
Laut Aegea dan
Laut Hitam, dengan penaklukan Sinop (1424), Izmir (1426) dan penaklukan kembali Thessaloniki dari Venesia (1430). Albania ditaklukkan kembali oleh armada Ottoman dengan pendaratan antara 1448 dan 1479.
= Kebangkitan (1453-1683)
=
Pada tahun 1453, armada
Utsmaniyah berpartisipasi dalam penaklukan bersejarah Konstantinopel, Gökçeada, Lemnos, dan Thasos. Penaklukan Kadipaten Athena dan Kedespotan Morea juga diselesaikan antara tahun 1458 dan 1460, diikuti oleh penaklukan Kekaisaran Trebizond dan koloni Genoa di Amasra pada tahun 1461, yang mengakhiri sisa-sisa terakhir Kekaisaran Bizantium. Pada tahun 1462, armada
Utsmaniyah menaklukkan pulau-pulau Genoa di
Laut Aegean utara, yang dikelola oleh keluarga Gattilusio, termasuk ibu kota mereka Mytilene di pulau Lesbos. Konflik ini diikuti oleh Perang Ottoman-Venesia tahun 1463-1479.
Pada periode berikutnya armada Ottoman memperoleh lebih banyak wilayah di
Laut Aegea, dan pada 1475 menginjakkan kaki di Krimea di pantai utara
Laut Hitam. Sampai tahun 1499 ini diikuti oleh perluasan lebih lanjut di pesisir
Laut Hitam (seperti penaklukan Georgia pada tahun 1479) dan di semenanjung Balkan (seperti penaklukan akhir Albania pada tahun 1497, dan penaklukan Montenegro pada tahun 1499). Hilangnya benteng Venesia di Montenegro, dekat Castelnuovo yang strategis, memicu Perang
Utsmaniyah-Venesia tahun 1499-1503, di mana armada Turki Kemal Reis mengalahkan pasukan Venesia pada Pertempuran Zonchio (1499) dan Pertempuran Modon ( 1500). Pada tahun 1503 armada
Utsmaniyah menyerbu pantai Adriatik timur
Laut Italia, dan sepenuhnya merebut tanah Venesia di Morea, pantai
Laut Ionia, dan pantai
Laut Adriatik tenggara.
Menurut Kâtip Çelebi, tipikal armada
Utsmaniyah pada pertengahan abad ke-17 terdiri dari 46 kapal (40 galai dan 6 maona) yang awaknya berjumlah sekitar 15.800 orang, dengan kira-kira dua pertiga (10.500) adalah pendayung, dan sisanya (5.300) pejuang.
= Stagnasi (1683–1827)
=
Pada sisa abad ke-17 dan ke-18, operasi armada
Utsmaniyah sebagian besar terbatas di
Laut Mediterania,
Laut Hitam,
Laut Merah, Teluk Persia, dan
Laut Arab. Perang
Utsmaniyah-Venesia yang bertahan lama pada 1645–1669 berakhir dengan kemenangan
Utsmaniyah dan penaklukan Kreta, menandai puncak teritorial Kekaisaran. Pada 1708 tujuan jangka panjang lainnya, penaklukan kota Oran (benteng terakhir Spanyol di Aljazair) juga tercapai.
= Kemunduran (1827–1908)
=
Abad ke-19 menyaksikan penurunan lebih lanjut dalam kekuatan
Angkatan Laut Ottoman, meskipun sesekali pulih. Menyusul kekalahan melawan armada gabungan Inggris-Prancis-Rusia pada Pertempuran Navarino tahun 1827, Sultan Mahmud II memberikan prioritas untuk mengembangkan
Angkatan Laut Utsmaniyah yang kuat dan modern. Kapal uap pertama
Angkatan Laut Ottoman diperoleh pada tahun 1828.
= Pembubaran (1908–1922)
=
Menyusul Revolusi Turki Muda pada tahun 1908, Komite Persatuan dan Kemajuan yang secara efektif mengambil kendali negara, berupaya mengembangkan
Angkatan Laut Utsmaniyah yang kuat. Kondisi armada yang buruk sangat terlihat selama Parade
Angkatan Laut Utsmaniyah tahun 1910. Sebagai respons, Yayasan
Angkatan Laut Utsmaniyah didirikan oleh pemerintah
Utsmaniyah untuk membeli kapal baru melalui sumbangan publik. Mereka yang memberikan donasi menerima berbagai jenis medali sesuai dengan besarnya kontribusi mereka.
Perang Dunia I dan sesudahnya
Aksi militer pertama
Utsmaniyah dalam Perang Dunia Pertama adalah serangan mendadak oleh
Angkatan Laut Utsmaniyah di pantai
Laut Hitam Rusia pada 29 Oktober 1914. Serangan
Angkatan Laut tersebut mendorong Rusia dan sekutunya, Inggris dan Prancis, untuk menyatakan perang terhadap Kesultanan
Utsmaniyah. pada November 1914. Selama Perang Dunia I,
Angkatan Laut Utsmaniyah melawan Kekuatan Entente di Mediterania dan
Laut Hitam.
Setelah berakhirnya Perang Dunia I, pihak Sekutu yang menang membubarkan
Angkatan Laut Utsmaniyah dan kapal-kapal besar armada
Utsmaniyah ditarik ke Kepulauan Pangeran di
Laut Marmara di bawah kendali kapal perang Sekutu, atau dikunci di dalam Tanduk Emas. Beberapa di antaranya kemudian di besi tuakan.
Laksamana
Laksamana Ottoman yang terkenal meliputi:
Kemal Reis, yang dua kali mengalahkan armada Venesia pada Pertempuran Lepanto Pertama pada tahun 1499 dan Pertempuran Lepanto Kedua pada tahun 1500
Hayreddin Barbarossa, yang mengalahkan armada Liga Suci Charles V di bawah komando Andrea Doria di pulau Peñón pada tahun 1531, Pertempuran Preveza pada tahun 1538 dan Aljir pada tahun 1541
Turgut Reis (dikenal sebagai Dragut di Barat), yang menaklukkan Libya pada tahun 1551 dan mengalahkan armada Charles V di bawah komando Andrea Doria pada Pertempuran Ponza pada tahun 1552
Piyale Pasha, yang mengalahkan Liga Suci Philip II dari Spanyol di bawah komando Giovanni Andrea Doria pada Pertempuran Djerba pada tahun 1560
Aruj yang mendirikan kehadiran Ottoman di Afrika Utara yang berlangsung selama empat abad
Salih Reis, yang menaklukkan Maroko pada tahun 1553 dan memperluas wilayah Ottoman hingga Samudera Atlantik
Uluç (Kılıç) Ali Reis, yang memulihkan dominasi Ottoman di Mediterania setelah Pertempuran Lepanto Ketiga pada tahun 1571 dan menaklukkan Tunisia dari Spanyol pada tahun 1574
Murat Reis, yang melawan Portugis di Samudera Hindia antara tahun 1552 dan 1554 dan merebut Lanzarote di Kepulauan Canary di Samudera Atlantik pada tahun 1585
Seydi Ali Reis (dikenal sebagai Sidi Ali Reis di Barat), yang melawan Portugis di Samudera Hindia pada tahun 1554 dan terkenal dengan buku perjalanannya yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa
Kurtoğlu Muslihiddin Reis (dikenal sebagai Curtogoli di Barat), yang berperan penting dalam penaklukan Mesir pada tahun 1517 dan Rhodes pada tahun 1522, serta mendirikan Armada Samudra Hindia
Utsmaniyah yang berpusat di Suez yang kemudian dikomandoi oleh putranya, Kurtoğlu Hızır Reis , yang memimpin ekspedisi
Angkatan Laut Utsmaniyah ke Aceh (1568–1569) yang menandai perluasan wilayah paling timur Kesultanan
Utsmaniyah
Museum Angkatan Laut Istanbul, Turkiye
Galeri
Kapal-Kapal
Bibliografi
E. Hamilton Currey, Sea-Wolves of the Mediterranean (London, 1910). ISBN 978-1500883430
Bono, Salvatore: Corsari nel Mediterraneo (Corsairs in the Mediterranean) (Perugia, Oscar Storia Mondadori, 1993); Corsari nel Mediterraneo: Condottieri di ventura. Database Online dalam bahasa Italia, berdasarkan buku Salvatore Bono's.
Bradford, Ernle, The Sultan's Admiral: The life of Barbarossa (London, 1968). ISBN 978-1845117931
Wolf, John B., The Barbary Coast: Algeria under the Turks (New York, 1979). ISBN 978-0393012057
Melis, Nicola, "The importance of Hormuz for Luso-Ottoman Gulf-centred policies in the 16th century: Some observations based on contemporary sources", in R. Loureiro-D. Couto (eds.), Revisiting Hormuz – Portuguese Interactions in the Persian Gulf Region in the Early Modern Period (Wiesbaden, Harrassowitz, 2008, 107–120 (Maritime Asia, 19).
Tuncay Zorlu, Innovation and Empire in Turkey: Sultan Selim III and the Modernisation of the Ottoman Navy (London, I.B. Tauris, 2011). ISBN 978-1848857827.