- Source: Anne, Ratu Britania Raya
Jeanne du Barry (2023)
Justice League: Throne of Atlantis (2015)
Revenge (2018)
Black Cab (2024)
The Last Client (2022)
Pirates of the Caribbean: On Stranger Tides (2011)
Kill ’em All 2 (2024)
No More Posts Available.
No more pages to load.
Anne (6 Februari 1665 – 1 Agustus 1714) adalah Ratu Inggris, Skotlandia, dan Irlandia mulai tanggal 8 Maret 1702 sampai tanggal 1 Mei 1707. Berdasarkan Undang-Undang Persatuan tahun 1707, Kerajaan Inggris dan Kerajaan Skotlandia bergabung menjadi satu negara berdaulat dengan nama Kerajaan Britania Raya mulai tanggal 1 Mei 1707. Anne selanjutnya bertakhta dengan gelar Ratu Britania Raya dan Irlandia sampai tutup usia pada tahun 1714.
Anne lahir pada masa pemerintahan Raja Charles II, abang dari ayahnya, Pangeran James, ahli waris takhta sementara yang tidak disukai rakyat karena beragama Kristen Katolik. Atas perintah Raja Charles II, Anne dan kakaknya, Mary, dibesarkan sebagai pemeluk agama Kristen Anglikan. Pada tahun 1677, Mary diperistri Willem van Oranje, saudara misannya dari Negeri Belanda yang beragama Kristen Ptotestan, sementara Anne diperistri Pangeran Jørgen, putra Raja Denmark, pada tahun 1683. Raja Charles II mangkat pada tahun 1685, dan ayah Anne naik takhta menjadi Raja James II. Tiga tahun kemudian, Raja James II dimakzulkan melalui Revolusi Mulia. Sebagai penggantinya, Mary dan Willem van Oranje dinobatkan menjadi kepala-negara-bersama. Sesudah naik takhta, keakraban Mary dengan Anne merenggang akibat perbedaan pendapat di antara keduanya seputar urusan keuangan, status, dan pilihan teman bergaul Anne. Willem van Oranje dengan Mary tidak dikaruniai keturunan. Sesudah Mary mangkat pada tahun 1694, Willem van Oranje memerintah sendiri sampai tutup usia pada tahun 1702, dan Anne kemudian naik takhta menggantikannya.
Pada masa pemerintahannya, Anne mengistimewakan para politikus dari golongan Tory yang berhaluan moderat karena menganut pandangan-pandangan Kristen Anglikan yang sama dengannya, tidak seperti lawan-lawan mereka dari golongan Whig. Para politikus dari golongan Whig semakin berkuasa semasa Perang Suksesi Spanyol berkecamuk, sampai akhirnya banyak yang dipecat Anne pada tahun 1710. Keakrabannya dengan Sarah Churchill, Istri Adipati Marlborough, merenggang akibat perbedaan pandangan politik. Istri Adipati Malborough mencurahkan kejengkelannya dengan cara menjelek-jelekkan Anne dalam memoarnya. Keterangan tentang Anne dari memoar Istri Adipati Malborough dipercaya banyak sejarawan sampai riwayat hidup Anne ditelaah kembali menjelang akhir abad ke-20.
Anne sakit-sakitan sepanjang hidupnya. Sejak usia 30-an, kesehatannya kian memburuk dan berat badannya terus bertambah. Meskipun sudah tujuh belas kali mengandung, Anne akhirnya mangkat tanpa keturunan, dan menjadi kepala monarki terakhir dari wangsa Stuart. Berdasarkan Undang-Undang Penuntasan tahun 1701, yang meniadakan semua pemeluk agama Kristen Katolik dari daftar ahli waris takhta, Anne digantikan saudara mindoannya, Georg Ludwig dari wangsa Hannover.
Awal hayat
Anne lahir pada tanggal 6 Februari, pukul 11 lebih 39 menit jelang tengah malam di Istana St James, London. Anne adalah anak keempat dan putri kedua pasangan Adipati dan Istri Adipati York, James (kelak menjadi Raja James II) dan Anne Hyde (istri pertama James). Ayahnya adalah adik Sri Baginda Charles II, Raja Inggris sekaligus Raja Skotlandia dan Irlandia, sementara ibunya adalah putri Lord Kanselir Edward Hyde. Ketika Anne dibaptis menjadi warga Gereja Anglikan di Istana St James, kakaknya, Mary, bersama Anne Scott, Istri Adipati Monmouth, dan Gilbert Sheldon, Uskup Agung Canterbury, menjadi wali baptisnya. Rumah tangga Adipati dan Istri Adipati York dikaruniai delapan orang anak, tetapi hanya Anne dan Mary yang bertahan hidup hingga dewasa.
Semasa kanak-kanak, Anne mengalami gangguan kesehatan mata dengan gejala mata berair secara berlebihan yang disebut "defluksi". Ia diberangkatkan ke Prancis untuk berobat, dan tinggal bersama neneknya dari pihak ayah, Ibu Suri Henriette Marie, di Château de Colombes, tak jauh dari kota Paris. Sesudah neneknya tutup usia pada tahun 1669, Anne tinggal bersama bibinya, Putri Henrietta, Istri Adipati Orléans. Anne pulang ke Inggris sesudah bibinya wafat pada tahun 1670. Tahun berikutnya, ibunya berpulang.
Sesuai ketentuan adat kerajaan bagi kerabat istana, Anne dan kakaknya diasuh terpisah dari ayah mereka, yakni di rumah mereka sendiri di Richmond, London. Atas perintah Raja Charles II, keduanya dibesarkan sebagai umat Protestan. Di bawah asuhan Kolonel dan Istri Kolonel Villiers, pendidikan Anne dan Mary dipusatkan pada pelajaran agama Kristen Anglikan. Henry Compton, Uskup London, ditugaskan menjadi penatar Anne.
Sekitar tahun 1671, Anne berkenalan dengan Sarah Jennings, yang kelak menjadi sahabat karib sekaligus penasihat tepercayanya. Sarah Jennings diperistri John Churchill (kelak bergelar Adipati Marlborough) sekitar tahun 1678. Kakak John yang bernama Arabella Churchill adalah istri gelap Adipati York, sementara John sendiri kemudian hari menjadi salah seorang panglima besar angkatan bersenjata Inggris pada masa pemerintahan Anne.
Pada tahun 1673, terbetik kabar bahwa Adipati York telah berganti keyakinan menjadi pemeluk agama Kristen Katolik dan memperistri Maria di Modena, seorang putri Katolik yang hanya enam setengah tahun lebih tua daripada Anne. Raja Charles II tidak dikaruniai keturunan yang sah, sehingga Adipati York menempati urutan pertama dalam daftar calon penggantinya, disusul kedua putri Adipati York dari istri pertama, Mary dan Anne, selama Adipati York belum berputra. Dalam jangka waktu sepuluh tahun, Istri Adipati York yang baru melahirkan sepuluh orang anak, tetapi semuanya terlahir mati atau mati selagi masih kanak-kanak, sehingga Mary dan Anne tetap menempati urutan kedua dan ketiga dalam daftar ahli waris takhta. Jelas sekali sepanjang masa mudanya, hubungan Anne dengan ibu tirinya berjalan baik, sementara Adipati York adalah sosok ayah yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang.
Perkawinan
Pada bulan November 1677, kakak Anne, Mary, dipersunting saudara misan mereka dari Negeri Belanda, Pangeran Willem van Oranje. Anne tidak dapat menghadiri upacara perkawinan kakaknya karena sedang sakit cacar. Ketika Anne sembuh dari sakitnya, Mary sudah berangkat ke Negeri Belanda. Ibu asuh Anne, Frances, Istri Kolonel Villiers, wafat akibat tertular penyakit yang diderita Anne. Bibi Anne, Lady Henrietta Hyde (istri Laurence Hyde) diangkat menjadi pengasuh baru. Setahun kemudian, Anne dan ibu tirinya mengunjungi Mary di Negeri Belanda selama dua minggu.
Ayah dan ibu tiri Anne pindah ke Brussels pada Maret 1679, dan Anne mengunjungi mereka sejak akhir Agustus. Pada bulan Oktober, mereka kembali ke Britania, Adipati dan istri keduanya itu ke Skotlandia dan Anne ke Inggris. Anne tinggal dengan ayah dan ibu tirinya di Istana Holyrood di Edinburgh dari Juli 1681 sampai Mei 1682. Itu adalah perjalanan terakhirnya di luar Inggris.
Saudara mindoan Anne dari Jerman, Pangeran-Elektor Georg Ludwig von Braunschweig-Lüneburg (kelak naik takhta menggantikan Anne) berkunjung selama tiga bulan ke London mulai bulan Desember 1680, sehingga memunculkan desas-desus bahwa keduanya hendak dijodohkan. Sejarawan Edward Gregg, menepis rumor yang tidak berdasar, karena ayahnya Anne pada dasarnya telah diasingkan dari pengadilan atas keputusannya berpindah ke Katolik, dan dari pihak Hanover sendiri telah merencanakan untuk menikahkan George dengan sepupu pertamanya Sophia Dorothea dari Celle sebagai bagian dari skema untuk menyatukan warisan Hanover. Rumor lainnya mengklaim bahwa Anne didekati oleh Lord Mulgrave (yang kemudian akan menjadi Adipati Buckingham), meskipun ia menyangkalnya. Namun, sebagai akibat dari gosip, ia diberhentikan sementara dari pengadilan.
Dengan keluarnya George dari Hanover dari pertentangan sebagai pelamar potensial untuk Anne, Raja Charles mencarikannya seorang pangeran yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai pengantin pria dan harus beragama Protestan, tetapi juga dapat diterima oleh sekutu Katolik Inggris yakni Louis XIV dari Prancis. Denmark adalah sekutu Protestan Prancis, dan Louis XIV tertarik pada aliansi Anglo-Denmark. Sebuah perjanjian pernikahan antara Anne dan Pangeran George dari Denmark, adik dari Raja Christian V, dinegosiasikan oleh paman Anne, Laurence Hyde dan Sekretaris Negara Departemen Utara Inggris, Robert Spencer, Earl ke-2 Sunderland. Ayah Anne menyetujui pernikahan itu dengan bersemangat karena berkurang pengaruh menantunya, William dari Orange, yang tentu tidak bahagia dengan hal tersebut.
Uskup Compton meresmikan pernikahan Anne dan George dari Denmark pada 28 Juli 1683 di Chapel Royal. Meskipun ini adalah pernikahan yang telah diatur, namun mereka adalah pasangan yang beriman dan bertaqwa. Mereka diberi satu set bangunan di Istana Whitehall yang dikenal sebagai Cockpit sebagai tempat tinggal mereka di London, dan Sarah Churchill diangkat sebagai salah satu Lady of the Bedchamber-nya Anne. Dalam beberapa bulan setelah pernikahan, Anne hamil, tetapi bayi yang dilahirkannya meninggal pada bulan Mei 1684. Selama dua tahun berikutnya, Anne melahirkan dua anak perempuan secara berurutan: Mary dan Anne Sophia.
Pengganti James II dan VII
Ketika Charles II meninggal pada 1685, ayah Anne menjadi raja sebagai James II di Inggris dan Irlandia dan James VII di Skotlandia. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bagi orang-orang Inggris, karena James mulai memberikan tokoh-tokoh Katolik berbagai jabatan militer dan administrasi, yang bertentangan dengan Test Acts yang dirancang untuk mencegah pengangkatan tersebut. Anne berbagi keprihatinan umum, dan tetap menghadiri layanan Anglikan. Karena kakaknya, Mary tinggal di Negeri Belanda, Anne beserta suami dan anak-anaknya adalah satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang menghadiri ibadah keagamaan Protestan di Inggris. Ketika James mencoba untuk membaptis putri bungsu Anne ke dalam kepercayaan Katolik, Anne langsung menangis tersedu-sedu. Anne menjadi terasingkan dari ayah dan ibu tirinya karena James pindah untuk melemahkan kekuasaan Gereja Inggris.
Pada awal 1687, dalam hitungan hari, Anne keguguran, suaminya menderita cacar, dan dua anak perempuan mereka meninggal karena infeksi yang sama. Lady Rachel Russell menulis bahwa George dan Anne telah "mengambil [kematian] sangat berat ... Kadang-kadang mereka menangis, kadang-kadang mereka berkabung dalam kata-kata, kemudian duduk diam, bergandengan tangan, George sakit di tempat tidur, dan Anne merawatnya." Tahun berikutnya, bayi lainnya yang ia lahirkan meninggal.
Tanda bahaya publik bagi James meningkat ketika istrinya, Maria dari Modena hamil untuk pertama kalinya sejak James naik takhta. Dalam surat kepada kakaknya Mary, Anne mencurigai bahwa Ratu berpura-pura hamil dalam upaya untuk memperkenalkan pewaris takhta palsu. Anne mengalami keguguran lagi pada bulan April 1688, dan meninggalkan London untuk memulihkan diri di kota spa, Bath.
Ibu tiri Anne melahirkan seorang putra, James Francis Edward, pada tanggal 10 Juni 1688, dan suksesi Katolik menjadi lebih mungkin. Anne masih di Bath, jadi dia tidak menyaksikan kelahiran, yang diberi keyakinan bahwa anak itu palsu. Anne mungkin telah sengaja meninggalkan ibu kota untuk menghindari keadaan saat itu, atau karena dia benar-benar sakit, tetapi juga mungkin bahwa James ingin mengesampingkan semua Protestan, termasuk putrinya, dari urusan negara. "Aku tidak akan pernah puas sekarang", Anne menulis kepada kakaknya Mary, "Apakah anak itu asli atau palsu. Mungkin itu adalah saudara kita, tetapi hanya Tuhan yang tahu ... seseorang tidak dapat membantu memiliki seribu ketakutan dan pikiran melankolis, tetapi perubahan apapun yang mungkin terjadi, kau akan menemukan saya teguh pada agama saya."
Untuk menghilangkan rumor tentang anak yang palsu, James memiliki 40 saksi soal kelahiran tersebut yang kemudian menghadiri pertemuan Dewan Rahasia, tetapi Anne mengaku dia tidak bisa hadir karena dia sendiri sedang hamil dan kemudian menolak untuk membaca deposisi karena itu "tidak perlu".
Revolusi Mulia
Pangeran Willem van Oranje menginvasi Inggris pada tanggal 5 November 1688. Invasi yang dikenal dengan sebutan Revolusi Mulia ini berujung pada pemakzulan Raja James II. Setahun sebelumnya, karena dilarang Raja James untuk mengunjungi Mary sesuai rencana pada musim semi tahun 1687, Anne pun menyurati Mary dan akhirnya menginsyafi bahwa Pangeran Willem berencana menginvasi Inggris. Atas saran suami-istri Churchill, Anne tidak berpihak kepada Raja James ketika Pangeran Willem mendarat di Inggris, dan malah menyurati Pangeran Willem pada tanggal 18 November untuk menyatakan persetujuannya terhadap tindakan abang iparnya itu. John Churchill menyeberang ke kubu Pangeran Willem pada tanggal 24 November, disusul Pangeran George pada malam tanggal yang sama. Sore hari berikutnya, Raja James II menurunkan titah untuk mengurung Sarah Churchill di Istana St James. Anne dan Sarah berhasil kabur dari Whitehall lewat tangga belakang, kemudian berlindung di rumah Uskup Compton. Keduanya menginap selama satu malam di rumah itu sebelum melanjutkan pelarian, dan akhirnya sampai di Nottingham pada tanggal 1 Desember. Dua minggu kemudian, dengan dikawal banyak orang, Anne tiba di Oxford dan berjumpa dengan Pangeran George dalam suasana gegap gempita. "Tolong aku Ya Allah! Anakku sendiri sudah meninggalkan aku," ratap Raja James ketika menyadari pembelotan putrinya pada tanggal 26 November. Pada tanggal 19 Desember, Anne kembali ke London, dan dikunjungi Pangeran Willem sebanyak satu kali. Raja James mengungsi ke Prancis pada tanggal 23 Desember. Anne tidak tampak prihatin mendengar kabar pelarian ayahnya, dan malah mengajak kawan-kawannya bermain kartu seperti yang biasa ia lakukan. Anne beralasan "sudah biasa bermain dan tidak pernah suka melakukan hal-hal yang tampak seperti pura-pura menahan diri".
Pada bulan Januari 1689, Parlemen Inggris bersidang dan mengeluarkan pernyataan bahwa Raja James dianggap sudah menanggalkan mahkota ketika melarikan diri, dan dengan demikian takhta kerajaan Inggris dan Kerajaan Irlandia menjadi lowong. Parlemen Skotlandia mengambil langkah serupa, dan Pangeran Willem beserta Putri Mary akhirnya dimasyhurkan sebagai Raja William dan Ratu Mary, kepala negara Inggris, Skotlandia, dan Irlandia. Undang-Udang Hak Waris tahun 1689 dan Undang-Undang Klaim Hak Waris tahun 1689 menuntaskan urusan suksesi. Anne dan keturunannya masuk dalam daftar ahli waris takhta setingkat di bawah Raja William dan Ratu Mary, disusul keturunan Raja Willem jika menikah lagi kemudian hari. Pada tanggal 24 Juli 1689, Anne melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Pangeran William, Adipati Gloucester. Meskipun sakit-sakitan, Pangeran William selamat menyintasi masa bayi. Karena Raja William dan Ratu Mary tidak dikaruniai keturunan, tampaknya Pangeran Williamlah yang akan menjadi Raja Inggris berikutnya.
Raja William dan Ratu Mary
Segera sesudah naik takhta, Raja William dan Ratu Mary menyerahkan daerah pertuanan Earl Malborough kepada John Churchill dan mengangkat Pangeran George menjadi Adipati Cumberland sebagai ganjaran atas kesetiaan mereka. Anne mohon diizinkan mendiami Istana Richmond dan diberi tunjangan hidup dari kas negara seperti yang diterima para anggota parlemen. Raja William dan Ratu Mary tidak mengabulkan pemohonan pertama, dan berusaha sekalipun gagal untuk menampik permohonan kedua. Keputusan pasangan penguasa tersebut membuat hubungan Anne dan Marry merenggang. Anne kian kesal ketika Raja William tidak mengizinkan Pangeran George untuk aktif berkiprah dalam angkatan bersenjata. Raja William dan Ratu Mary khawatir kebebasan finansial akan melemahkan pengaruh mereka atas diri Anne dan memungkinkan Anne membentuk faksi politik tandingan. Sejak saat itu, atas permintaan Anne, ia dan Sarah Churchill, Istri Adipati Marlborough, mulai saling menyapa dengan nama panggilan Nyonya Morley untuk Anne dan Nyonya Freeman untuk Sarah bila hanya sedang berdua, dengan maksud agar hubungan persahabatan mereka terasa lebih egaliter. Karena curiga Adipati Marlborough diam-diam bersekongkol dengan para pendukung mantan Raja James (kaum Yakobit), Raja William dan Ratu Mary mencopotnya semua jabatannya pada bulan Januari 1692. Untuk menunjukkan dukungan terbuka kepada Adipati dan Istri Adipati Marlborough, Anne mengajak Sarah menghadiri sebuah acara ramah-tamah di istana, dan menolak permintaan kakaknya untuk mengeluarkan Sarah dari struktur kepengurusan rumah tangganya. Istri Adipati Marlborough kemudian dikeluarkan dari struktur kepengurusan rumah tangga kerajaan oleh Lord Chamberlain (kepala pengurus rumah tangga istana). Anne dengan berang meninggalkan rumah negara yang didiaminya selaku kerabat istana, dan pindah ke Wisma Syon, rumah Adipati Somerset. Hak Anne untuk didampingi pengawal kehormatan dicabut. Orang-orang kalangan istana dilarang mengunjunginya, dan para pamong praja diperintahkan untuk tidak mengindahkannya. Pada bulan April, Anne melahirkan seorang anak laki-laki yang berpulang beberapa menit sesudah persalinan. Mary datang membesuk, tetapi alih-alih menghibur, ia malah kembali mengomeli adiknya karena bergaul dengan Sarah. Sejak saat itu, Mary dan Anne tidak pernah lagi bertatap muka. Pada tahun itu juga, Anne pindah ke Wisma Berkeley di Piccadilly, London. Pada Bulan Maret 1693, di Wisma berkeley, Anne melahirkan seorang bayi perempuan yang sudah telanjur mati dalam kandungan.
Ratu Mary mangkat akibat terserang penyakit cacat pada tahun 1694, dan Raja William selanjutnya memerintah sendiri. Anne pun menjadi putri mahkota, karena anak yang mungkin saja lahir dari perkawinan Raja William dengan perempuan lain nantinya menempati jenjang yang lebih rendah daripada Anne dan keturunannya dalam daftar ahli waris takhta, sehingga Anne secara terbuka kembali rujuk dengan Raja William. Sang Raja mengembalikan semua hak Anne, mengizinkannya tinggal di istana St James, dan menghadiahkan perhiasan-perhiasan mendiang Ratu Mary kepadanya, tetapi tidak melibatkannya dalam pemerintahan dan tidak mengangkatnya menjadi pemangku bilamana hendak bepergian ke luar negeri. Tiga bulan kemudian, Raja William mengizinkan Adipati Marlborough kembali memegang semua jabatannya yang semula. Dengan pulihnya kedudukan Anne di istana, Wisma Berkeley pun ramai dikunjungi orang-orang istana yang sebelumnya menjauh dari Anne dan suaminya.
Menurut pengakuan mantan Raja James II, pada tahun 1696, Anne pernah mengirim surat meminta restu untuk menjadi calon pengganti Raja William, dan berjanji akan mengembalikan hak waris takhta kepada keturunan James bila tiba saat yang tepat. Mantan Raja James II menolak memberi restu. Mungkin sekali Anne berusaha memantapkan posisinya selaku putri mahkota dengan cara mencegah kemungkinan munculnya klaim langsung dari James.
= Undang-Undang Penuntasan tahun 1701
=Anne terakhir kali bersalin pada tanggal 25 Januari 1700. Bayinya terlahir mati. Seumur hidupnya, paling sedikit Anne sudah tujuh belas kali mengandung, dan mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang mati dalam kandungan sekurang-kurangnya dua belas kali. Dari lima anaknya yang terlahir selamat, empat orang mati sebelum genap berumur dua tahun. Anne menderita penyakit pirai kambuhan (rasa sakit pada tungkai maupun lengan, dan akhirnya juga pada perut serta kepala), paling tidak sejak tahun 1698. Dilihat dari keguguran-keguguran yang ia alami serta gejala-gejala fisiknya, boleh jadi Anne mengidap penyakit lupus eritematosus sistemik, atau sindrom antibodi antifosfolipid. Menurut dugaan lain, Anne mengidap penyakit radang pelvis, karena gejala-gejala yang ia derita muncul nyaris bersamaan dengan kehamilan terakhirnya.
Silsilah
Catatan
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
Media tentang Anne dari Britania Raya di Wikimedia Commons
Kutipan tentang Anne dari Britania Raya di Wikikutip
Arsip-arsip yang berhubungan dengan Anne, Ratu Britania Raya terdaftar di The National Archives (Britania Raya)
Potret Ratu Anne di National Portrait Gallery, London